Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Tiga Gunung Api 'Siaga', dan Alam Indah Nan Subur di Sulut

Kompas.com - 09/03/2015, 15:28 WIB
Kontributor Manado, Ronny Adolof Buol

Penulis

Setidaknya ada 40 letusan besar Karangetang yang pernah terekam sejak 1675 dan banyak tambahan letusan kecil lainnya yang tidak terdokumentasi. Lima letusan besar dari gunung api bertipe stratovolcano ini yang menimbulkan kematian terjadi pada 1940, 1972, 1976, 1983 dan tahun 1991.

Hingga kini status siaga belum dicabut sejak ditetapkan pada 3 September 2013. Walau mengancam keselamatan pemukiman warga, keberadaan Karangetang diyakini penduduk Siau membawa berkah tersendiri bagi pulau indah ini.

Siau terkenal sebagai salah satu penghasil pala terbaik di dunia, dan itu diyakini karena karakteristik tanahnya yang unik lantaran kehadiran Karangetang.

Lokon bawa berkah petani bunga Tomohon
Keberadaan gunung api sebagai pembawa kesuburan tanah juga diyakini warga yang bermukim di Tomohon. Dua gunung berapi mengapit kota bunga yang dingin ini, Mahawu dan Lokon. Material debu yang sering dimuntahkan Lokon bagi petani dianggap sebagai pupuk alami yang menyuplai humus bagi tanaman holtikultura dan tanaman bunga mereka.

Di kaki Gunung Lokon, para petani menggantungkan hidup mereka dari berbagai jenis tanaman bunga yang subur dan indah. Tak ayal Tomohon menjadi daerah penyuplai bunga utama bagi Sulut.

Di kota ini juga secara berkala digelar Tomohon International Festival of Flower sebagai bentuk apresiasi bagi para petani bunga.

Sementara di kaki Gunung Mahawu yang berstatus normal ini, para petani holtikultura menjadi pemasok utama kebutuhan sayur mayur bagi Sulut terutama Kota Manado. Bahkan beberapa pengusaha holtikultura menyuplai produksi sayuran Tomohon hingga ke Ternate dan Kalimantan.

Lokon memiliki ketinggian 1.580 meter dan hingga kini status siaganya yang ditetapkan sejak 24 Juli 2011 juga belum dicabut. Lokon pernah meletus dahysat pada tahun 1951, 1991, 2001 dan 2011. Pada letusan di tahun 1991 ribuan penduduk Tomohon harus diungsikan dan lontaran batu dan debunya merusak ratusan rumah warga.

Keberadaan gunung-gunung api di Sulut ini di samping menjadi penyuplai kesuburan tanah pertanian dan perkebunan juga menjadi penambah keindahan dan keunikan alam Sulut. Banyak wisatawan mancanegara datang ke Sulut hanya untuk melihat dan menyaksikan sendiri keberadaan gunung-gunung berapi tersebut.

"Saya tiap bulan selalu kedatangan wisatawan dari luar negeri untuk ditemani melihat dan mendaki Karangetang," ujar Dominik, salah satu pemandu gunung berapi di Siau.

Namun di sisi lain, keberadaan gunung berapi ini juga tentu harus diantisipasi oleh pemerintah daerah terutama BPBD saat gunung berapi tersebut menunjukkan aktivitas vulkanis seperti yang terjadi pada Soputan saat ini. "Kami sudah mendirikan pos-pos siaga dan selalu menyiapkan petugas saat ada kejadian. Pada beberapa hari belakangan ini kami juga sudah turun membagikan masker dan melakukan verifikasi kerusakan yang ditimbulkan oleh erupsi Soputan," kata Mokodaser. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com