Salin Artikel

Mengenal Muntilan, dari Sejarah, Kisah Romo Van Lith, hingga Cerita Gadis Kretek

KOMPAS.com - Muntilan merupakan sebuah kecamatan yang ada di Kabupaten Magelang.

Sebelumnya, wilayah Kecamatan Muntilan dikenal sebagai wilayah di lereng Gunung Merapi yang memiliki udara sejuk.

Kecamatan Muntilan juga kerap terdampak aktivitas vulkanik Gunung Merapi seperti hujan abu.

Belakangan, Muntilan disebut sebagai “Kota M” yang menjadi latar tempat kisah Gadis Kretek, sebuah cerita fiksi karya novelis Ratih Kumala.

Profil Kecamatan Muntilan

Dikutip dari publikasi Kecamatan Muntilan dalam Angka 2023 yang dikeluarkan BPS, Kecamatan Muntilan memiliki luas wilayah 28.61 kilometer persegi.

Letak Kecamatan Muntilan berbatasan dengan Kecamatan Sawangan, Kecamatan Dukun, Kecamatan Salam, Kecamatan Borobudur, serta Kecamatan Mungkid.

Wilayah administrasi Kecamatan Muntilan melingkupi 1 kelurahan, 13 desa, dan 128 dusun.

Di Muntilan juga terdapat kawasan Pecinan yang dibentuk Belanda pasca pemberontakan Tionghoa di Batavia pada tahun 1740 hingga 1743.

Dari segi daya tarik bagi wisatawan, Muntilan dikenal dengan kuliner khasnya, antara lain tape ketan, jemunak, blendrang, dan Wajik Nyonya Pang.

Muntilan juga tersohor sebagai penghasil pahat batu dengan pengrajin dan pemahat batu yang handal yang mempunyai cita rasa seni tinggi.

Kerajinan pahat batu Magelang banyak dijadikan sebagai cinderamata oleh wisatawan domestik maupun mancanegara karena kualitasnya yang baik dan harga yang relatif lebih murah.

Sejarah Kecamatan Muntilan

Dilansir dari laman kecamatanmuntilan.magelangkab.go.id, wilayah ini memiliki sejarah panjang sejak masa berdirinya Kerajaan Mataram Hindu.

Meski tidak diketahui kapan Muntilan muncul, namun prasasti Canggal yang berangka tahun 732 diduga menjadi bukti tertua untuk membuktikan bahwa di daerah ini telah ditemukan adanya bukti kehidupan.

Keberadaan sejumlah candi di sekitar Muntilan membuktikan bahwa daerah ini telah dihuni sejak akhir abad VIII atau di masa pemerintahan Kerajaan Mataram Hindu.

Kehidupan tersebut berlanjut pada masa Kerajaan Mataram Islam, di mana Mutilan menjadi bagian dari Negara agung.

Setelah Perjanjian Giyanti pada tahun 1755, daerah Kedu yang mencakup Muntilan diduga masuk ke dalam wilayah Negara agung Kesultanan Yogyakarta karena kedekatan daerahnya dengan pusat kekuasaan Yogyakarta.

Bukti dari keterikatan Muntilan dengan Kesultanan Yogyakarta adalah adanya makam seorang bangsawan Kraton Yogyakarta di desa Gunung Pring dan dijadikan sebagai tokoh penting oleh masyarakat sekitarnya.

Hingga tahun 1812, terjadi kontrak politik antara Kesultanan Yogyakarta dan pemerintah Inggris yang membuat wilayah Kedu termasuk Muntilan harus diserahkan kepada pemerintah Inggris.

Setahun kemudian, pemerintah Inggris menjadikan Muntilan sebagai bagian dari Kabupaten Magelang di bawah pimpinan bupati pertama Raden Tumenggung Danuningrat I.

Muntilan kemudian dijadikan daerah administratif setingkat distrik yang dipimpin seorang wedana. Wedana ini pada awalnya yang berkedudukan di Probolinggo (desa sebelah timur Muntilan sekarang).

Pada tahun 1822 Probolinggo dijadikan sebagai kabupaten sendiri dengan bupatinya berkedudukan di Muntilan

Setelah perang Diponegoro berakhir, perubahan administrasi terjadi pada tahun 1832 dengan menghapus Kabupaten Probolinggo dan diturunkan menjadi kawedanan atau distrik.

Muntilan tetap menjadi ibukota distrik dan selama Kultuurstelsel menjadi penyedia lahan bagi penanaman tebu untuk kepentingan pabrik gula swasta yang dibuka di wilayah Yogyakarta.

Kemajuan yang pesat dari perkembangan kawasan yang baik membuat Muntilan dijadikan ibukota distrik atau kawedanan Muntilan menggantikan Probolinggo pada tanggal 1 Agustus 1901.

Kisah Candi Ngawen di Muntilan

Candi Ngawen merupakan sebuah candi yang berdiri di Desa Ngawen, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang,

Kompleks candi Buddha yang tergolong kecil ini terdiri dari 5 bangunan yang berderet sejajar dari utara ke selatan dan menghadap ke timur.

Dari lima candi, hanya Candi II yang berhasil dipugar, sedangkan keempat lainnya hanya tersisa bagian kaki atau pondasinya saja.

Keistimewaan Candi Ngawen terlihat dari adanya 4 arca singa sebagai saluran pembuangan air hujan yang diletakkan di bagian pojok kaki Candi II dan Candi IV.

Di bagian sisi candinya terdapat relief Kinara Kinari yang mengapit Kalpataru.

Kinara Kinari adalah makhluk kahyangan yang berwujud setengah manusia dan setengah burung, sedangkan Kalpataru adalah pohon kahyangan yang hidup sepanjang masa tempat menggantungkan segala asa.

Kisah Romo Van Lith

Di Muntilan juga terdapat kisah kedatangan Frans van Lith atau dikenal sebagai Romo Van Lith.

Dilansir dari laman indonesia.go.id, Romo Van Lith yang memiliki nama lengkap Franciscus Georgius Josephus Van Lith SJ adalah seorang misionaris kelahiran Oirschot, Brabant, Belanda pada 17 Mei 1863.

Van Lith ditahbiskan sebagai imam pada 8 Desember 1894 yang kemudian mengantar perjalanan hidupnya untuk bertugas di tanah Jawa.

Romo Van Lith tiba di Muntilan, Jawa Tengah pada 1896 untuk melaksanakan misi Katolik secara intensif di Jawa.

Setibanya di Jawa, Romo Van Lith tekun menyibukkan diri belajar bahasa Jawa, sejarah, dan kebudayaan masyarakat Jawa.

Selain menyatakan keberpihakan kepada kaum pribumi, sumbangsih terbesar Romo Van Lith ada di bidang pendidikan.

Hal ini terjadi seiring dicanangkannya politik etis di bidang pendidikan, yang mana Romo Van Lith juga mengubah metode penginjilannya dari penginjilan kepada individu menjadi penginjilan kolektif dalam bentuk sekolah.

Saat itu, Kweekschool atau sekolah calon guru bagi pribumi yang kini dikenal dengan nama Kolese Xaverius didirikan pada 1900.

Kweekschool ini sejak awal kurikulumnya didesain oleh Romo Van Lith sebagai tak terpisahkan dari budaya lokal.

Tujuan pendidikan sekolah yang dikembangkan oleh Romo Van Lith adalah untuk memperjuangkan kaum pribumi dapat menjadi sejajar dengan bangsa Eropa.

Bahkan dalam surat terakhirnya menjelang tutup usia, Romo Van Lith dengan tegas menyatakan seandainya bisa memilih, maka pilihannya akan jatuh ke Hindia Belanda yang dicintai sepenuh hatinya ketimbang Belanda yang merupakan negara tempat kelahirannya.

Sosok Romo Van Lith kemudian diganjar penghargaan Satyalencana dari Presiden Joko Widodo pada 23 September 2016, karena semasa hidupnya tercatat telah memberikan kontribusi besar pada pendasaran pendidikan, pemberdayaan sosial, dan penguatan budaya lokal di Indonesia.

Populer karena Gadis Kretek

Belakangan, Muntilan disebut sebagai latar tempat dalam kisah Gadis Kretek yang ditulis Ratih Kumala.

Dikutip dari Kompas.id, Ratih Kumala sendiri merupakan keturunan langsung dari keluarga pemilik perusahaan rokok kretek masa lalu di Muntilan, Jawa Tengah.

Walau begitu, Ratih sendiri hanya mendengar cerita-cerita tentang bisnis kretek yang dibangun kakeknya dahulu.

Dari kisah itu, Ratih dapat menyusun kisah tentang kehidupan Dasiyah, seorang putri pertama pemilik pabrik rokok terkenal itu diceritakan terus berjuang untuk eksis di tengah masyarakatnya yang patriarki.

Novel yang berlatar perkembangan industri kretek periode penjajahan Belanda, kemerdekaan, hingga peralihan rezim Orde Lama ke Orde Baru itu menjadinovel yang populer, bahkan diangkat menjadi cerita serial orisinal yang tayang di Netflix.

Sumber:
magelangkab.bps.go.id  
kecamatanmuntilan.magelangkab.go.id  
kebudayaan.kemdikbud.go.id  
indonesia.go.id  
kompas.id  

https://regional.kompas.com/read/2023/11/12/195646778/mengenal-muntilan-dari-sejarah-kisah-romo-van-lith-hingga-cerita-gadis

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke