Salin Artikel

Status Gunung Merapi Masih Siaga, Warga Diimbau Tak Beraktivitas di Daerah Bahaya

"Aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif. Status aktivitas ditetapkan dalam tingkat Siaga," ujar Kapala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santoso dalam keterangan tertulis, Sabtu (9/12/2023). 

Di dalam laporan perkembangan aktivitas Gunung Merapi hingga 9 Desember 2023 pukul 12.00 WIB, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat pada tanggal 27 November 2023, 1 Desember 2023 dan 4 Desember 2023 terjadi awan panas guguran yang didahului oleh kejadian hujan baik di puncak maupun lereng di sisi barat daya.

Pada 8 Desember 2023 pukul 13.11 WIB terjadi hujan di sekitar Gunung Merapi pada sektor selatan-barat daya. 

"Informasi kejadian hujan dan kewaspadaan terhadap lahar dan awan panas guguran disampaikan kepada masyarakat dan stakeholder melalui media sosial dan grup WhatsApp," ucapnya. 

Rentetan awan panas guguran di Gunung Merapi pada 8 Desember 2023 terekam pukul 14.46 WIB. Rentetan awan panas guguran ini tercatat sebanyak 8 kali dengan durasi maksimum 78 detik dan amplitudo maksimum 78 mm. 

Saat kejadian awan panas guguran tersebut, visual puncak Gunung Merapi berkabut, sehingga kolom asap tidak teramati.

Jarak luncur maksimum diperkirakan sejauh 3.500 meter ke arah barat daya (Sungai Bebeng-Krasak). 

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) kemudian melakukan validasi jarak luncur awan panas guguran dengan menggunakan drone. 

"Hasil validasi data drone tanggal 9 Desember 2023, jarak luncur awan panas guguran mencapai 3.800 meter ke arah Sungai Bebeng-Krasak," tuturnya. 

Kejadian awan panas guguran pada 8 Desember 2023 menyebabkan hujan abu vulkanik di beberapa wilayah. 

Hujan abu tipis dilaporkan terjadi di Boyolali dan Magelang. Di Boyolali hujan abu terjadi di Desa Klakah, Tlogolele, Selo dan Jrakah. Kemudian di Magelang hujan abu tipis terjadi di Desa Dukun, Mangunsuko, Krinjing, Sengi, Paten, Sewukan, Banyudono, Sumber, Krongowanan dan Gantang. 

Agus Budi mengungkapkan, aktivitas kegempaan di Gunung Merapi didominasi gempa multifase (MP) dan gempa guguran (RF). 

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat sejak Agustus 2023, gempa multifase terekam sebanyak rata-rata 188 kejadian per hari. Gempa volkano dangkal (VB) 5 kejadian perhari dan gempa guguran 129 kali per hari. 

"Pasca-kejadian awan panas guguran tanggal 4 Desember 2023 terjadi kenaikan jumlah gempa VB (volkano dangkal) 5 kejadian perhari. Gempa RF (gempa guguran) 161 kejadian per hari. Sedangkan gempa MP (gempa multifase) mengalami penurunan menjadi 45 kejadian per hari," bebernya. 

Berdasarkan pengamatan deformasi dengan menggunakan metode Elektronic Distance Measurement (EDM), terjadi deformasi dalam tren inflasi dengan laju yang cenderung menurun. 

Volume dua kubah lava Gunung Merapi tercatat untuk kubah barat sebesar 3.348.600 meter kubik. Sedangkan volume kubah tengah sebesar 2.358.000 meter kubik. 

Berdasarkan data-data hasil pengamatan, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyimpulkan aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif. Status aktivitas Gunung Merapi ditetapkan Siaga. 

Potensi bahaya saat ini berupa guguran  lava dan awan panas pada sektor selatan barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh  maksimal 5 km, Sungai Bedog, Krasak,  Bebeng sejauh maksimal 7 km.

Pada  sektor tenggara meliputi Sungai Woro  sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol  5 km. Sedangkan lontaran material  vulkanik bila terjadi letusan eksplosif  dapat menjangkau radius 3 km dari puncak. 

"Data pemantuan menunjukkan suplai magma masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awan panas guguran di dalam potensi daerah bahaya," tegasnya. 

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) merekomendasikan Pemerintah Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten agar melakukan upaya-upaya dalam menghadapi ancaman bahaya erupsi Gunung Merapi, seperti peningkatan kapasitas masyarakat dan penyiapan sarana prasarana evakuasi. 

"Masyarakat agar tidak melakukan  kegiatan apapun di daerah potensi  bahaya. Masyarakat agar mewaspadai  bahaya lahar dan awan panas guguran terutama saat terjadi hujan di seputar  Gunung Merapi. Masyarakat agar  mengantisipasi gangguan akibat abu  vulkanik dari erupsi Gunung Merapi," tandasnya. 

512 kali awan panas guguran 

Kapala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santoso mengatakan sejak 4 Januari 2021 Gunung Merapi memasuki masa erupsi efusif dengan tipe erupsi "Tipe Merapi" 

Erupsi Tipe Merapi dicirikan dengan terbentuknya kubah lava di puncak. Ketika kubah lava tidak stabil maka akan longsor atau gugur membentuk awan panas guguran (APG). 

Gunung Merapi saat ini memiliki dua kubah lava yang aktif yaitu kubah lava barat daya dan kubah lava tengah kawah. 

"Sejak memasuki masa erupsi efusif, tercatat sebanyak 512 kejadian awan panas guguran di Gunung Merapi," ujar Kapala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santoso. 

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat jarak luncur maksimum awan panas guguran sejauh 5.000 meter ke arah Sungai Gendol yang terjadi pada tanggal 9-10 Maret 2022. 

Aktivitas awan panas guguran dominan terjadi di sisi barat daya (Sungai Bebeng dan Krasak) yaitu sebanyak 393 kejadian. Sisi tenggara (Sungai Gendol) sebanyak 65 kejadian, dan sisi selatan (Sungai Boyong) sebanyak 54 kejadian. 

"Selama periode erupsi ini, telah terjadi 7 kali peningkatan intensitas erupsi dengan peningkatan erupsi terakhir pada tanggal 11 Maret 2023," pungkasnya.

https://regional.kompas.com/read/2023/12/10/132927978/status-gunung-merapi-masih-siaga-warga-diimbau-tak-beraktivitas-di-daerah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke