Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penangkapan Misterius Pria Banyumas

Kompas.com - 17/08/2013, 17:08 WIB

BANYUMAS, KOMPAS.com — Seorang warga Desa Kebarongan RT 02 RW 13, Banyumas, Syafei (21), diduga ditangkap oleh orang tak dikenal, Sabtu (17/8/2013) sekitar pukul 10.00 WIB.

Informasi yang dihimpun dari sejumlah saksi mata, peristiwa tersebut terjadi saat Syafei bersama keponakannya, Muzaharo (4), berbelanja di kios milik Titi yang berlokasi tidak jauh dari rumahnya.

"Syafei datang sambil menggendong keponakannya. Dia tanya kepada keponakannya, mau beli apa? Keponakannya bilang ingin ’Pop Mie’, tapi Syafei melarangnya dan menyarankan untuk beli permen," kata kakak Titi, Fajriah.

Akan tetapi saat hendak mengambil permen, kata dia, Syafei langsung disergap oleh lima orang bertubuh tegap yang sejak tiga hari lalu "nongkrong" di samping kios ini.

Fajriah mengisahkan, tubuh Syafei langsung digotong oleh empat orang itu dan langsung dimasukkan ke dalam sebuah mobil sejenis Avanza berwarna silver, sedangkan keponakan Syafei ditinggal di bangku depan kios.

Ia mengatakan bahwa mobil itu langsung berjalan ke arah barat bersama sebuah mobil lainnya yang baru datang.

"Salah seorang di antaranya membayar permen yang hendak dibeli Syafei. Beberapa di antaranya mengendarai dua dari tiga sepeda motor yang mereka pakai ke sini, sambil bilang titip motor yang satunya," katanya.

Dia mengaku sempat bertanya apakah mereka petugas intelijen kepolisian, dan salah seorang di antaranya mengiyakan sambil memasang masker.

Beberapa saat kemudian, kata dia, ada petugas dari Kepolisian Sektor Kemranjen yang datang untuk mengambil sepeda motor yang dititipkan oleh lima orang itu.

"Saya sempat bertanya, ada kasus apa sebenarnya. Namun polisi itu mengaku tidak tahu," katanya.

Sementara itu, Titi mengatakan bahwa Syafei sudah empat bulan tidak terlihat di rumahnya yang berada di tepi Jalan Raya Buntu-Yogyakarta tersebut.

Menurut dia, Syafei baru kelihatan di rumahnya saat Lebaran. "Saya tidak tahu ke mana dia selama ini," katanya.

Buku radikal

Saat ditemui di rumahnya, ayah Syafei, Slamet Raharjo (65) mengaku terkejut atas peristiwa yang dialami anak ketujuh dari delapan bersaudara hasil pernikahannya dengan Musrifa (62).

Dia mengaku belum mengetahui apa yang sebenarnya dialami anaknya. "Saya tidak tahu apakah Syafei terlibat dalam jaringan teroris atau tidak," katanya.

Kendati demikian, dia mengatakan bahwa Syafei sejak delapan bulan lalu sering membaca buku-buku beraliran radikal.

"Saya sering mengingatkan agar dia tidak membacanya, tapi dia tetap nekat. Saya pribadi tidak suka terhadap buku-buku itu, dan saya pun tidak tahu dia dapat buku itu dari mana," katanya.

Menurut dia, Syafei termasuk anak yang pendiam dan jarang berbincang-bincang dengan orangtuanya.

Oleh karena itu, dia mengaku sulit memahami kepribadian Syafei termasuk perubahan perilaku.
Ia mengatakan bahwa Syafei sering kali tidak mau menuruti nasihat orangtua.

Bahkan, kata dia, Syafei juga tidak mau membuat kartu tanda penduduk (KTP) meskipun telah berulang kali disuruh. "Syafei pernah dua kali pergi tanpa pamit. Setelah dua bulan pergi, dia datang ke rumah saat subuh," katanya.

Terkait masalah Syafei yang dibawa orang tidak dikenal, Slamet mengaku bingung lapor ke mana.
Oleh karena itu, dia mengaku pasrah jika Syafei ditangkap Densus karena diduga sebagai teroris.

"Saya kepada anak selalu tegas, kalau salah tetap salah. Saya sudah berusaha membimbingnya. Namun saya mohon, kalaupun Syafei salah dan diduga teroris, mohon jangan dipukuli," katanya.

Saat dikonfirmasi wartawan mengenai warga yang diduga ditangkap Densus 88, Kapolres Banyumas Ajun Komisaris Besar Polisi Dwiyono enggan berkomentar. "Saya tidak tahu. Kan sudah tahu sendiri," katanya singkat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com