Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Senandung "Lullaby", Merawat Gajah dengan Hati dan Cinta...

Kompas.com - 21/10/2014, 15:16 WIB
Kontributor Banda Aceh, Daspriani Y Zamzami

Penulis

“Menangani gajah bukan hanya dengan fisik, tapi juga dengan hati dan cinta, karena mereka adalah mahkluk yang memiliki perasaan halus walaupun bertubuh besar. Terapi merawat gajah dengan cinta terbukti membuat binatang ini bisa dikendalikan dan bisa hidup berdampingan dengan manusia,” kata Lek.

Dan, Lek pun mulai membelai kepala Agam, sambil membisikkan ‘Lullaby’ di telinganya. Setelah itu, Lek juga memberi pijatan khas bagi Agam, yang diyakini pijatan dan sentuhan ini akan bisa mengurangi rasa sakit yang dirasakan Agam.

Lek juga mengisahkan kasus yang sama, bahkan lebih parah yang pernah ditanganinya terhadap gajah yang dibawa ke lokasi cagar alam miliknya bernama Mintra. “Gajah betina ini datang ke tempat kami dengan kondisi yang lebih parah dari Agam, namun dengan keseriusan dan perhatian penuh, kami merawatnya bersama-sama, hingga dia bisa sembuh meski harus berjalan pincang, bahkan kini dia sudah melahirkan seekor bayi gajah yang lucu.

Rontgen
Selama berada di PLG, keduanya bekerjasama dengan dokter Rosa yang selama ini menjadi dokter di pusat latihan gajah ini. “Senang rasanya bisa mendapat teman untuk membantu kesembuhan Agam, kami berusaha menangani dengan harapan di bisa cepat pulih dan bisa bermain kembali,” ujar Rosa.

Sabtu 18 Oktober lalu, sebut Rosa, sepanjang hari Agam menjalani proses rontgent, untuk mengetahui kondisi tulang kakinya. “Sebelumnya juga sudah pernah dilakukan proses rontgent namun belum begitu sempurna, kini kita kembali melakukannya dengan bantuan alat yang lebih baik, yang dipinjamkan dari Jakarta, dan kini kita tunggu hasilnya saja,” terang Rosa.

K12-11 Petugas Medis sedang melakukan proses rontgen terhadap Gajah bernama Agam yang beruisa 2 tahun di Pusat Latihan gajah (PLG) Saree, Kabupaten Aceh Besar. **** K12-11
Proses rontgent berjalan dengan baik, walau alat rontgent sempat mengalami gangguan karena intensitas pemakaian yang memakan waktu berjam-jam.

Pusat Latihan Gajah, adalah tempat penjinakan gajah di bawah naungan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh. Kini di sana ada 38 ekor gajah jinak jantan dan betina serta 2 bayi gajah. Kedua bayi masing-masing bernama Rosa dan Agam.

Rosa sudah berusia 2,5 tahun dan lahir dari induk bernama Suci dan sang ayah bernama Geng yang merupakan gajah liar, yang kini sudah mati akibat perburuan gajah. Rosa lahir di lokasi Conservation Rescue Unit (CRU), Desa Ie Jeureungeh, Kecamatan Sampoiniet, Kabupaten Aceh Jaya akhir tahun 2011.

Kelahiran Rosa atau yang dikenal dengan nama Oca, ini memberi kegembiraan bagi penghuni CRU Ie Jeureungeh, PLG Saree dan BKSDA, di tengah makin berkurangnya populasi gajah Sumatera di Aceh.

Selain Rosa, PLG pun mendapat kiriman seekor bayi Gajah diberi nama Agam. Agam diserahkan oleh warga di Kabupaten Aceh Timur yang menemukannya dalam kondisi mengenaskan. Saat ditemukan Agam terjerumus dalam sebuah lubang sumur kering oleh warga dan kemudian menyerahkannya kepada PLG Saree.

“Sebagai gajah yatim piatu, Agam memang rentan, imunitas tubuhnya sangat rendah karena tidak mendapat asupan air susu ibu, jadi penanganan dan perawatan kesehatan untuk dia memang harus lebih intensid ketimbang Oca,” kata Rosa.

Selain Agam, PLG Saree sebelumnya juga menerima seekor anak gajah diberi nama Raju. Raju dievakuasi sekitar bulan Juni 2013 lalu, namun akibat tidak mampu bertahan akhirnya Raju mati pada Juli 2013.

Genman mengatakan, kini angka gajah sumatera ((Elephas maximus sumatranus) di Aceh terus menurun akibat pembunuhan gajah. Ini terindikasi ada hubungan dengan perburuan gading. Untuk mengantisipasi pembunuhan gajah, BKSDA Aceh mengintesifkan pertemuan dengan masyarakat desa yang kerap berkonflik dengan gajah.

Selama 2012, tercatat 27 gajah mati sebagian besar karena dibunuh dengan diracun dan dijerat di berbagai kabupaten di Aceh. Dari semua kasus itu baru satu pembunuhan gajah bernama Papa Genk di Sampoinet Kabupaten Aceh Jaya pada Juli 2013 diproses hingga ke pengadilan.

Sementara itu sepanjang September 2014, 3 ekor gajah liar tewas di dua kabupaten, yakni Kabupaten Aceh jaya dan Kabupaten Aceh Timur. Kini di Aceh hanya tersisa kurang dari 500 gajah liar saja.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com