Salin Artikel

50 Hektar Sawah di Pulau Sebatik Kering, DKPP Nunukan: Mereka Tandur di Luar Jadwal

NUNUKAN, KOMPAS.com – Sekitar 50 hektar areal persawahan di Kecamatan Sebatik Barat, Nunukan, Kalimantan Utara mengalami kekeringan yang berpotensi merusak benih padi yang baru sebulan ditanam.

Lahan-lahan sawah terlihat mengering, bahkan tanah di antara barisan padi terlihat retak, yang menjadi ancaman benih gagal tumbuh.

"Kami menerima laporan dari ketua Tani Sebatik. Sawah mereka mengering dan benih yang mayoritas ditanam sebulan lalu, terancam mati," ujar Kabid Pangan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Nunukan, Sambio, Selasa (5/3/2024).

Dalam kondisi Kabupaten Nunukan yang saat ini ditetapkan sebagai status siaga darurat bencana metrohidrologi kekeringan, kata Sambio, akan sangat sulit mendapat pasokan air.

Terlebih lagi, perbukitan di sekitar persawahan warga Pulau Sebatik, sudah banyak ditumbuhi kelapa sawit, yang kian mengurangi pasokan air di lokasi pematang sawah.

"Kita meminta Ketua Tani mendata, memang ada lebih 50 petani yang mengalami kondisi sawah kering, kita usahakan membuatkan sumur bor agar tidak terlalu merugi atau mati total tanamannnya," kata Sambio.

Sumur bor akan dibuat di sejumlah titik yang paling rentan. Sambio mengatakan, ada beberapa petani yang memiliki sumur bor, sehingga tanaman mereka bisa bertumbuh dan terhindar dari kekeringan.

Sebaliknya, banyak petani yang tidak memiliki sumur bor atau jauh dari embung dan sungai, sehingga perlu penanganan sesegera mungkin.

"Para petani Sebatik menanam di luar jadwal. Jadi bulan Januari 2024, petani memanen dengan hasil lumayan. Euforia dan semangat karena hasil panen melimpah itulah kemudian membuat mereka semangat lanjut nandur, sementara kita sudah warning musim tanam kedua itu bulan 5 atau bulan 10 supaya aman," jelas Sambio.

Tandur yang menyalahi jadwal tersebut, diakui Sambio, menjadi alasan paling masuk akal, mengapa sawah mereka mengering sampai tanahnya retak.

Meski banyak yang mengatakan hal tersebut terjadi akibat fenomena el Nino, tapi jika merujuk data BMKG, sudah 16 tahun berjalan, ketika masuk bulan Februari dan Maret, Nunukan masuk musim kemarau.

"Posisi Nunukan yang berada di utara katulistiwa, atau di 4,5 Lintang Utara, di bulan 2 memang kemarau. Bulan kering kita," jelasnya.

Meski petani mendapat konsekuensi akibat menanam padi di luar jadwal, mereka masih memiliki sumber penghasilan lain dengan berkebun kelapa sawit.

Kendati demikian, imbuh Sambio, Pemkab Nunukan juga tidak tinggal diam.

Pemkab akan memberikan stimulant bibit padi dan pupuk gratis kepada petani, dengan catatan agar para petani Sebatik kembali pada jadwal panen.

"Jadi monggo kembali ke jadwal panen. Kita sudah ingatkan kalau mau tandur bulan 5 atau bulan 10. Insyaalloh itu aman, dan musimnya musim basah. Artinya musim hujan yang menjamin ketersediaan air untuk persawahan," kata Sambio.

https://regional.kompas.com/read/2024/03/05/163153778/50-hektar-sawah-di-pulau-sebatik-kering-dkpp-nunukan-mereka-tandur-di-luar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke