Salin Artikel

Pria Obesitas 300 Kilogram Asal Semarang Meninggal, Sempat Demam Tinggi

Ibu Bimo, Wiwik Widowati mengatakan bahwa Bimo mengalami panas badan sehingga langsung dibawa ke IGD RS Citarum pada Minggu (11/2/2024).

Di rumah sakit, Bimo sempat mendapatkan penanganan dan rawat jalan. Namun sesampai di rumah, Bimo kembali demam dengan panas tubuh mencapai 42 derajat.

Bimo kembali dibawa ke rumah sakit dan saat dicek, tidak ada penyakit pada Bimo. Ia kembali pulang ke rumah untuk menjalani perawatan di rumah.

Lagi, Bimo mengalami demam tingi dan ia kembali dibawa ke RS Kariadi hingga didiagnosa mengalami sakit selulitis.

Saat itu kaki Bimo bengkak dan panas. Selain itu Bima mengalami gagal napas.

Setelah dirawat di ICU, Bimo menghembuskan napas terakhir pada hari Jumat (16/2) pukul 00.50 WIB.

Wiwik Widowati pun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang selama ini telah perhatian terhadap kondisi Bimo.

Sempat viral tahun 2019

Kisah Bimo sempat viral dan menjadi pemberitaan pertengahan tahun 2019.

Kala itu Bimo mengaku mengalami peningkatan napsu makan sejak khitan atau saat masa sekolah dasar. Di saat SMP, berat badannya sudah mencapai 90 kilogram.

Dirinya mengaku pernah berusaha menurunkan berat badan dengan cara diet atau mengkonsumsi obat herbal untuk mengurani nafsu makan.

Namun usaha tersebut selalu gagal karena tak kuasa menahan lapar. Terutama ketika malam hari atau sering disebutnya "serangan malam".

Bimo pun menunda cita-citanya menjadi arstitek karena tak bisa melanjutkan kuliah.

"Pernah dulu mau daftar kuliah tapi ngak kuat kalau harus naik tangga, atau beridiri lama," ujar pria tamatan SMK 5 Semarang, Jurusan Gambar Bangunan kelahiran 11 Desember 1996 ini.

Jangankan untuk berdiri, Bimo hanya bisa tidur dengan kondisi pernapasan terasa sesak. Saat tidur, ia duduk selonjor di kasur dengan kening menempel di tembok.

Hal tersebut membuat keningnya kapalan dan terlihat bengkak.

Ibu Bimo, Wiwik bercerita bahwa kegemukan yang dialami anaknya lebih disebabkan jajanan manis berkarbohidrat tinggi.

"Kalau pola makannya padahal normal pagi, siang, sore dengan porsi biasa. Tapi jajanannya yang ngak kehitung, seperti humburger, roti-rotian dan junk food," kata dia.

"Yaa itu lo dia sering lihat promo makanan di handphone, kalau ada yang murah menarik langsung beli," tambah dia.

Kesulitan lain yang dialami anaknya saat hendak buang air. Karena untuk pergi ke kamar mandi yang berjarak pendek, nafasnya ngos-ngosan seperti melakukan olahraga berat.

Saat merawat Bimo, ia mengaku perlu ekstra kesabaran karena sikp Bimo seperti anak kecil. Ketika keinginannya tidak kesampaian seperti minta dibelikan makanan, Bimo bisa saja mengamuk.

"Jadi saya harus pelan-pelan dan ngasih penjelasan yang panjang. Awal masuk rumah sakit ngamuk karena ruangannya panas dan disi banyak pasien.

Terkait biaya rumah sakit, Wiwik mengaku selama ini mengandalkan Kartu Indonesia Sehat (KIS).

"Untuk mendapatkan kartu KIS ini juga ada ceritanya, dulu Bimo posting keadaannya di media sosial MIK Semar. Kemudian direspon oleh bu Lurah dan dibuatkan kartu KIS," kata dia.

"Jadi BPJS jalur mandirinya dinonaktifkan karena kalau dua kartu ngak bisa, dan ini diminta untuk BPJS nya kembali diaktifkan karena KIS limitnya hampir habis, " Kata Wiwik.

Untuk biaya lain-lain Wiwik mengandalkan berjualan gorengan di depan rumah Rejosari 8 No 2, RT7 RW10 Kelurahan Rejosari, Semarang Timur.

Kini mata pencahariannya itu terpaksa ditinggalkan sementara waktu menunggu Bimo keluar dari rumah sakit.

Suaminya seorang tentara meninggal saat Bimo duduk di bangku SMP atau pada tahun 2007 lalu akibat penyakit stroke.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Pria Obesitas Berbobot 300 Kilogram asal Semarang Meninggal Dunia, Didiagnosa Sakit Selulitis

https://regional.kompas.com/read/2024/02/16/185200978/pria-obesitas-300-kilogram-asal-semarang-meninggal-sempat-demam-tinggi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke