Salin Artikel

Tuk Panjang, Gambaran Toleransi Warga Pecinan Semarang Melalui Sepotong Makanan

Tuk Panjang merupakan gambaran toleransi warga Tionghoa di pecinan Semarang. Pasalnya, tradisi tersebut tak hanya diikuti oleh warga Tionghoa saja, tapi juga warga non-Tionghoa.

Dalam acara tersebut, berbagai hidangan disuguhkan. Salah satunya, kue keranjang kukus santan yang melambangkan harapan tutur kata yang baik.

Ada pula nasi hainan, tujuh macam sayur hijau yang masing-masing punya lambang dan harapan baik, serta berbagai menu lain, seperti lumpia dan aneka makanan sebagai wujud akulturasi budaya. 

Ketua Komunitas Pecinan Semarang Untuk Pariwisata (Kopi Semawis) Haryanto Halim menjelaskan, tradisi Tok Panjang merupakan bentuk keharmonisan dan kerukunan antarumat beragama di pecinan. 

"Ini coba diangkat ke jalan sebagai wujudkan keharmonisan dan kerukunan," saat dikonfirmasi, Jumat (9/2/2024). 

Tradisi Tok Panjang biasanya dilakukan di rumah orang paling tua. Namun, di pecinan Semarang berbeda karena tak hanya orang Tionghoa yang merayakannya.

"Karena keluarga yang datang banyak, akhirnya banyak meja yang disusun memanjang," kata dia. 

Menurut dia, tradisi tersebut selalu ditunggu-tunggu oleh masyarakat karena penyelenggaraannya selalu meriah, dengan dihadiri banyak perwakilan masyarakat. 

"Ini ada filosofinya, makan bersama yang mewujudkan kerukunan umat beragama karena ada berbagai macam etnis yang ikut memeriahkan," jelasnya.

Dia menilai akulturasi budaya ini sebenarnya melekat di Kota Semarang dan sebagai kekuatan ibu kota Jateng dari segi pariwisata ataupun yang lainnya.

"Akulturasi budaya, harapannya menjadi semangat menjaga toleransi di kota ini," bebernya.

https://regional.kompas.com/read/2024/02/09/151740178/tuk-panjang-gambaran-toleransi-warga-pecinan-semarang-melalui-sepotong

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke