Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Ada Biaya Berobat, 11 Tahun Hadi Dipasung

Kompas.com - 21/10/2014, 14:52 WIB
Kontributor Malang, Yatimul Ainun

Penulis


MALANG, KOMPAS.com - Sejak tahun 1999 silam, Nur Hadi (37), warga Desa Sukonolo, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, mengalami gangguan jiwa. Namun sejak tahun 2003, Nur menjadi semakin parah dan kerap mengamuk membahayakan orang lain.

Sejak saat itulah, lelaki itu dipasung oleh pihak keluarga hingga hari ini, Selasa (21/10/2014).  "Kalau makan, minum dan merokok, dia seperti orang normal. Makanya dia tetap gemuk. Jika kondisinya normal, penyakitnya tidak kambuh, dia ingat seperti orang normal," kata Nur Hasan Mujib, kakak kandung Hadi.

Siang tadi terlihat Hadi sedang makan nasi seadanya. Ruang tempatnya dipasung berada di belakang rumah orangtuanya. Dia adalah anak kedua dari pasangan Tasrip dan Siti Rahmah.

Menurut cerita Mujib, keluarga tidak tahu penyebab penyakit yang menjangkiti adiknya. "Sejak kecil hingga dewasa, dia orangnya rajin mengaji, rajin beribadah. Pintar baca Al Quran, rajin wiridan," kata dia.

Saat masih berumur 20 tahun, Hadi tertarik untuk mendalami ilmu agama dan ilmu kanuragan, untuk menjaga keselamatan diri. "Sejak tertarik belajar ilmu kanuragan, dia mencari banyak guru yang siap mempelajari kanuragan. Tak lama belajar ilmu itu, pikirannya mulai kacau seperti orang stres," kata Mujib.

Mujib mengatakan, adiknya terus bercita-cita ingin mudah mendapatkan rejeki yang banyak, tanpa harus banting tulang mencari kerja. "Katanya mengamalkan wiridan ilmu kanuragan dan ilmu supaya cepat kaya raya, tanpa harus kerja. Saya sudah bilang saat itu, tanpa kerja keras tak mungkin bisa kaya. Tapi dia tak mau diberi tahu. Ya, keluarga membiarkannya," kata Mujib.

Sejak saat itu, usai melaksakan shalat subuh, terlihat Hadi seperti orang stres. Bicara sendiri dan ngamuk. Keliling ke rumah tetangga mencuri pakai yang sedang dijemur di depan rumah. "Sejak itu keluarga mulai mencarikan obat. Membawa dia ke banyak orang pintar dan kiai. Tapi tak juga ada hasil," kata dia.

Setelah dicarikan banyak orang pintar untuk mengobati, kondisi malah bukan sembuh. Dia bertambah parah menderita gangguan jiwa. "Mungkin sudah puluhan juta biaya untuk mengobati dia. Tak juga sembuh. Karena keluarga sudah tak punya apa-apa, mau dimakan saja susah, akhirnya dirawat di rumah saja," kata Mujib.

Saat dirawat di rumah, perilaku Hadi pun malah membayakan keluarga. Ibu, kakak, saudara dan tetangga yang datang ke Hadi malah diancam dibunuh. "Sering pegang parang mau bunuh keluarga dan setiap orang yang ada di hadapannya. Akhirnya keluarga sepakat untuk memasungnya di belakang rumah," kata dia.

KOMPAS.com/Yatimul Ainun Nur Hadi, penderita gangguan jiwa, yang sejak 2003 silam, dipasung dan di rantai kedua kakinya. Karena jika dilepas membayakan orang lain dan karena sudah tak ada biaya untuk berobat. Selasa (21/10/2014).
Saat dipasung, Hadi masih berhasil membuka pasung yang dipasang di kaki dan tangannya. "Hanya kurang lebih tiga bulan dipasung. Dia masih bisa membuka pasungnya. Dan dia terus berusaha untuk bunuh diri dengan cara gantung diri. Untungnya, tali yang digunakan untuk gantung diti terputus dan diketahui ibu saya. Berusaha bunuh diri sudah tiga kali," kata dia.

Berbagai upaya yang sudah dilakukan pihak keluarga tak juga membuat Hadi sembuh, dan berhenti mengancam keluarga dan tetangga. "Akhirnya, kita putuskan untuk dirantai kedua kakinya dan rantainya kita cor ke tembok, biar tidak bisa dilepas lagi," kata dia.

Mujib mengaku, Hadi juga sudah pernah dibawa ke Rumah Sakit Jiwa di Porong. "Namun, hanya sebulan di sana, dia berpura-pura jadi pasien sembuh, layaknya orang normal. Akhirnya diizinkan untuk pulang. Ternyata sampai di rumah masih kembali berulah. Masih ngamuk, bahkan saya dan ibu terus diancam akan dibunuh," kata Mujib.

Siti Rahmah dan Mujib serta keluarga lainnya kini sudah pasrah. Membiarkan Hadi dirantai di kedua kakinya. "Karena sudah tak ada biaya lagi. keluarga di sini sudah pasrah," aku Mujib.

Sejak Hadi menderita gangguan jiwa, tak satu orangpun pihak pemerintah yang peduli untuk membantu mengobati Hadi. "Hanya pernah Pak Lurah datang mengusulkan untuk dibawa ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) lagi di Lawang, Malang. Tapi Hadi tidak mau, malah mengancam akan membunuh siapapun jika dibawa lagi ke RSJ," kata dia.

Sementara itu, menurut pengakuan Siti Rahman, ibu Hadi, dia pasrah melihat kondisi anaknya. Tak ada upaya untuk mengobati Hadi, karena sudah tak ada biaya lagi. "Saya sudah pasrah. Tak ada lagi biaya untuk membawa anak saya itu berobat," kata dia.

Rahmah berharap ada kepedulian dari pemerintah untuk mengobati Hadi supaya kembali normal. "Saya ingin anak saya kembali normal. Semoga ada bantuan dan kepedulian dari pemerintah. Jika tak ada, biar dia dirantai saja di rumah," kata dia lagi.

Diberitakan sebelumnya, di Kabupaten Malang, pada tahun 2014, ada 14 orang yang menderita gangguan jiwa yang dipasung oleh pihak keluarga. Karena tak ada biaya untuk berobat dan jika dilepas membahayakan banyak orang.

Hal itu diakui oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, Abdurrachman. Namun, Dinkes sudah berupaya dan membuat gerakan memberantas pasien gangguan jiwa yang dipasung oleh pihak keluarga. Pihaknya siap untuk membiaya pasien penderita gangguan jiwa hingga sembuh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com