Muzammil menjelaskan, saat lahir, kondisi putrinya itu normal. Namun delapan bulan kemudian, Ningsih mulai mengalami kelainan, yakni sering kejang-kejang disertai demam tinggi.
Menurut Muzammil, sejak anaknya sering demam dan kejang-kejang, berat badannya terus menurun. Setelah berusia 2 tahun, berat badannya hanya 7 kilogram. Melihat kondisi kesehatan anaknya terus menurun, Muzammil mencoba pengobatan dan perawatan alternatif berdasarkan petunjuk beberapa orang.
"Saya coba bawa ke dukun pijat karena kata orang penyakit anak saya sawan. Tapi tidak ada perkembangan," kata Muzammil, Sabtu (3/5/2014).
Setelah menempuh pengobatan dan perawatan alternatif, Muzammil membawa anaknya berobat ke dokter spesialis anak di Pamekasan. Oleh dokter, Ningsih divonis mengalami radang otak.
"Kata dokter ada gumpalan cairan di bagian kepala yang menyebabkan penyumbatan pada saraf," terangnya.
Setelah dirawat dokter, semakin hari kondisi Ningsih bukan semakin sehat, justru kepalanya semakin membesar dan intensitas kejang-kejang semakin sering. Akhir-akhir ini, tangan kiri Ningsih tidak bisa digerakkan seperti sudah mati. Bahkan ketika bergerak terlalu kasar, Ningsih langsung kejang-kejang.
"Saya sudah kebingungan untuk merawatnya karena jalur alternatif dan jalur dokter sudah sama-sama ditempuh. Namun saya tetap tidak mau putus asa untuk mencari petunjuk demi kesembuhan anak," ungkap Muzammil.
Muzammil yang sehari-hari hanya sebagai kuli bangunan mengaku kesulitan untuk membiayai pengobatan anaknya. Ia mengaku juga tidak terdaftar sebagai peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
"Andaikan ada bantuan dari pemerintah untuk membiayai pengobatan anak saya, mungkin beban saya tidak terlalu berat," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.