Salin Artikel

Sejarah Pasar Gede Hardjonagoro, Pasar Tradisional Tertua di Kota Solo

KOMPAS.com - Jika Anda tengah berwisata ke Kota Solo, tidak lengkap rasanya jika belum mampir ke Pasar Gede Hardjonagoro atau yang lebih dikenal dengan nama Pasar Gede.

Pasar Gede memang dikenal sebagai salah satu destinasi wisata di Kota Solo yang cukup populer.

Terlebih lokasi Pasar Gede berada di pusat kota sehingga mudah dijangkau, yaitu di Jalan Urip Sumoharjo, Sudiroprajan, Kecamatan Jebres, Kota Solo.

Lokasinya tepat berada di seberang Balai Kota Surakarta, atau di persimpangan jalan yang dulu disebut Jalan Ketandan, Cokronegaran, dan Warung Pelem.

Pasar tradisional tertua di Kota Solo ini tidak hanya dikenal karena arsitekturnya yang khas, namun juga karena ada banyak sajian kuliner yang menggoda selera.

Memang pilihan kuliner di Pasar Gede sangat beragam, dari jajanan tradisional khas Kota Solo hingga sajian makanan dan minuman kekinian semua tersedia.

Hal menarik lain dari Pasar Gede adalah sejarah panjang dari pembangunan dan perkembangannya yang membuat pasar tradisional ini masih bisa bertahan dan tetap eksis hingga saat ini.

Sejarah Pasar Gede

Pasar Gede Hardjonagoro atau Pasar Gede merupakan pasar tradisional tertua di Kota Solo yang dibangun pada tahun 1927.

Pembangunan Pasar Gede dilakukan pada masa pemerintahan Sri Susuhunan Pakubuwono X, raja Kasunanan Surakarta yang memerintah antara 1893-1939.

Pembangunan Pasar Gede dilakukan oleh seorang arsitek asal Belanda, Ir. Herman Thomas Karsten yang berhasil menciptakan kombinasi gaya arsitektur kolonial yang beradaptasi dengan arsitektur Jawa.

Setelah selesai dibangun, Pasar Gede diresmikan pada 12 Januari 1930 oleh Pakubuwono X.

Pasar tradisional ini diberi nama Pasar Gede karena bangunannya menyerupai benteng dengan pintu masuk seperti istana yang beratap besar dan megah.

Sementara “Hardjonagoro” diambil dari nama KRT Hardjonagoro, seorang keturunan Tionghoa yang mendapat gelar dari Keraton Surakarta.

Pasar Gede memiliki luas 6.623 meter persegi dengan dua bangunan pasar berlantai dua yang terletak berseberangan dan dipisahkan oleh Jalan Sudirman.

Pada bangunan utama, banyak dijumpai pedagang yang menjual kebutuhan sehari-hari, seperti sayur-mayur, daging, dan bumbu dapur.

Sedangkan bangunan di seberangnya menjual berbagai jenis buah-buahan, serta kini juga menjadi sentra kuliner kekinian.

Jika melihat dari sisi historis, Pasar Gede masih bertahan dengan melewati tiga masa yaitu, masa kerajaan, masa postkolonial, dan masa kemerdekaan.

Sejak berdiri hingga saat ini, Pasar Gede menjadi tempat transaksi perdagangan antara masyarakat pribumi, Tionghoa, dan Belanda.

Pasar Gede Hardjonagoro juga menjadi simbol harmoni kehidupan sosial budaya yang berkembang di tengak masyarakat Kota Solo.

Untuk menjaga kelestarian bangunan bersejarah ini, Pasar Gede telah mengalami beberapa kali pemugaran dan perbaikan dengan tetap mempertahankan arsitektur asli untuk menjaga nilai historisnya.

Selain itu, beberapa atraksi menarik juga diselenggarakan di sekitar Pasar Gede, seperti Grebeg Sudiro di mana kawasan ini akan dihiasi dengan lampion.

Sumber:
kebudayaan.kemdikbud.go.id  
surakarta.go.id  
surakarta.go.id  

https://regional.kompas.com/read/2023/11/15/214214578/sejarah-pasar-gede-hardjonagoro-pasar-tradisional-tertua-di-kota-solo

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke