Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Mendapatkan "Ping" AirAsia QZ8501

Kompas.com - 23/01/2015, 08:15 WIB

Berlomba mendapatkan "ping"

Setelah diketahui lokasi evakuasi pascapenemuan serpihan dan jenazah korban pesawat AirAsia QZ8501, kapal-kapal yang membawa teknologi pendeteksi obyek bawah air mulai bergerak ke lokasi penemuan. Ada banyak kapal-kapal yang ikut melakukan pencarian memiliki sonar, tetapi tidak semua membawa pinger locator yang mampu menangkap ping dari kotak hitam pesawat.

Kapal-kapal perang seperti KRI Banda Aceh, KRI Bung Tomo, RSS MV Swift Rescue milik Singapura, dan kapal USS Fort Worth milik Amerika Serikat tentu dilengkapi sonar yang mampu menangkap obyek-obyek di dalam laut. Sama halnya dengan kapal-kapal survei seperti Baruna Jaya I milik Badan Pengkajian dan Pengembangan Teknologi (BPPT), kapal survei Java Imperia yang menjadi rekanan BPPT, dan kapal survei Mahakarya Geo Survey yang membawa beberapa alat yang mampu mendeteksi obyek-obyek di bawah air seperti multibeam echo sounder, side-scan sonar, dan magnetometer yang khusus mendeteksi obyek-obyek metal.

Beberapa kapal pun dilengkapi dengan remotely operated vehicle (ROV) dengan berbagai ukuran, yang berfungsi mengambil gambar obyek-obyek di dalam laut. Meski akhirnya ROV milik Singapura dari kapal RSS MV Swift Rescue-lah yang berhasil mengalahkan kuatnya arus di perairan Teluk Kumai dan Laut Jawa, dan mengabadikan dengan baik badan pesawat AirAsia QZ8501 pada Rabu (14/1), sekitar pukul 15.07 WIB.

Sebelumnya beberapa temuan obyek besar juga ditemukan sonar dari KRI Bung Tomo pada Jumat pagi (2/1), pukul 07.34 WIB, di sektor prioritas yang telah ditetapkan Basarnas. Temuan ditindaklanjuti dengan meminta kapal Geo Survey melakukan pendeteksian lebih lanjut dengan side-scan sonar dan magnetometer untuk memperoleh gambar yang lebih presisi dan memastikan dua obyek berdimensi 9.2 x 4.6 x 0.5 meter dan 7.2 x 0.5 meter yang ditemukan berdekatan di kedalaman 30 meter tersebut merupakan obyek metal.

Pada Sabtu (3/1), dua obyek lainnya ditemukan pada pukul 05.43 WIB dan pukul 15.00 WIB. Namun, keempat obyek tersebut tidak pernah terkonfirmasi dengan bukti gambar karena ROV milik kapal Geo Survey tidak berhasil mengalahkan arus 2.5 hingga 5 knot yang bergerak di dasar laut.

Pada Selasa (6/1), Kepala Basarnas mengumumkan area pencarian baru yang disebut sektor pencarian kedua untuk fokus mencari kotak hitam pesawat. Dan, pada hari yang sama ia kembali mengumumkan temuan dari sonar dari USS Fort Worth yang menjadi obyek besar ke-6 dan ke-7, tetapi kembali temuan tersebut tidak terkonfirmasi dengan gambar meski ROV milik kapal perang Amerika Serikat tersebut sudah dicoba untuk diturunkan ke bawah air.

Sebelumnya, pada Minggu (4/1), Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam Ridwan Djamaluddin mengatakan, Baruna Jaya I bergerak ke arah Barat Laut dari sektor prioritas pertama untuk fokus mendapatkan ping dari kotak hitam pesawat. Para perekayasa BPPT telah membuat model arah kapal berdasarkan koordinat temuan jenazah dan serpihan pesawat untuk menentukan lokasi kotak hitam.

Area baru pencarian Baruna Jaya I tersebut merupakan hasil permodelan yang dibuat yang direkomendasikan Kepala Balai Teksurla (Balai Teknologi Survei Kelautan), di mana butuh waktu sembilan jam untuk menjangkau lokasi tersebut dalam kondisi cuaca di perairan yang buruk. Pada area baru pencarian tersebut, telah dibuat rencana jalur pemetaan yang jika dilakukan secara disiplin dengan bantuan beberapa kapal akan menghabiskan waktu 60 jam atau secara matematis pemetaan akan membutuhkan waktu tiga hari.

