Salin Artikel

Baju Sangkarut, Rompi Khas Bagi Laki-laki Suku Dayak Ngaju

KOMPAS.com - Baju sangkarut adalah salah satu pakaian khas bagi sebuah suku yang yang bermukim di Provinsi Kalimantan Tengah.

Sebagai baju adat yang dibuat dengan cara tradisional, baju sangkarut tergolong langka dan semakin sulit ditemukan.

Hal ini karena banyak masyarakat suku tersebut sudah mulai beralih ke jenis pakaian modern yang lebih nyaman untuk dipakai.

Walau begitu, sebagai sebuah hasil budaya maka kehadiran baju sangkarut masih tetap dilestarikan.

Apa itu Baju Sangkarut?

Baju sangkarut adalah pakaian adat yang dikenakan laki-laki suku Dayak Ngaju yang bermukim di Provinsi Kalimantan Tengah.

Dilansir dari laman mmc.kalteng.go.id, baju sangkarut ini dikenal juga dengan nama baju basulau karena berupa rompi yang dilapisi oleh sulau (kerang).

Nama sangkarut berasal dari kata sangka yang dalam bahasa setempat artinya pembatas.

Hal ini terkait dengan filosofi baju sangkarut yang dapat membatasi dan menangkal setiap gangguan para roh halus yang akan datang pada pemakainya.

Selain itu, baju sangkarut juga dipercaya bisa melindungi pemakainya dari pengaruh orang jahat.

Bahan Pembuat Baju Sangkarut

Baju sangkarut dibuat secara tradisional, dengan bahan dari serat tumbuhan dan kulit hewan.

Serat tumbuhan yang digunakan antara lain serat daun nanas, serat daun lemba, serat tengang, dan serat kulit nyamu.

Kulit nyamu (kulit daun lemba) adalah kulit tumbuhan pinang puyuh yang banyak ditemukan di ekosistem hutan hujan tropis seperti di Kalimantan.

Tekstur kulit nyamu keras dan berserat, sehingga dapat dirajut dan dibentuk layaknya rompi.

Baju ini biasanya dihiasi dengan lukisan dari cat alami atau dari berbagai macam hiasan.

Hiasan yang digunakan di baju sangkarut seperti tempelan kulit trenggiling, kancing, uang logam, manik-manik, maupun benda-benda yang mengandung kekuatan magis atau disebut ajimat.

Dilansir dari laman diskominfo.kalteng.go.id, seiring perkembangan waktu, masyarakat Dayak Ngaju mulai bersosialisasi dengan kelompok suku bangsa lainnya yang datang ke Kalimantan Tengah.

Mereka memperkenalkan manik-manik untuk melengkapi perhiasan masyarakat suku Dayak yang sebelumnya terbuat dari biji-bijian, kayu dan tulang.

Perpaduan ini yang kemudian menghasilkan busana eksotik sebagai ciri khas busana masyarakat suku Dayak yang mengekspresikan kekayaan alam, flora dan fauna dan unsur mitologi.

Fungsi Baju Sangkarut

Baju sangkarut yang berupa rompi dahulu digunakan pada saat ritual-ritual tertentu dan hanya orang-orang dayak yang memiliki kemampuan spiritual yang dapat menggunakannya.

Dilansir dari laman mmc.kalteng.go.id, baju sangkarut dahulu umumnya digunakan pada saat berperang.

Dengan adanya kekuatan magis dari ajimat, orang yang memakai baju ini akan kebal dari serangan senjata tajam atau senjata api.

Menurut sejarah, pada perang di Kuta Bataguh, ksatria Dayak Ngaju menggunakan baju ini dalam menghadapi serangan pasukan musuh dari Negeri Sawang.

Selain digunakan untuk perang, baju sangkarut juga bisa digunakan untuk acara pernikahan.

DIlansir dari laman Kemendikbud, baju sangkarut ini menjadi salah satu baju yang menjadi perlengkapan seorang pemimpin upacara adat atau basir.

Karena baju sangkarut dipakai oleh basir saat memimpin upacara adat, maka baju ini bisa dikatakan dapat menunjukkan status sosial bagi pemakainya.

Sumber:
mmc.kalteng.go.id  
warisanbudaya.kemdikbud.go.id 
diskominfo.kalteng.go.id

https://regional.kompas.com/read/2023/11/30/230514278/baju-sangkarut-rompi-khas-bagi-laki-laki-suku-dayak-ngaju

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke