Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Meriam Blek", Mainan Pengganti Petasan Saat Natal Kreasi Anak-anak NTT

Kompas.com - 15/12/2014, 05:54 WIB
Kontributor Kupang, Sigiranus Marutho Bere

Penulis

KEFAMENANU, KOMPAS.com - Jelang Natal dan Tahun Baru, anak-anak di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mulai beramai-ramai membunyikan petasan, kembang api hingga ‘meriam bambu’, serta ‘meriam blek’. Di Kabupaten Timor Tengah Utara misalnya, perayaan akhir tahun 2014 ini, kebanyakan anak-anak berpindah menggunakan meriam blek, karena lebih praktis, mudah digunakan dan biaya pembuatannya juga murah meriah.

Bunyi yang dihasilkan meriam blek memang tak kalah keras dengan kembang api ukuran besar yang dijual bebas di tempat umum. Bahan baku pembuatan meriam blek juga mudah didapat karena hanya menggunakan kaleng bekas dari susu maupun kaleng rokok.

Sejumlah anak-anak di Kelurahan Benpasi, Kecamatan Kota Kefamenanu, Timor Tengah Utara misalnya, mengaku lebih puas bermain meriam blek karena murah dan lama saat bermain.

“Sebelumnya, kami bermain petasan dan kembang api, namun karena harganya lumayan mahal dan cara (durasi) bermainnya juga cepat, sehingga kami akhirnya bermain meriam blek," kata Rivan, salah satu anak.

Rivan melanjutkan, untuk membuat meriam blek dia hanya menyiapkan uang sebanyak Rp 40.000, dengan rincian untuk satu liter spiritus Rp 20.000, pemantik gas ukuran besar Rp 5.000, lakban ukuran besar Rp 10.000 dan lakban ukuran kecil Rp 5.000. "Kami bermain meriam blek ini sampai puas dan lama, karena untuk menghabiskan satu liter spiritus biasanya bisa dua sampai tiga minggu,” ucap Rivan yang diamini rekannya yang lain.

Sedangkan menurut Bill, meski dentuman bunyi meriam blek sangat keras, namun tidak berbahaya bagi yang memainkannya. Jika dibandingkan dengan petasan maupun kembang api, jelas risiko bermain meriam blek lebih kecil.

”Kalau main petasan atau kembang api, salah bermain kita bisa terbakar. Sedangkan kalau meriam blek tidak apa-apa. Palingan hanya bunyinya saja yang sangat keras terdengar,” tutur Bill.

Anak-anak ini mengaku, ketika hendak bermain meriam blek, mereka selalu mencari tempat yang jauh dari pemukiman warga. Dengan demikian, permainan mereka tidak mengganggu warga saat beraktivitas atau pun yang sedang beristirahat.

“Kami ingin bermain sampai natal dan tahun baru nanti, sehingga untuk itu kami menjaga agar jangan sampai mengganggu warga. Karena ketika sudah mengganggu warga, pasti kami akan dilarang saat bermain meriam blek ini,” kata Rivan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com