Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Palangkaraya: Kota "Cantik" Terus Berbenah

Kompas.com - 16/06/2015, 15:00 WIB


Oleh W Megandika Wicaksono

Di usianya yang ke-50 tahun, Pemerintah Kota Palangkaraya terus berupaya membenahi ibu kota Kalimantan Tengah itu, baik dalam penataan kota, peningkatan kesejahteraan warganya, maupun pengembangan wisata. Moto kota "Cantik", yaitu terencana, aman, nyaman, tertib, indah, dan keterbukaan, menjadi semangat pembangunan yang kian hari dapat dirasakan penduduknya.

Pagi itu, beberapa saat lalu, sekelompok mahasiswa lintas program studi dari Universitas Muhammadiyah Palangkaraya (UMP) berdiri membentuk lingkaran kecil di salah satu sudut Taman Pemuda, di antara Jalan G Obos dan Jalan RTA Milono, Kota Palangkaraya. Di bawah naungan pohon cemara laut, 22 anak muda itu mengawali kursus test of English as foreign language (TOEFL) dengan permainan ice breaking seperti "angin berembus" dan "Samson VS Delailah".

Sesaat kemudian, mereka duduk beralaskan rumput hijau lalu memulai kursus di bawah bimbingan Fadila, dosen Bahasa Inggris UMP. Angin sepoi-sepoi yang berembus di antara pohon palem botol menambah kesejukan. Deru kendaraan bermotor yang berlalu lalang tenggelam oleh gemercik air kolam di taman itu. "Belajar di luar kelas rasanya lebih enjoy dan fresh," kata Kridiwiyanto (25), mahasiswa semester VIII Program Studi Administrasi Negara yang turut dalam kursus itu.

Fadila mengatakan, belajar di taman dipilihnya sebagai variasi dalam pembelajaran serta dekat dengan kampus yang hanya sekitar 500 meter. "Dengan belajar di luar kelas, kebersamaan lebih terasa dan proses belajar-mengajar lebih menyenangkan," katanya.

Aktivitas dan interaksi warga Kota Palangkaraya juga berlangsung di sejumlah taman kota yang baru selesai dibangun pemerintah kota. Menjelang sore hari, terlebih saat akhir pekan, Taman Ria di tepi Jalan Yos Sudarso dan Tugu Soekarno pun dipadati warga. Tahun lalu, Taman Ria diokupasi oleh warung tenda milik pedagang. "Sejak Taman Yos Sudarso dipugar, kami bisa berlatih parkour di sini," kata Jovi (20), anggota Parkour Palangkaraya yang juga mahasiswa Universitas Palangkaraya (Unpar).

Kini aneka tanaman hias, lampu, dan kursi taman mulai digunakan warga untuk bersantai serta sejumlah komunitas, seperti pencinta motor dan sepeda, berkumpul. Di Palangkaraya terdapat 22 taman kota dengan luas 50.746 meter persegi, taman median jalan 101.369 meter persegi, dan taman bahu jalan seluas 133.362 meter persegi.

Di Tugu Soekarno, misalnya, tempat presiden pertama Republik Indonesia meresmikan tiang pertama pembangunan Kota Palangkaraya pada 17 Juli 1957, warga juga ramai berkumpul. Sebagian menemani buah hatinya bermain, sebagian menikmati senja di tepi Sungai Kahayan dengan pemandangan Jembatan Kahayan yang bermandikan cahaya lampu hias. Kepala Seksi Pertamanan Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Perumahan Kota Palangkaraya Roma Librawan mengatakan, dana yang dialokasikan untuk membangun taman tahun 2015 ini mencapai Rp 5 miliar.

Belum optimal

Di Kota Palangkaraya, yang dilewati Sungai Kahayan, sebagian besar warganya menggantungkan hidup pada sungai, baik sebagai petani ikan keramba, nelayan tangkap, maupun tukang perahu wisata susur sungai. Meski demikian, pengelolaan wisata itu belum optimal. Pemilik perahu kurang terorganisasi. Mereka jalan sendiri serta tidak melengkapi perahu dengan alat keselamatan, misalnya jaket penyelamat atau pelampung. Mereka juga minim pelatihan.

Di bantaran sungai itu sedikitnya ada 28 perahu wisata berkapasitas 10 orang. Sekali pelayaran susur sungai selama 1 jam, tarifnya Rp 250.000 per orang. Selain wisatawan domestik, wisatawan mancanegara biasa memanfaatkan wisata itu. Selain menikmati pemandangan sungai, perahu wisata juga mengantarkan wisatawan ke lokasi pertapaan pahlawan nasional asal Kalteng, Tjilik Riwut. "Penghasilan memang tidak menentu. Seminggu sekali bisa dapat Rp 250.000 sampai Rp 500.000," kata Utuh, seorang tukang perahu wisata.

Selain itu, Kota Palangkaraya juga belum memiliki pusat destinasi wisata unggulan yang dikelola dengan baik. Potensi kerajinan tangan berupa anyaman rotan, wisata budaya khas suku Dayak, aneka ramuan tradisional suku Dayak, dan kuliner khas masih tersebar di sejumlah sisi kota. Kondisi di kawasan Flamboyan Bawah di bantaran Sungai Kahayan yang digadang-gadang menjadi kampung wisata oleh pemerintah kota masih sepi pengunjung. Selain itu, sampah dari warga sekitarnya membuat pemandangan tidak sedap.

Wijarnarka, dosen Teknik Arsitektur Unpar, mengatakan, untuk mewujudkan Palangkaraya sebagai kota cerdas, masih banyak pekerjaan rumah yang harus digarap pemerintah, salah satunya adalah membenahi kawasan permukiman di bantaran sungai. "Tepian sungai merupakan kawasan untuk menerima banjir, tetapi kini menjadi kawasan permukiman padat penduduk. Selain perlu ditata, rumah warga itu perlu diberikan warna agar lebih cantik," ungkapnya lagi.

Palangkaraya yang pernah digadang-gadang menjadi ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memang mengalami perkembangan. Setidaknya dalam tujuh tahun terakhir, semakin banyak bermunculan hotel dan pusat perbelanjaan. Sebelumnya, masyarakat Kota Palangkaraya lebih memilih belanja dan berlibur akhir pekan ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan yang bisa ditempuh dengan perjalanan darat dalam waktu sekitar 4 jam.

Perkembangan itu tampak dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Palangkaraya, yang mencatat angka produk domestik regional bruto (PDRB) tumbuh dari Rp 3.107,86 miliar pada 2009 menjadi Rp 5.475,73 miliar lima tahun kemudian. Sektor jasa hingga kini masih jadi penyumbang terbesar PDRB, yaitu sekitar 35,50 persen. Angkutan dan komunikasi menduduki urutan kedua serta perdagangan, hotel, dan restoran pada urutan ketiga. Meski sebagai ibu kota provinsi, warga Palangkaraya masih tetap mengalami krisis listrik seperti tempat lain di Kalimantan. Setidaknya dalam sehari terjadi pemadaman listrik bergilir sekitar 1-2 jam.

Wali Kota Palangkaraya, Riban Satia, mengatakan, kota yang dipimpinnya itu adalah kota paling luas di Indonesia dan Asia Tenggara. Oleh karena itu, dalam pembangunan digunakan sistem zonasi. "Dalam zonasi, kita bisa fokus membangun. Misalnya Flamboyan adalah kampung wisata. Diharapkan Dinas Pekerjaan Umum membenahi jalan dan Dinas Pemberdayaan Perempuan membina dan memberdayakan masyarakat untuk membuat home industri," katanya lagi.

Namun, Riban juga mengakui, saat ini Kota Palangkaraya belum memiliki ikon unggulan sebagai identitas kota. "Kami memulai pelan-pelan. Pendidikan belum ada ikon. Pariwisata juga. Arahnya ke ekoturisme. Kami menyiapkan lingkungan dan budaya. Waterfront city akan terus digenjot. Saya meminta Dinas Pariwisata memperbaiki kawasan Flamboyan dan Pahandut Seberang. Tahun ini, wilayah dari Tugu Soekarno sampai Jembatan Kahayan akan dibebaskan. Ke depan, 20 tahun mendatang, wajah kota berbeda," katanya.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 16 Juni 2015, di halaman 22 dengan judul "Kota "Cantik" Terus Berbenah".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com