Salin Artikel

Sungai di Perbatasan RI Surut Akibat El Nino, Masyarakat Nunukan Diminta Waspada

NUNUKAN, KOMPAS.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nunukan, Kalimantan Utara, mengimbau masyarakat perbatasan RI-Malaysia khususnya warga Kecamatan Sembakung, Lumbis dan sekitarnya yang mendiami bantaran sungai, untuk siaga penuh.

Saat ini, Kabupaten Nunukan sedang mengalami kemarau panjang akibat dampak El Nino.

Embung PDAM surut, dan mengharuskan adanya pemberlakuan jadwal aliran air bergilir. Bahkan sungai Sembakung yang biasanya mengalami banjir rutin di akhir tahun ikut mengering.

"Dampak El Nino ini kita tidak tahu sampai kapan. Tapi kita bisa lihat kekeringan yang terjadi sejak Desember 2023. Sungai Sembakung yang selama ini menjadi warning bagi kami karena seringnya banjir, debit airnya menyusut jauh, bisa kita katakan cukup ekstrem," ujar Kasubdit Rehabilitasi dan Rekontruksi BPBD Nunukan, Mulyadi, Kamis (22/2/2024).

Penyusutan yang terjadi di sungai Sembakung memang menjadi salah satu barometer, betapa kekeringan yang terjadi tahun ini paling parah dibanding sebelumnya.

Biasanya, Kabupaten Nunukan yang memang selalu mengalami kekurangan air baku PDAM, hanya merasakan kekeringan dalam jangka waktu sebulan.

Namun kini, kekeringan sudah terjadi tiga bulan, dan musim penghujan tak kunjung tiba, meski pada dasarnya, Nunukan sudah memasuki musim basah.

"BNPB menetapkan tanggap darurat hydrometeorology salah satunya untuk Kabupaten Nunukan," imbuh Mulyadi.

Mulyadi kembali mengimbau agar masyarakat tidak mengendurkan kewaspadaan.

Ia mengatakan, jalur Sungai Sembakung yang menjadi jalur banjir kiriman dari Malaysia, bisa menjadi dua kali lebih berbahaya dibanding situasi biasa.

"Saya kok melihatnya kondisi ini adalah ketenangan sebelum badai. Ketika hujan deras mengguyur wilayah Malaysia, bisa jadi volume banjir kiriman lebih besar dari yang kemarin kemarin. Untuk itu, mohon masyarakat meningkatkan kewaspadaan," kata dia.

Kontraktor dermaga merugi

Akibat kekeringan panjang, kontraktor pembangunan dermaga rakyat di Sembakung juga mengeluhkan kerugian yang dialami.

Sebagaimana dituturkan Mulyadi, kontraktor dermaga Sembakung, menyewa LCT untuk material dan mempercepat jalannya pembangunan dermaga.

"Tapi karena sungai surut, kapal tidak bisa gerak. Mau tidak mau, karena sudah menyewa, kontraktor tetap membayar Rp 300 juta tanpa pernah sekalipun LCT tersebut bergerak karena sungai yang surut," tuturnya.

Akhirnya, proyek yang seharusnya dikebut, berjalan lamban dengan kendala yang terjadi.

"Berbeda dengan proyek pembangunan beronjong di areal longsor desa Atap, karena air sungai menyusut, maka pembangunan beronjong tidak menemui kendala berarti, dan target yang dicapai justru lebih cepat dari target," imbuhnya.

Bagi air gratis sebulan penuh

Mulyadi menegaskan, BPBD Nunukan sudah mengajukan laporan ke BNPB atas kondisi tersebut.

Akhirnya, BNPB menjawab dengan gelontoran anggaran DSP (Dana Siap Pakai) sebesar Rp 250 juta, untuk mengatasi kekeringan.

Dana tersebut, akan segera dialokasikan untuk pembagian air bersih kepada masyarakat.

BPBD akan membeli air bersih dari sejumlah sumur warga yang biasanya menjual air bersih dengan truk tanki/profil keliling.

"Sebulan ke depan, kita mulai bagikan air bersih gratis untuk masyarakat. Pada dasarnya, Pemkab Nunukan juga mengantisipasi dengan membuat sejumlah sumur bor, tapi butuh waktu untuk optimalisasi sumur. Membagi air bersih menjadi solusi paling relevan saat ini," kata Mulyadi.

https://regional.kompas.com/read/2024/02/22/175446778/sungai-di-perbatasan-ri-surut-akibat-el-nino-masyarakat-nunukan-diminta

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke