Sarah misalnya. Siswi SMP Negeri Letta, asal Dusun Kaluku, Desa Letta, ini mengaku setiap hari harus berjalan kaki lebih dari enam kilometer agar bisa sampai ke sekolah.
Seperti anak-anak lain di Desa Letta, agar bisa tiba tepat waktu pada pukul 9.00, Sarah sudah harus berjalan kaki meninggalkan rumah selepas subuh.
Berbekal kaus, seragam, dan sandal jepit, Sarah dan teman-temannya setiap hari menaklukkan pegunungan terjal, hutan belantara, serta sungai.
“Saya berangkat subuh hari ke sekolah agar tidak terlambat. Karena tarif ojek mahal, terpaksa jalan kaki berkelompok dengan teman lainnya," kata Sarah.
Satu-satunya alat transportasi yang ada di kawasan itu adalah ojek, dengan tarif yang terbilang mahal, yakni Rp 50.000 untuk satu kali perjalanan.
Alhasil, moda transportasi itu tak menjadi pilihan bagi para siswa yang ingin tetap menuntut ilmu tersebut. Rutinitas yang melelahkan dan menyita hampir seluruh waktu pun mereka lakoni demi bisa tiba di sekolah.
“Saya bangga. Meski jaraknya jauh mereka pantang menyerah dan tetap semangat datang ke sekolah,” ujar Hasniar.
Tantangan lebih besar akan terlihat saat anak-anak ini nanti harus melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA. Mereka harus meninggalkan kampung halaman dan orangtua karena SMA terdekat hanya ada di ibu kota kabupaten atau kecamatan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.