Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/05/2015, 19:30 WIB
AMBON, KOMPAS — Presiden Joko Widodo diminta menutup tambang emas ilegal di Gunung Botak, Kabupaten Buru, Maluku. Penggunaan merkuri untuk memisahkan emas di pinggir sungai di kawasan tambang itu dikhawatirkan mencemari sawah di sekitarnya. Gubernur Maluku Said Assagaff telah mengeluarkan instruksi agar tambang ditutup, tetapi tidak dihiraukan penambang.

Harapan itu disampikan Sugianto, petani di Desa Waikasar, Kacamatan Waiapo, Kabupaten Buru, ketika dihubungi Kompas dari Ambon, Selasa (5/5). Menurut rencana, Presiden akan melakukan serangkaian kegiatan di Maluku. Presiden dijadwalkan menanam padi di Waiapo pada Kamis ini.

"Sebagai masyarakat kecil, kami berharap kehadiran Bapak Presiden memberikan dampak besar bagi sektor pertanian di Buru. Satu hal yang paling penting saat ini adalah dampak tambang emas di Gunung Botak. Lahan pertanian kami terancam akibat penggunaan merkuri," ujarnya.

Ia mengatakan, Sungai Waiapo yang menjadi sumber irigasi mulai keruh sejak tambang ilegal masif dikerjakan sejak 2011. Ketika Kompas mendatangi daerah itu pada Februari lalu, sejumlah petambang melakukan pengelolaan emas setengah jadi di pinggir sungai itu. Limbah dibuang ke sungai.

Gunung Botak berada di hulu persawahan. Karena itu, merkuri yang dibuang terbawa arus sungai ke hilir melewati persawahan hingga berakhir di Teluk Kayeli. Lokasi yang tercemar sepanjang 30 kilometer dari titik awal pembuangan limbah.

Sugianto khawatir, zat merkuri masuk ke dalam padi atau tanaman lainnya sehingga menimbulkan bahaya pada masa mendatang.

Peneliti dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pattimura, Ambon, Yusthinus T Male, mengatakan, berdasarkan penelitiannya pada 2012, kandungan merkuri di dalam air sungai itu melebihi ambang batas. Sampel yang diambil di beberapa lokasi di sungai menunjukkan, kadar merkuri tertinggi 9 miligram (mg) per 1 kilogram (kg) lumpur. Di pesisir Teluk Kayeli yang menjadi muara sungai itu ditemukan konsentrasi merkuri sebanyak 3 mg per 1 kg lumpur. Padahal, ambang batas merkuri tidak boleh lebih dari 0,1 mg per 1 kg lumpur.

Kandungan merkuri juga ditemukan pada sejumlah tanaman seperti kacang panjang dan terong. Belum ada penelitian mengenai kandungan merkuri di dalam padi yang menggunakan air Sungai Waiapo. "Ini adalah ancaman serius," kata ahli kimia dari Universitas Pattimura tersebut. (frn)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com