Salin Artikel

Cerita 3 Pesepeda Asal Depok Jualan Takjil di Ambon untuk Modal Mudik

AMBON, KOMPAS.com - Risol mayo dan bakwan yang ditemani sambal kacang, serta kolak biji salak mungkin menu takjil yang biasa ditemukan di Jawa. Namun di Ambon, menu takjil satu ini istimewa.

Adalah Bowo, Rafii Fujiberkah dan John, tiga sekawan asal Depok, Jawa Barat yang menjual jajanan khas dari daerah Jawa ini di Ambon.

Lapak mereka yang ada di Jalan Ir Putuhena, depan Universitas Pattimura Ambon selalu diserbu pembeli. Kurang dari satu jam setelah dibuka pada pukul 16.00 WIT, dagangan ludes.

Hanya ada sebuah meja dan sepeda mereka di sisi jalan. Menu takjil yang mereka jual pun hanya tiga jenis, yaitu risol mayo, bakwan dan kolak biji salak.

Bakwan dan risol mereka letakan masing-masing di dalam loyang alumunium. Di dalamnya mereka beri alas dengan daun pisang. Kolak biji salak diwadahi gelas plastik.

Sambal kacang yang menjadi pendamping jajanan tersebut, tampaknya menjadi "penglaris". Sebab, sambal kacang terbilang tidak biasa di Ambon.

Biasanya penjual menyiapkan sambal saset  cabai, atau sambal ulek untuk pendamping gorengan.

Bahkan warga Ambon pun sepertinya akan mengamini jika ini gorengan satu-satunya dengan pendamping sambal kacang.

Ketiganya bergantian menjual takjil dengan tampilan tidak biasa. Laiknya pesepeda, mereka memakai kaos polos, celana pendek, waist bag, topi gowes serta sandal barefoot.

Dari pantauan Kompas.com, jualan mereka hanya bertahan kurang dari satu jam. Begitu lapak dibuka, unggah ke story Instagram, maka secepat kilat, takjil ludes.

Ada yang membeli untuk kebutuhan pribadi serta tidak sedikit yang memborong dalam jumlah banyak.

Adakalanya mereka akan langsung mengantar semua pesanan dengan sepeda jika ada yang telah memborong semua gorengan.

“Warga Ambon keren sih. Banyak yang tau pas kami posting lalu mereka chat borong semua. Tapi buat dibagiin ke orang lain. Terharu, Ambon top,” aku Rafii saat ditemui di basecamp mereka selama di Ambon yaitu Lestari.

Ketiga pemuda ini dipersatukan dalam sebuah komunitas bernama Omah Jangan Diam Terus Depok. Di sana mereka punya peran dalam menjalankan creative space tersebut.

Begitupun saat berjualan takjil di Ambon. John adalah koki. Dia yang ke pasar dan menyiapkan bahan-bahan untuk diramu jadi risol, bakwan dan biji salak.

Sementara Rafii dan Bowo membantu dalam persiapan atau pengantaran takjil .

Soal rasa sangat relatif. Namun dari beberapa pembeli random dan yang mengunggah di sosial media mengaku, rasa gorengan buatan mereka lebih ringan, bersih dan tidak berminyak. Sambal kacang menjadi pendamping yang sempurna untuk menambah kenikmatan.

Tak heran jika melihat unggahan di sosial media mereka @jangandiamterusbackpaker banyak yang menandai dengan komentar positif. Tak sedikit juga yang repeat order.

“Gak nyangka juga jualan kami bisa dapat respon positif. Kan kami riset, orang Ambon tuh suka makan manis buat buka puasa. Sedangkan yang kami bikin kan gorengan, ciri khas di Jawalah,” sebut Bowo.

Berkat tangan terampil John, sedikit bumbu nekat dan sejumput kepercayaan, takjil tiga jenis itu laris manis diborong hingga puasa hari ke-12.

Mereka akan berjualan selama bulan Ramadhan. Katanya, uang hasil jualan juga digunakan sebagai modal ketiganya melanjutkan perjalanan kembali ke Depok.

Mereka telah berkeliling Maluku ribuan kilometer selama 10 bulan. Berbagai pulau, kabupaten dan pelosok Maluku telah mereka jajaki.

Tak hanya untuk bersepeda, ketiganya juga belajar tentang budaya, arsitektur, serta kuliner. Informasi yang mereka dapat dituangkan dalam bentuk video.

Selain itu, mereka juga berkreasi panganan yang diadaptasi dari resep lokal.

https://regional.kompas.com/read/2024/03/23/160839578/cerita-3-pesepeda-asal-depok-jualan-takjil-di-ambon-untuk-modal-mudik

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke