Salin Artikel

Mengenal Wolimomo, Baju Adat Pengantin Gorontalo yang Penuh Makna

Jenis pakaian yang digunakan saat akad nikah yang khusus dipakai oleh pengantin putri dikenal dengan nama wolimomo. 

Asal usul wolimomo berasal dari cerita rakyat Gorontalo yaitu seorang pengantin wanita yang dikurung dalam rumah (kamar) selama 40 hari dan tidak bisa dikunjungi.  

Pengantin wanita ini tidak diperbolehkan keluar kamar ataupun dilihat oleh keluarga pengantin pria, hal ini dilakukan demi menjaga kesucian diri dari seorang pengantin wanita.

Dalam naskah pengusulan warisan budaya takbenda Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Gorontalo disebutkan bahwa wolimomo sudah ada sejak awal abad XVI, ketika Gorontalo diperintah oleh seorang raja bernama Amay yang naik tahta pada tahun 1523.

“Pakaian ini dikenakan oleh pengantin wanita sebelum duduk bersanding yang pada saat itu sang pengantin putri harus mengenakan pakaian adat bili’u setelah prosesi akad nikah,” kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Gorontalo, Rusli Nusi, Kamis (7/9/2023).

Ia mengatakan, pakai adat wolimomo ini baru saja ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda Indonesia yang berasal dari Gorontalo.

Pakaian adat wolimomo yang dipakai terdiri dari empat bagian yaitu baju atau kebaya yang memiliki lidah (tambi’o), bide atau alumbu, wuloto dan sunti.

Keempat bagian pakaian adat wolimomo ini didominasi oleh dua bentuk motif yaitu motif kuncup bunga yang belum mekar dan daun sukun.

Makna bentuk kuncup bunga yang belum mekar adalah kesucian sedangkan bentuk motif ornamen daun sukun bermakna mengayomi atau melindungi.

“Jadi, perbedaan antara pakaian adat pengantin wanita saat prosesi nikah adalah bahwa saat akan nikah pengantin menggunakan pakaian adat wolimomo dan bersanding dan setelah akad yang bersanding dengan pasangannya di peraduan. Sedangkan bili’u digunakan oleh pengantin wanita setelah akad nikah dan duduk bersanding di kursi adat (pelaminan),” ujar Rusli.

Terkadang sebagai bagian dari prosesi, sang pengantin putri dengan menggunakan busana adat bili’u menarikan tarian tidi da’a.

Dalam prosesi pernikahan Gorontalo, pakaian adat wolimomo digunakan oleh wanita pada saat upacara adat pembaiatan (momeati), kehamilan tujuh bulanan (molontalo) dan akad nikah (mongakaji). 

Dalam tata urutan kehidupan masyarakat Gorontalo, wolimomo pada prinsipnya digunakan pada tiga peristiwa penting dalam perjalanan hidup perempuan Gorontalo.

Misalnya, pada upacara adat mome'ati (baiat), yang merupakan upacara adat yang dilaksanakan pada anak perempuan di masa remaja dan saat memasuki usia akil balig.

Kemudian, pada upacara adat akaji (ijab kabul akad nikah) yang merupakan rangkaian upacara adat pernikahan yang dijalani oleh mempelai perempuan saat menikah dan pada upacara adat molontalo (raba puru atau menyentuh perut) merupakan upacara adat yang dilaksanakan pada perempuan yang memasuki bulan ke-7 kehamilan.

Dalam naskah pengusulan baju adat wolimomo sebagai warisan budaya takbenda Indonesia dijelaskan pakaian adat wolimomo dalam proses pengembangannya memiliki perbedaan antara pakaian adat yang lama dengan yang baru.

Bentuk wolimomo yang lama belum mengalami perubahan.


Pakaian adat wolimomo tersebut masih sama dengan pakaian adat yang digunakan zaman dahulu ketika upacara adat masyarakat suku Gorontalo, salah satunya pada upacara adat pernikahan.

Keaslian bentuk pakaian adat wolimomo ditelusuri dengan menggunakan pendekatan bahan yang digunakan.

Bahan yang digunakan pada ornamen pakaian adat wolimomo yang asli masih menggunakan pelat tembaga kekuning-kuningan, sedangkan ornamen pada pakaian adat wolimomo yang baru telah diubah menggunakan bahan jenis aluminium.

Warna pakaian adat wolimomo menggunakan warna-warna yang terang, yaitu warna-warna adat Gorontalo (tilabataila) ungu, merah, kuning dan hijau.

Pakaian adat pengantin wanita wolimomo merupakan bagian-bagian terpisah.

Bagian-bagian pakaian tersebut terdiri atas baju yang mempunyai lidah, bide atau alumbu, wuloto.

Sedangkan sunthi merupakan bagian pelengkap dari pakaian adat pengantin wanita wolimomo ini dikenakan sesuai dengan kegunaannya.

Lidah baju atau tambi'o adalah bagian perhiasan pada pakaian adat ini.  Bagian-bagian pakaian adat wolimomo akan diuraikan sebagai berikut.

Pertama adalah kebaya, jenis pakaian adat ini terbagi atas dua bagian, yaitu baju atau kebaya dan lidah baju tersebut.

Sehingga, biasanya disebut baju yang memiliki lidah. Lidah baju ini dalam bahasa Gorontalo disebut tambi'o. 

Baju atau kebaya pakaian adat wolimomo digunakan sebagai pakaian yang menutupi tubuh pengantin wanita yang berada di bagian atas.

Lidah baju atau tambi'o terletak di dada dari baju atau kebaya. Bahan Baju terbuat dari bahan brokat sedangkan lidahnya terbuat dari kain beludru.

Pada Kain lidah terdapat motif (tambi’o) daun sukun dan kuncup bunga serta hiasan lainnya seperti bros dan batu permata.

Kuncup bunga mengartikan sebagai gadis yang masih suci. Baju memiliki fungsi untuk menutup tubuh atau aurat.

Kedua adalah bide atau alumbu. Bentuk motif ornamen yang ada bude atau alumbu dari dahulu sampai sekarng tidak pernah berubah, hanya penempatan yang berbeda.

Ada yang menempatkan bentuk ornamennya di samping kiri dan kanan, ada pula yang menempatkannya di tengah dan bide atau alumbu.

Motif daun sukun yaitu sifatnya mengayomi atau melindung. Dalam upacara pernikahan, makna yang diinginkan kepada calon istri wajib dilindungi oleh seorang suami.

Dalam arti bahwa seorang suami adalah pemimpin, maka kewajiban seorang suami yaitu wajib melindungi segenap keluarganya.

Ketiga adalah wuloto (sarung), digunakan sebagai sarung untuk menyelimuti tubuh pengantin wanita maknanya sangat lekat dengan kegunaannya, yang bermakna bahwa sang gadis masih terbungkus (suci) seperti wuloto yang menyelimutinya.

Dalam ajaran Islam, menjaga kehormatan diri merupakan hal utama bagi seorang wanita. Menjaga kehormatan dirinya merupakan cerminan akhlak yang dimilikinya.

Keempat, adalah baju yang mempunyai lidah. Makna bentuk baju yang mempunyai lidah atau tambi'o yang terdapat di depan dari baju (kebaya) melambangkan kesabaran, lapang dada, dan ketabahan. Ketiga makna di atas merupakan karakter dari seorang wanita ketika telah menjadi istri.

Sabar dan tabah menghadapi segala rintangan dan ujian dalam kehidupan rumah tangga.


Sedangkan ketika mendapat ujian dari Allah SWT seorang istri menerima dengan lapang dada.

Sedangkan dalam bentuk motif pada lidah baju atau tambio terdapat kuncup bunga yang belum mekar menandakan seorang gadis yang menggunakan pakaian adat wolimomo masih suci.

Makna ini tidak terlepas dari penggunaan pakaian adat wolimomo setiap upacara adat.

Karena pakaian adat wolimomo dipakai pada saat upacara adat pembaiatan (momiati), antar harta/pinangan (modepita maharu), kehamilan tujuh bulanan (molondalo), dan akad nikah (mongakaji) pada prosesi pernikahan adat Gorontalo, pada bagian tengah tambi’o terdepat ornamen yang bersilang-silang monbentuk bidang jajar genjang bermakna jangan terlalu banyak berbuat salah, berusahalah untuk banyak berbuat baik.

Kelima adalah sunti. Bentuk sunti terdiri dari dua bagian yaitu mahkota dan tusuk konde.

Sunti secara menyeluruh bermakna sifat yang lemah lembut menujukan budi pekerti luhur. Sedangkan makna bentuk motif tusuk konde tidak terlepas dari bentuk kuncup bunga yang belum mekar yaitu seorang anak gadis yang masih terbungkus atau masih suci sebagaimana kuncup bunga yang belum mekar tersebut.

https://regional.kompas.com/read/2023/09/07/180109078/mengenal-wolimomo-baju-adat-pengantin-gorontalo-yang-penuh-makna

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke