Namun ternyata, sekalipun pabrik membeli harga mahal, petani masih mengaku rugi. Kerugian itu disebabkan anomali cuaca yang terjadi di Madura sejak awal masa tanam tembakau. Kondisi itu menyebabkan tanaman tembakau mati terendam banjir.
Bagi petani yang tidak jera, kembali menanam tembakau sampai lima kali di lahan yang sama. Ahmad Fawaid, petani asal Desa Gugul, Kecamatan Tlanakan mengaku sejak tanam awal sudah rugi Rp 4 juta. Pasalnya, empat kali menanam empat kali pula tembakaunya mati.
Satu-satunya yang hidup yakni pada tanaman yang kelima kalinya setelah hujan betul-betul tidak ada lagi sampai hari ini. "Walapun harga tembakau mahal sama sekali petani tidak untung karena harus menanam berulang-ulang," kata Fawaid, Senin (16/9/2013).
Dijelaskan Fawaid, biaya yang dikeluarkan selama menanam tembakau mencapai Rp 9 juta. Rinciannya, Rp 5 juta untuk penanaman yang berulang-ulang, Rp 1 juta biaya penggarapan lahan, Rp 2 juta biaya perawatan, Rp 1 juta biaya pemupukan.
Sementara hasil yang didapatkan dari penjualan tembakaunya hanya Rp 7,5 juta. "Ongkos bekerja selama semusim dan biaya perajangan hingga pengiriman tembakau ke gudang belum dikalkulasi. Artinya tahun ini banyak petani tetap rugi," katanya.
Sementara, stok tembakau di seluruh Pamekasan tahun ini sangat sedikit. Jumlah lahan seluas 31.000 hektar yang ditanami, hanya 5.000 hektar yang bisa diselamatkan. Sisanya mati sia-sia karena terendam banjir dan petani enggan menanam kembali.
"Meskipun tembakau sedikit tidak lantas menaikkan harga, tetapi pihak pabrik rokok tetap melihat kualitas tembakau itu sendiri," kata Ajib Abdullah, Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Kabupaten Pamekasan.
Ajib menyadari bahwa tahun ini petani ada menanam tembakau sampai lima kali.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.