Sebelumnya, kematian Nurul disebut karena keracunan nasi goreng yang ia santap di rumah Agus. Samsudin, paman Nurul, meragukan penyebab kematian tersebut.
Atas kejanggalan ini, keluarga Nurul sempat meminta proses otopsi. Namun, rencana itu gagal karena tingginya biaya otopsi, yang mencapai angka Rp 30 juta. "Di saat itu, keluarga kami dalam keadaan susah, kami tidak memikirkan ke situ. Tiga bulan kemudian, kami menunggu hasil dari polsek, tidak ada kejelasan. Makanya adik kami dari Malang menghadap Kapolres langsung," kata Samsudin, Rabu (8/10/2014).
"Alhamdulillah, jangka waktu dua minggu, kita sudah diadakan otopsi. Kami dari keluarga mengucapkan terima kasih kepada Kapolres," ujar Samsudin saat mengawasi langsung pembongkaran makam Nurul Hidayah demi kepentingan penyelidikan.
Samsudin menjelaskan, kabar kematian Nurul diterima pukul 11.00 malam. Saat itu, Agus menghubungi Lusiah, tante Nurul. "Katanya, kami keracunan makanan, segera tolong kami. Tantenya kemudian meluncur ke sana. Menurut tantenya, Agus hanya mual-mual di depan pintu," kata Samsudin.
"Sementara itu, pada Nurul tidak ditemukan bekas-bekas muntah di tempat tidurnya. Kalau keracunan makanan kan ada tanda, apakah dia muntah. Sampai di rumah sakit pun tidak ada bekas cairan apa atau bau racun apa," ujar Samsudin lagi.
Lusiah pun mengiyakan penjelasan Samsudin. "Waktu ditemukan, Nurul dalam keadaan setengah telanjang. Dia pakai baju dengan celana terbalik dan hanya terpasang sampai di lutut saja. Dia ditutup pakai selimut, dan banyak cairan tumpah dari kemaluan," kata Lusiah.
Tanpa pikir panjang, Lusiah meminta agar keponakannya segera dilarikan rumah sakit. "Sampai di rumah sakit, dokter bilang sudah tidak ada (Nurul sudah meninggal). Menurut dokter, memang tidak ada tanda-tanda keracunan. Keterangan dokter juga menunjukkan tidak ada tanda-tanda kekerasan," ungkap Lusiah.
Kejanggalan lain didapati keluarga saat jenazah Nurul akan dimandikan. Di punggung wanita itu ditemukan sejumlah lebam. Selain itu, jenazah Nurul juga mengeluarkan darah dari hidung dan mulut.
"Waktu di rumah sakit tidak ditemukan lebam. Cuma sekitar satu jam setelah sampai di rumah, kami buka, ada lebam banyak. Lebam di dada termasuk ada bekas kerokan di leher. Di dagu juga ada bekas seperti kuku. Kami curigai ada unsur kekerasan," sambung dia.
Upaya otopsi diharapkan bisa menghasilkan titik terang. "Mudah-mudahan bisa kita ungkap, apa sebenarnya penyebab kematiannya supaya almarhum tenang di alamnya. Keluarga juga tenang," kata Samsudin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.