Sementara Baruna Jaya I masih mencoba menemukan lokasi kotak hitam, pada Rabu (7/1), Kepala Basarnas mengumumkan penemuan ekor pesawat yang terkonfirmasi dengan hasil foto yang diambil oleh tim penyelam dari TNI AL yang berada di KRI Banda Aceh setelah kapal Geo Survey memperoleh citra dari sonar. Pengangkatan ekor pesawat akhirnya diputuskan dengan harapan kotak hitam yang terdiri dari Flight Data Recorder (FDR) dan Cockpit Voice Recorder (CVR) dapat ditemukan di bagian tersebut.

Setelah dua hari pengangkatan ekor pesawat dilakukan, ternyata Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Tatang Kurniadi mengatakan kotak hitam tidak ditemukan di bagian ekor. Dan pada hari yang sama, Sabtu siang (10/1), kapal Baruna Jaya I yang bekerja bersama kapal survei Java Imperia dan KN Trisula menemukan indikasi lokasi kotak hitam yang dicari, ping Emergency Locater Transmitter (ELT) yang didapat dari kotak hitam yang ditangkap Baruna Jaya I dan Java Imperia.

Sinyal ping yang berhasil dideteksi pinger locator milik Baruna Jaya I berlokasi di 3 derajat 37 menit 20.7 detik Lintang Selatan dan 109 derajat 42 menit 43 detik Bujur Timur, serta ping yang terdeteksi kapal riset Java Imperia di 3 derajat 37 menit 21.13 detik Lintang Selatan dan 109 derajat 42 menit 42.45 detik Bujur Timur tersebut diumumkan Kepala Basarna pada Minggu (11/1). Koordinat ini pun telah disampaikan kepada KNKT.

Meski demikian, temuan-temuan tersebut tidak pernah sempat terkonfirmasi secara visual mengingat Baruna Jaya I tidak "diperkenankan" berada di lokasi temuan itu lagi. Perekayasa Madya BPPT Yudo Haryadi mengatakan, ROV dan Autonomous Underwater Vehicles (AUV) yang sudah disiapkan Baruna Jaya I untuk mengambil visual dari lokasi kotak hitam dan sekaligus badan pesawat AirAsia tidak sempat diturunkan.

FDR akhirnya berhasil diangkat dari dasar laut pada Senin (12/1), disusul CVR berhasil diangkat tim penyelam TNI AL pada Selasa (13/1). Saat foto badan pesawat AirAsia akhirnya berhasil diabadikan ROV milik Singapura dari kapal RSS MV Swift Rescue, dan diunggah oleh Menteri Pertahanan Singapura Ng Eng Hen di akun Facebook-nya, pihak dari kapal Geo Survey menyebutkan lokasi temuan badan pesawat tersebut sudah diketahui pihaknya sebelumnya, dan koordinatnya diberikan untuk dapat diambil fotonya oleh ROV milik Singapura.

Sementara itu, saat Antara mengonfirmasi kebenaran penemuan badan pesawat AirAsia yang berhasil diabadikan ROV milik Singapura kepada Koordinator lapangan Tim KNKT Ony Soeryo Wibowo di Lanud Iskandar, ia membenarkan badan pesawat sudah ditemukan. Bahkan, menurut dia, badan pesawat bersama dengan bagian besar pesawat lainnya sebenarnya sudah ditemukan sebelumnya, hanya saja belum sempat teridentifikasi secara visual.

"Sudah ketemu (badan pesawatnya), area sudah dideteksi dan sudah diberi tanda. Mau diambil, mau dituruti lagi silakan," ujar dia.

KNKT, menurut dia, sudah melakukan analisis dan melakukan pemetaan awal kemungkinan lokasi pesawat sejak awal mendapat kabar pesawat dengan nomor register PK-AXC tersebut mengalami hilang kontak dengan ATC pada Minggu (28/1).

"Kami kirim side-scan sonar dengan menggunakan KN Jadayat dan KN Andromeda. Lokasi kami di bagian utara barat dari Basarnas bekerja, mereka (Basarnas) berkonsentrasi mengevakuasi korban di selatan sedangkan KNKT konsentrasi mendapatkan kotak hitam."

Ia mengatakan, lokasi badan pesawat yang dilokalisasi KNKT memang tidak jauh dari ekor pesawat yang telah ditemukan.

Cerita pencarian ping AirAsia pun tidak selalu berjalan tanpa ketegangan karena keinginan untuk memperoleh berita eksklusif membuat media massa nasional sempat bersitegang dengan awak media massa asing yang lebih mendapat keleluasaan memperoleh informasi dan gambar di Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. (Virna Puspa Setyorini)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com