Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Mayat Tanpa Kepala, Dibunuh karena Hamil

Kompas.com - 28/04/2014, 14:31 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis


BANYUWANGI, KOMPAS.com - Motif pembunuhan terhadap Eni Marpuah (14) yang dimutilasi di Banyuwangi terungkap. Pelaku adalah SA, siswa SMK swasta yang masih berumur 17 tahun yang tak lain adalah kekasih korban.

Kepada Kompas.com, Senin (28/4/2014), SA mengaku kesal dengan Eni yang meminta pertanggungjawabannya karena sudah hamil dua bulan.

"Dia terus mendesak saya untuk bertanggungjawab. Sedang saya sendiri masih sekolah. Kekesalan saya memuncak ketika dia tidak mau pulang dan memilih tidur di rumah saya beberapa hari," kata SA.

Pada Sabtu malam (19/04/2014) SA mengajak Eni untuk jalan-jalan bersama dengan temannya ARA (17) dengan menggunakan sepeda motor. Mereka lantas berboncengan bertiga. Saat tiba di Lapangan Kabat, mereka berhenti.

Lalu di lokasi yang sepi itulah, SA mencekik Eni hingga tewas. Sedangkan ARA menunggu di atas sepeda motor. "Setelah tewas, saya dan ARA membawa mayatnya ke jurang di pinggir sungai. Rencananya mau ditanam tapi enggak jadi karena waktu itu sudah pagi. Akhirnya kami biarkan saja mayatnya di situ. Hari minggu itu kami berdua inisiatif untuk memotong kepalanya untuk menghilangkan jejak. Saya sudah panik sekali," katanya.

Setelah di mutilasi, SA dan ARA meletakkan tubuh dan kepalanya berdampingan dan ditutup dedaunan.

"Ada sekitar lima hari saya biarkan di sana, tapi setiap hari saya selalu datang buat ngecek masih ada atau enggak mayatnya. Terakhir ya hari Jumat malam (25/04/2014) saya liat masih ada di tempatnya, sebelum hari Sabtu ditemukan di sungai. Saya sendiri enggak tau kok bisa. Saya hanya meletakkan di pinggir sungai. Mungkin sungainya banjir jadi mayatnya ke bawa," ungkap SA.

Pengajian
SA bercerita, ia mengenal Eni Marpuah sejak masih anak-anak, karena rumah mereka hanya berjarak 500 meter. "Pacarannya sudah lima bulan terakhir ini setelah sering pengajian bareng di kampung. Setelah itu sering jalan bareng," jelasnya.

SA mengaku dua kali berhubungan badan dengan Eni setelah dua bulan berpacaran. Sementara itu ARA kepada Kompas.com mengaku membantu SA, karena selama beberapa minggu terakhir ia tinggal di rumah SA.

"Saya berutang budi karena saya tidur, makan di rumah SA. Saya nggak tinggal di rumah karena bapak ibu saya tinggal di Bali. Kebetulan bapak ibunya SA juga tinggal di Bali. Saya keluarga broken home dan tidak melanjutkan sekolah," tambah ARA.

ARA mengaku pertama kali yang memotong kepala korban dengan golok atas perintah SA. "Karena saya nggak bisa, akhirnya motongnya dilanjutkan sama SA," jelasnya.

ARA mengaku menyesal telah melakukan pembunuhan tersebut apalagi sejak di tahan di Polres Banyuwangi tidak satu pun keluarga yang menjenguknya. "Sekarang saya cuma pingin ketemu sama bapak ibu. Saya mau minta maaf karena sudah buat malu keluarga," kata pemuda itu.

Sementara itu, Kepala Polres Banyuwangi AKBP Yusuf menegaskan, pelaku masih berusia di bawah umur dan akan mendapat perlakuan khusus yang akan disesuaikan dengan pengembangan penyelidikan.

"Nanti dulu dilihat akan dikenakan pasal berapa, karena kedua pelaku masih berusia 17 tahun," ungkap dia.

Yusuf juga menambahkan, saat ini fokusnya adalah mencari kepala korban yang masih belum ditemukan. "Sudah koordinasi dengan warga sekitar sungai untuk kerjasama mencari kepala korban atau melaporkan jika menemukan hal-hal yang mencurigakan," tegasnya.

Selain menahan dua pelaku, pihak kepolisian juga menyita barang bukti beruapa golok, cangkul, anting korban dan juga sepeda motor milik pelaku.

Seperti diberitakan sebelumnya, Sabtu (26/04/2014) warga geger karena menemukan mayat perempuan tanpa kepala mengambang di sungai. Saat ditemukan kondisi mayat sudah membusuk dan hanya menggunakan bra dan celana pendek.

Dari bra warna biru diketahui mayat tersebut bernama Eni, siswa kelas tiga Mts warga Desa Badean Kecamatan Kabat. 

Baca juga:
Bra Biru Ungkap Identitas Mayar Perempuan Tanpa Kepala

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com