Salin Artikel

Beras Merah yang Tetap Dibudidayakan di Babel meski Sedang Kemarau

Selain harga jual yang lebih tinggi, beras merah diyakini sangat baik untuk kesehatan.

"Kami sejak 2009 sudah mulai menanam beras merah. Dari Suku Mengkanau di Namang ini, beras merah sudah menjadi jamuan untuk tamu-tamu penting seperti bupati dan gubernur," kata Kepala Desa Namang, M Zaiwan saat berbincang dengan Kompas.com, Jumat (15/9/2023).

Zaiwan menuturkan, budidaya beras merah dimaksimalkan karena kondisi lahan yang terbatas.

Petani akan mendapatkan nilai lebih kalau menghasilkan beras merah dengan harga jual yang tinggi.

Saat ini harga beras merah Rp 20.000 per kilogram, lebih tinggi dibandingkan beras putih yang harganya berkisar Rp 10.000 per kilogram.

"Beras merah tidak hanya dijual petani, tapi biasanya juga disetok untuk jamuan tamu. Ini sebagai tradisi kami untuk menyambut tamu nasinya beras merah," ujar Zaiwan.

Budidaya beras merah kata Zaiwan telah dimulai sejak lama oleh penduduk setempat.

Kemudian mulai ditanam secara lebih profesional menggunakan lahan cetak sawah sejak 2009.

Selain harga jual yang tinggi, beras merah diminati petani karena pangsa pasarnya sudah ada dan tidak terlalu ribet menjualnya.

"Kalau beras putih harganya murah dan pembeli suka memilih yang bagus, beras kecil atau patah-patah mereka gak mau. Beda dengan beras merah, walau ukuran kecil dan ada juga yang patah-patah tapi tetap dibeli orang," beber Zaiwan.


Sementara kasiat beras merah diyakini baik bagi penderita darah tinggi dan penyakit jantung. Beras merah dengan karbohidrat yang tinggi dan rendah gula juga dinilai cocok dikonsumsi bagi yang sedang diet.

Saat ini meskipun dalam musim kemarau, penanaman beras merah tetap dilakukan. Di Desa Namang sendiri sudah diolah lahan seluas 25 hektar yang hampir separuhnya ditanami beras merah.

Petani, kata Zaiwan, mengandalkan aliran air embung yang masih tersisa.

Untuk itu petani melokalisasi saluran air sehingga terjadi genangan. Selanjutnya air di pompa menggunakan mesin ke petak sawah terdekat.

"Kami usahakan tetap turun ke sawah meskipun kemarau. Lahan yang diolah diutamakan yang dekat saluran air," ujar Zaiwan.

Produksi beras merah ditargetkan sebanyak tiga ton untuk musim tanam kali ini.

"Produksi gabah padi kami perkirakan 4 sampai 5 ton dengan hasil berasnya sekitar 3 ton," ucap Zaiwan.

Kini beras merah sudah dipasarkan hingga keluar daerah, seperti ke Jakarta.

Para pelanggan umumnya kelas menengah ke atas yang mulai menerapkan pola hidup sehat, salah satunya dengan mengonsumsi beras merah.

"Toako-toako yang di Jakarta sudah langganan beras merah dari Namang. Tentunya di daerah juga terserap untuk acara-acara dan jamuan," pungkas Zaiwan.

https://regional.kompas.com/read/2023/09/15/103555378/beras-merah-yang-tetap-dibudidayakan-di-babel-meski-sedang-kemarau

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke