Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gusur Kampung Pulo, Ahok Diminta Belajar dari Negara Lain

Kompas.com - 11/09/2015, 21:29 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

Namun, ia masih pesimistis sebab penataan kota di Jakarta justru berpihak pada pengembang. "Sayangnya, politik ruang di Jakarta itu dikuasi delapan (pengembang). Tahu kan delapan ini, yang biasa muncul di acara televisi akhir pekan (acara pengembang). Politik ruang di Jakarta jangan berbasis pada bisnis, tapi pada manusianya," ujarnya.

Komunikasi macet

Direktur Ciliwung Merdeka Sandyawan Sumardi mengatakan, komunikasi Pemprov DKI Jakarta dan warga Kampung Pulo berjalan macet.

Di tengah dialog mencari solusi dan upaya hukum gugatan di PTUN sedang berjalan, Pemprov DKI mengambil langkah melakukan eksekusi di Kampung Pulo.

"Komunikasi itu berjalan macet dan buruk sekali," ujar Sandyawan. Sandyawan membandingan antara Ahok dan Jokowi dalam memimpin Jakarta. Jokowi masih mau mengedepankan dialog dibanding Ahok.

"Bedanya kalau Pak Jokowi, mengajak warga diskusi berulang-ulang. Kalau warga enggak bisa (setuju), diajak makan sampai bisa. Saya kira ini sistem komunikasi publik paling alamiah yang memang harus dilakukan pejabat publik yang demokratis," ucap dia.

Ahok tidak menggusur

Sementara itu, Perwakilan "Teman Ahok", Tubagus Ramadhan berpendapat kebijakan Ahok untuk merelokasi warga Kampung Pulo adalah satu cara mengatasi banjir di wilayah itu.

"Bagaimana bisa ketika kita lihat layar kaca yang kebanjiran pertama kali, warga Kampung Pulo juga kan," ujar Tubagus.

Dia melihat, warga Kampung Pulo bukan digusur. Melainkan, diberi hunian baru berupa rumah susun. Kendati demikian, ada perbedaan pandangan antar warga Kampung Pulo.

Menurut dia, ada yang ingin mendapat uang kerahiman, ada yang ingin rusun, dan ada yang ingin keduanya. "Saya enggak sebut Kampung Pulo penggusuran, karena mereka memang benar-benar enggak ditelantarkan gitu lho," ujar Tubagus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com