Salin Artikel

Cerita Dua Siswa di Lembata NTT, Olah Biji Asam Jadi Kue Kering

Awalnya, dua pelajar bernama Yopiana Sifra Ardit dan Robertus Belarminus L Hobamatan itu mendapat tugas membuat karya tulis sebagai tugas mata pelajaran kewirausahaan.

Tugas tersebut diberikan oleh guru wali kelas yang juga mengasuh mata pelajaran kewirausahaan.

Keduanya mencari referensi karya tulis yang menarik dan dapat menghasilkan suatu produk inovasi.

Yopiana dan Robertus mendapat cerita bahwa sejak zaman dulu biji asam menjadi makanan pengganti beras saat musim lapar.

Keduanya kemudian memilih biji asam sebagai topik karya tulis dengan judul "Pengolahan Biji Asam (Tamarindus Indica) Menjadi Kue Kering".

Hasil penelitian dan produk inovasi diuji tiga orang penguji yakni Kepala Sekolah SMAS Frater Don Bosco Lewoleba, Norbertus Banusu, penguji 1. Agnes Derang Sogen, sebagai penguji 2 dan Maria Fitryana Novi Lewar sebagai penguji 3.

Dalam presentasinya, Yopiana dan Robertus meneliti kandungan zat pada biji asam untuk mengetahui produk yang dihasilkan baik atau tidak.

Keduanya menemukan kandungan protein biji asam lebih tinggi dibandingkan tepung terigu yang selama ini jadi bahan pembuatan kue.

“Dari pada biji asam hanya diambil dagingnya lalu bijinya dibuang mendingan kami olah jadi makanan,” ujar Yopiana saat dihubungi, Rabu (10/4/2024).

Yopiana menerangkan, pembuatan kue kering dari biji asam ini melewati serangkaian proses mulai pencucian, pengeringan, penggilingan dan pencampuran dengan bahan-bahan kue lainnya untuk membuat adonan kue.

“Hasilnya adalah kue kering dengan rasa unik yang berasal dari biji asam. Ini bisa jadi alternatif baru bagi konsumen yang mencari camilan sehat dan berbeda,” jelasnya.

Dijelaskan, produk kue kering ada tiga komposisi yang dibuat.

Pertama, menggunakan perbandingan 50 persen tepung yang dibuat dari biji asam dan 50 persen dari tepung terigu yang dibuat dari gandum.

Kedua, 80 persen tepung biji asam dan 20 persen tepung terigu dan ketiga, 100 persen tepung biji asam.

Sementara itu Robertus menjelaskan, penelitian tersebut membutuhkan waktu dua bulan lebih asejak Januari sampai 23 Maret 2024.

Tahapannya, pertama, meneliti kandungan biji asam lalu mengolah biji asam menjadi tepung. Selanjutnya tepung diolah menjadi kue kering.

"Lalu kami membuat pembanding untuk menentukan resep mana yang lebih cocok untuk dijadikan kue kering,” jelas Robert.

Dia mengungkapkan, ada tiga kandungan di dalam biji asam yang sama dengan kandungan dari gandum sebagai bahan baku pembuatan tepung terigu.

Kandungan itu yakni protein, lemak dan karbohidrat. Protein dan lemak lebih tinggi pada biji asam, sedangkan karbohidrat lebih tinggi pada gandum.

Dia juga menambahkan, keduanya memilih meneliti biji asam karena sebagai salah satu upaya memanfaatkan bahan lokal. Sebab, di Indonesia tidak ada gandum.

Yopiana dan Robertus mengaku senang sebab melalui penelitian itu bisa menghasilkan inovasi baru.

https://regional.kompas.com/read/2024/04/10/103713778/cerita-dua-siswa-di-lembata-ntt-olah-biji-asam-jadi-kue-kering

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke