Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kopi untuk Selamatkan Korban Prostitusi

Kompas.com - 05/09/2014, 10:04 WIB

Mantan Sekretaris Jenderal Serikat Petani Lampung Purnomo Subagio mengatakan, hal itu karena wilayah pedesaan relatif belum siap menghadapi derasnya laju informasi dan arus konsumerisme.


Sebanyak 200 anak korban prostitusi itu didampingi setelah para aktivis Bantuancoffee.org membongkar jaringan mereka lewat pendekatan terhadap sekitar 10 penghubung. ”Sepuluh penghubung ini laki-laki, berusia 18 tahun hingga 25 tahun yang sebelumnya menjadi perantara dalam jejaring trafficking yang kami ubah pemahamannya,” ujar Aldi.

Para korban dicari, didekati, diselamatkan, didampingi, dan disembuhkan jika terinfeksi penyakit.

Adapun untuk penyelesaian kasus, sebagian di antaranya melalui proses litigasi dan sebagian tuntas dengan mekanisme nonlitigasi (di luar pengadilan). Koordinator program penyelamatan dan pendampingan anak yang menjadi korban eksploitasi seksual Bantuancoffee.org, Mahmudah, menyebutkan, terkadang ada hambatan soal pemahaman sebagian penyidik terkait penggunaan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang yang membuat pelaku relatif sulit dijerat.

Aldi menambahkan, tak kurang dari Rp 15 juta diperlukan untuk membiayai pendampingan hingga masa transisi sebelum menempuh pendidikan. Kebutuhan biaya yang relatif besar itulah yang disokong Bantuancoffee.org dengan menjual kopi luwak ke Belanda dan menggunakan seluruh keuntungannya untuk kepentingan tersebut.

Syarif yang merupakan salah seorang inisiator Bantuancoffee.org mengatakan, skema gerakan itu dimulai pada 2012. Hal ini menyusul kucuran dana dari sejumlah lembaga donor yang biasanya dihentikan dalam periode waktu tertentu.

Padahal, saat kucuran dana dihentikan, program di lapangan untuk penanggulangan prostitusi anak belum sepenuhnya diselesaikan. ”Karena itulah Bantuancoffee.org didirikan dengan tujuan agar ada keberlanjutan program karena ini yang penting,” ujar Syarif.

Syarif mengatakan, Bantuancoffee.org sepenuhnya dijalankan di Belanda oleh sejumlah akademisi secara pro bono. Mereka di antaranya Robert Porter, Eldad Eitje, Malini Laxminarayan, Laura Klaming, dan Lorena Sosa.

Adapun ide pendirian Bantuancoffee.org didapat Syarif beserta Porter saat melakukan riset tentang topik hukum di Lampung dan Yogyakarta pada 2011. Untuk tujuan itu, Syarif mengumpulkan biji kopi arabica yang sudah dikonsumsi luwak dari Takengon, Aceh Tengah, Aceh.

Sekitar 10 kilogram biji kopi luwak bisa dipaketkan dalam sekali kirim untuk selanjutnya dilakukan proses roasting di Belanda. ”Tahun 2013, kami dapat dana Rp 137 juta,” kata Syarif.

Dana itu sepenuhnya digunakan untuk menyelamatkan anak-anak korban perdagangan manusia yang dijerumuskan dalam kegiatan prostitusi. Tentu saja, semakin banyak kopi luwak yang ditransaksikan dengan skema ini, semakin banyak anak- anak seperti O yang bisa lolos dari jerat transaksi prostitusi.(Ingki Rinaldi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com