"Tempe dilahirkan di Indonesia, khususnya di wilayah Kerajaan Mataram," katanya.
Konferensi yang terbuka untuk umum ini akan membahas segala hal seputar tempe, dari sisi sains, teknologi, kesehatan, sejarah, ekonomi hingga budaya. Konferensi yang menghadirkan para ilmuwan, akademikus, dan pengusaha tempe, ini juga dijadikan ajang promosi untuk mempopulerkan tempe dan produk olahannya kepada dunia.
Kemarin, Minggu (15/2/2015), peserta konferensi dari sejumlah negara melakukan kunjungan ke sentra batik tulis Giriloyo, Kecamatan, Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu. Selain melihat produk kerajinan batik tulis di wilayah setempat, para peserta juga belajar langsung cara membatik.
Para peserta yang di antaranya datang dari Belanda, Amerika Serikat, Korea Selatan, Jepang, Thailand, dan Perancis itu hampir semua mengaku baru pertama kali membatik tersebut. Mereka begitu sungguh-sungguh mencoba membatik.
Dengan bimbingan kelompok perajin Batik Giriloyo, para peserta tampak senang menggoreskan pewarna alami menggunakan canting ke dalam kain yang memang sudah ada gambar pola batik khas Giriloyo.
Setelah belajar batik di Giriloyo, rombongan juga mengunjungi perajin tempe "Bumi Langit" yang juga masih berada di Kecamatan Imogiri, Bantul. Di tempat ini, mereka juga melihat bagaimana proses pembuatan tempe, mulai dari awal hingga ke pengemasannya.
Konferensi internasional ini digagas oleh empat lembaga yang bergerak di bidang pangan dan gizi, yaitu Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI), Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan Indonesia (Pergizi Pangan), Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia (Permi), dan Konsorsium Bioteknologi Indonesia. Konferensi ini secara ilmiah dikoordinasi oleh Komisi Ilmu Rekayasa Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.