"Saya ucapkan terimakasih kepada Pemerintah yang telah membantu membebaskaan saya. Saya setengah tidak percaya sampai sekarang masih diberi hidup," kata Satinah dari atas kursi rodanya dengan suara terbata-bata.
Suaranya terdengar lirih, bahkan setelah dibantu dengan pengeras suara sekalipun suaranya tetap tidak jelas. Sebab, beberapa bulan menjelang pembebasannya di Arab Saudi, Satinah menderita stroke hingga nyaris tidak bisa berbicara.
Kondisi itu berlangsung hingga Satinah tiba di Jakarta, Rabu pekan lalu. Kepulangan Satinah ke kampung halaman lebih cepat dari yang diperkirakan. Setelah merawat Satinah enam hari, tim dokter RS Polri Kramatjati Jakarta menyatakan Satinah sudah bisa melanjutkan perjalanan ke Semarang.
"Setelah dilakukan perawatan di RS Polri, dokter menmyatakakan Satinah sudah bisa melanjutkan perjalanan," ungkap Budiman, staf BNP2TKI dalam sambutan penyerahan Satinah ke pihak keluarga.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah Wika Bintang dalam sambutannya mengucapkan rasa terimakasihnya kepada Kemenlu dan BNP2TKI yang telah menyelamatkan Satinah dari hukuman pancung.
Setelah berkumpul dengan keluarga, diharapkan kesehatan Satinah bisa cepat pulih. "Kami Serahkan kepada Pak Bupati, karena Satinah sudah kembali ke Ungaran. Semoga ke depannya akan lebih baik dan bisa beraktivitas seperti sedia kala," ungkap Bintang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.