Sri Wahyu Astuti, warga Jungcangcang, mengatakan, dua hari sebelumnya, air PDAM di rumahnya sempat mengalir, tetapi hanya dua timba, setelah itu mati lagi. Air yang keluar berwarna kekuning-kuningan.
“Saya coba diamkan air itu sampai malam hari, ternyata warnanya tetap tidak berubah. Akhirnya saya buang untuk menyirami tanaman di halaman rumah,” ujar Sri.
Kondisi itu langsung dilaporkan ke PDAM Pamekasan. Namun, PDAM belum memberikan kepastian jawaban penyebab air yang keruh tersebut.
“Tadi pagi airnya mengalir lagi sampai penampungan di samping rumah meluap, tapi warna airnya tetap keruh seperti sebelumnya. Saya tak mau menggunakannya untuk kebutuhan rumah tangga,” imbuh Sri.
Direktur Utama PDAM Pamekasan Agus Bahtiar ketika dikonfirmasi mengatakan, penyebab keruhnya air itu karena adanya perubahan alat pendorong air untuk sampai ke rumah-rumah pelanggan.
Sebelumnya, PDAM menggunakan mesin pendorong, tetapi banyak pelanggan yang tidak menerima air. Akhirnya PDAM memutuskan untuk menggunakan tandon yang baru dibangun setahun yang lalu.
"Tandon air ternyata kotor dan tidak dibersihkan dulu sebelum diisi air. Akibatnya, sisa endapan lumpur dari air yang ditampung sebelumnya terbawa ke saluran rumah-rumah pelanggan,” ucap Agus.
Namun, lanjutnya, petugas PDAM masih membersihkan tandon setelah mendapat banyak keluhan dari pelanggan. Tandon akan digunakan kembali setelah selesai dibersihkan.
“Setelah menggunakan tandon, ternyata aliran air ke rumah-rumah pelanggan lancar tidak seperti sebelumnya,” ungkap Agus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.