Salin Artikel

Cerita Henti Lerek, Berdayakan Ibu-ibu melalui Usaha Pangan Lokal

Meski baru beranggotan empat orang, mereka sudah memproduksi sejumlah olahan pangan lokal.

Produk UMKM Florata mulai diminati masyarakat Lembata, Flores Timur, Ende, Sikka, bahkan sampai wilayah Jabodetabek.

UMKM Ina Florata dibentuk pada Juli 2023. Mereka fokus mengembangkan olahan pangan lokal, seperti jagung titi, kripik pisang, dan kripik ubi.

Banyak menganggur

Henti bercerita, ketertarikannya membuka usaha itu karena banyak ibu-ibu di kampungnya yang tidak memiliki pekerjaan. Bahkan ada yang pergi merantau ke Kalimantan, Papua, dan Malaysia.

Padahal, ungkapnya, ada banyak potensi lokal yang bisa dikembangkan di desa, seperti jagung, ubi, dan pisang.

"Banyak sekali adik-adik, ibu-ibu hanya duduk nongkrong. Makanya saya berpikir bagaimana teman-teman ini saya berdayakan agar bisa ada pekerjaan," ujarnya Henti saat dihubungi, Selasa (31/10/2023).

Henti kemudian mulai putar otak. Namun salah satu kendala utama ia hadapi adalah modal awal.

Ia kemudian memberanikan diri meminta bantuan salah satu sahabatnya di Jakarta.

"Kami waktu itu sangat senang karena dapat bantuan modal awal dari teman saya. Akhirnya saya mengajak teman-teman lain buka UMKM Ina Florata. Sekarang anggotanya sudah empat orang," tuturnya.

UMKM Ina Florata mengalami perkembangan yang cukup pesat. Saat ini lebih dari 1.000 kemasan jagung titi laku terjual.

Pasarannya tidak hanya di wilayah NTT. Ada juga pesanan dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.

Dia menerangkan, untuk wilayah seputar Lembata, Flores Timur, harga jagung titi, keripik pisang dan keripik ubi dibenderol Rp 10.000 pe bungkus.

"Tetapi kalau di luar dua wilayah ini harganya naik karena biaya ongkir. Untuk sementara yang lebih banyak dipesan jagung titi," bebernya.

Kurangi pengangguran

Henti mengatakan, kehadiran UMKM Ina Florata tak sekadar melestarikan pangan lokal, tetapi lebih pada bagaimana memberdayakan kaum perempuan.

Dirinya selalu bermimpi suatu saat UMKM itu terus berkembang, sehingga lebih banyak lagi ibu-ibu yang bergabung.

"Kami juga mendukung gerakan cinta pangan lokal yang diinisiasi Pemkab Lembata dalam upaya melestarikan pangan lokal. Jadi bukan hanya nasi saja yang bisa dimakan, tetapi jagung, ubi dan pisang," pungkasnya.

Direktur Yayasan Ayu Tani Mandiri Kabupaten Flores Timur, Thomas Uran, mengapreasi upaya Henti bersama kelompok usahanya yang telah berupaya melestarikan pangan lokal.

Thomas berpandangan, saat ini pangan lokal mulai tergerus karena gencarnya program beras-isasi yang dicanangkan pemerintah.

Padahal pangan lokal sudah lama dikonsumsi warga jauh sebelum mengenal beras.

"Ini adalah salah satu upaya yang saya kira sangat bagus. Kita kembangkan pangan lokal dengan berbagai olahan," ujar Thomas.

Thomas mengungkapkan, sejak setahun terakhir pihaknya bersama koalisi pangan juga telah melakukan berbagai upaya untuk mendorong anak muda khusunya penggerak lokal (local champion) agar mengembangkan usaha hijau yang berbasis potensi desa.

Seperti di Desa Hewa dan Desa Hokeng Jaya, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur.

"Sekarang mereka sudah mulai bekerja dan cukup sukses. Harapannya pemberdayaan pangan lokal ini terus berlanjut ke depan," pungkasnya.

https://regional.kompas.com/read/2023/10/31/093350478/cerita-henti-lerek-berdayakan-ibu-ibu-melalui-usaha-pangan-lokal

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke