Salin Artikel

Baayun Maulid, Tradisi Maulid Nabi di Kalimantan Selatan

KOMPAS.com - Masyarakat Suku Banjar di Kalimantan Selatan memiliki sebuah tradisi unik untuk merayakan Maulid Nabi atau peristiwa kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Tradisi ini bernama Baayun Maulid, yang melibatkan bayi atau anak-anak dalam pelaksanaannya.

Baayun Maulid dilaksanakan pada hari Maulid Nabi atau hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang diperingati setiap tanggal 12 Rabiul Awal pada kalender Hijriyah.

Dilansir dari laman Kemendikbud, nama Baayun Maulid berasal dari dua kata yaitu baayun dan maulid.

Kata baayun merujuk pada melakukan aktivitas mengayun atau membuai seorang bayi.

Biasanya aktivitas ini dilakukan untuk membuat bayi agar merasa nyaman atau supaya bayi dapat tidur dengan lelap.

Semantara kata maulid berasal dari dari bahasa Arab maulud, yang merupakan ungkapan masyarakat Arab untuk peristiwa kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Dengan demikian, Baayun Mulud berarti sebuah tradisi mengayun anak (bayi) sebagai ungkapan syukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Tradisi mengayun anak atau Baayun Anak sebenarnya sudah dilakukan masyarakat Suku Banjar sejak zaman nenek moyang.

Namun setelah masuknya pengaruh ajaran Islam, berkembanglah tradisi serupa yang dikenal sebagai Baayun Mulud.

Persiapan Tradisi Baayun Mulud

Perlengkapan yang dipersiapkan dalam tradisi ini tentunya adalah ayunan atau buaian untuk sang bayi.

Ayunan atau buaian tersebut terbuat dari tiga lapis kain, yaitu kain sarigading (sasirangan) pada lapisan pertama, kain kuning pada lapisan kedua dan kain bahalai (sarung panjang tanpa sambungan) di lapisan ketiga.

Agar semakin meriah biasanya ayunan akan dihias dengan janur dengan berbagai bentuk, seperti burung-burungan, ular-ularan, katupat bangsur, halilipan, kambang sarai, hiasan dari wadai 41 seperti cucur, cincin, pisang, nyiur dan lain-lain.

Bagi orang tua yang bayinya akan mengikuti tradisi Baayun Mulud, akan menyiapkan piduduk, yaitu sebuah sasanggan yang berisi beras, gula habang, nyiur, hintalu hayam, benang, jarum, uyah dan binggul (uang receh).

Setelah semua hal yang diperlukan siap, maka tradisi Baayun Mulud bisa segera dimulai.

Pelaksanaan Tradisi Baayun Mulud

Baayun Mulud biasanya diselenggarakan masyarakat di masjid atau surau setempat.

Pertama-tama akan dibacakan syair Maulid Al Habsy, Maulid Ad Diba'i, dan Maulid Al Barzanji.

Setelah itu, bayi yang akan diayun baru akan dibawa ke tempat ayunannya.

Sesaat sebelum Asyrakal dibacakan, bayi akan diletakkan dalam ayunan yang telah disediakan.

Tepat pada saat pembacaan Asyrakal, anak yang ada dalam ayunan diayun secara perlahan, yakni dengan menarik selendang yang diikat pada ayunan tersebut.

Acara kemudian dilanjutkan dengan pembacaan Manakib Wali Allah, ceramah agama dan ditutup dengan doa.

Kemudian para habib, ulama dan umara yang hadir akan menapung tawari atau memberkati peserta Baayun Mulud, dengan diiringi pembacaan Sholawat Badar.

Makna dari tradisi Baayun Mulud tidak hanya sebagai bentuk rasa syukur dan cinta atas kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Namun, dengan tradisi ini warga berharap anak-anak mereka nantinya bisa memiliki akhlak mulia seperti yang dimiliki Nabi Muhammad SAW.

Sumber:
warisanbudaya.kemdikbud.go.id  
kalsel.kemenkumham.go.id  
diskominfomc.kalselprov.go.id  

https://regional.kompas.com/read/2023/09/18/193422778/baayun-maulid-tradisi-maulid-nabi-di-kalimantan-selatan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke