Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ironi Desa Ema, Desa Kelahiran J Leimena yang Kini Masih Terbelakang

Kompas.com - 04/05/2015, 09:27 WIB
Frans Pati Herin

Penulis

AMBON, KOMPAS.com – Desa Ema, Kecamatan Leitimur Selatan, Kota Ambon, Maluku, masih jauh dari sentuhan pemerintah. Desa yang hanya berjarak lebih kurang 10 kilometer dari pusat Kota Ambon itu masih kesulitan dalam hal transportasi, prasarana jalan, kesehatan dan pendidikan.

Demi memperjuangkan dibukanya keterisolasian itu, sejumlah pemuda di Ambon membentuk Tim Ema Bergerak. Mereka berencana melakukan sejumlah aksi solidaritas yang dimulai dengan konferensi pers, Minggu (3/5/2015).

“Pembangunan belum berpihak ke sana. Padahal Ema hanya berada di pinggiran Kota Ambon,” kata Ketua Tim Ema Bergerak, Yani Salampessy.

Sebagai contoh, hingga saat ini, belum ada jalan aspal menuju ke sana. Untuk mencapai desa dengan ketinggian lebih kurang 210 meter dari permukaan laut itu, hanya bisa menggunakan sepeda motor.

Proyek pembukaan jalan masih dalam tahap penggusuran. Untuk aspek kesehatan, tidak ada petugas medis di sana. Kondisi tersebut dipantau beberapa waktu lalu.

Tempat kelahiran J Leimena
Kantor Puskesmas Pembantu Ema pun tertutup. Kondisinya kotor karena tidak terawat. Bangunan itu seakan mubazir. Para ibu mengaku tertekan ketika dalam masa kehamilan hingga melahirkan.

Yona Leimena (29), warga, mengisahkan saat ia melahirkan anaknya yang pertama pada 2013 lalu. Ketika itu, ia tidak bisa dibawa ke rumah sakit di Ambon karena kondisinya sangat lemah. Pihak keluarga kemudian meminta bantuan salah satu bidan di Desa Kilang yang berada dua kilometer dari Ema.

Namun, karena kurang pengetahuan dan pengalaman, bidan itu melakukan kesalahan sehingga menyebabkan bayinya nyaris meninggal dunia. “Waktu itu dia datang hanya bawa gunting saja. Tali pusar anak saya diikat pakai benang yang untuk menjahit pakaian,” tutur Yona.

Yani Salampessy mengatakan, kondisi itu sangat ironis. Pasalnya, Ema merupakan tempat kelahiran J Leimena, peletak dasar pelayanan kesehatan di Indonesia yang dikenal dengan Bandung Plan. Leimena adalah tokoh yang menelurkan ide Puskesmas.

Rudy Fofid, pengurus Tim Ema Bergerak menambahkan, untuk pendidikan, banyak guru yang memilih untuk tinggal di Ema. Akibatnya kegiatan belajar mengajar terbengkalai. “Persoalan di sana sangat kompleks,” ujar dia.

Sekretaris Desa Ema Andi Moses mengatakan, ia sudah menyampaikan kondisi tersebut kepada pemerintah, baik secara lisan maupun melalui surat, namun tidak tinggapi. “Kondisi desa kami hanya dijadikan sebagai komoditas politik para elit ketika menjelang pemilu,” ujar dia.

Sementara itu, Kepala Bagian Humas Pemkot Ambon, Joy R Adriaansz, mengatakan, pembangunan jalan menuju Desa Ema diperkirakan akan rampung tahun ini. Pemkot, kata Joy, juga berencana akan menempatkan satu dokter umum di sana. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com