Salin Artikel

Kualitas Udara di Kota Semarang Tak Baik untuk Kelompok Sensitif, Mayoritas dari Gas Buang Kendaraan

Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Konservasi Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang, Safrinal Sofaniadi mengatakan, polusi udara didominasi gas buang kendaraan.

"Yang menyebabkan polusi itu paling banyak gas buang dari kendaraan," jelasnya saat ditemui di kantornya, Jumat (1/9/2023).

Dia memperkirakan dari total polusi udara di Kota Semarang, 80 persen didominasi oleh gas buang kendaraan dan selebihnya dipengaruhi oleh variabel yang lain.

"Yang mendominasi saat ini kendaraan. Bisa dibilang 80 persen kendaraan," kata dia.

Untuk itu, dia meminta kepada warga Kota Semarang agar dapat memanfaatkan angkutan masal. Menurutnya, transportasi umum saat ini sudah mudah di akses hingga pedesaan.

"Kita harus mendorong angkutan masal," paparnya.

Selain itu, untuk menekan polusi, DLH Kota Semarang juga melakukan upaya penghijauan di beberapa sudut kota melalui penanaman pohon.

"Tanaman juga bisa membuat polusi berkurang," imbuh Safrinal.

Sampai saat ini, polusi di Kota Semarang tak separah seperti di Jakarta karena masih di angka 50 hingga 100 AQI atau indeks kualitas udara. Bahkan, daerah seperti Kecamatan Mijen dan Gunungpati bisa di bawah angka 50 AQI.

"Kalau di kota ya dibilang baik ya tidak, buruk ya tidak. Yang masih hijau (di bawah 50 AQI) itu Mijen dan Gunungpati," paparnya.

Untuk Kota Semarang sendiri sudah ada tiga stasiun untuk mendeteksi kualitas udara. Stasiun tersebut berada di Karangturi, Mijen dan Jatingaleh.

"Untuk yang di Karangturi itu punya swasta, di Mijen itu punya kita (DLH) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Jatingaleh milik Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)," ujar dia.

Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang, M Abdul Hakam mengatakan, berdasarkan data iqair.com, tingkat polusi di Kota Semarang pada Jumat (25/8/2023) berwarna oranye dengan nilai 142 AQI atau indeks kualitas udara. Hal yang sama juga terjadi pada Sabtu (26/8/2023) oranye dengan nilai 120 AQI.

Tingkat polusi di Kota Semarang mulai ada tanda-tanda penurunan pada Minggu (27/8/2023) dengan indeks polusi berwarna kuning dengan nilai 100 AQI, Senin (28/8/2023) dengan tingkat polusi 80 AQI dan Selasa (29/8/2023) dengan tingkat polusi 65 AQI.

"Kelompok sensitif, anak kecil, orang tua, orang yang punya riwayat penyakit asma, sakit paru disarankan kalau bepergian di luar pakai masker," kata dia.

Menurut Hakam, ada keterkaitan antara kualitas udara yang buruk dan penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). Sejak Juli 2023 ada 20.987 warga Kota Semarang yang mengalami ISPA. "Terdiri dari 9.197 laki-laki dan 11.790 perempuan," ucap dia.

Selain itu data jumlah pasien yang mengalami bronkopneumonia (BRPN) juga cukup banyak. Pada Juli 2023 terdapat 259 warga Kota Semarang yang terdiagnosa mengalami BRPN.

"Sampai Juli itu tertinggi rawat inap BRPN. Sedangkan di klinik dan puskesmas itu ISPA,” ujarnya.

Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Konservasi Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang, Safrinal Sofaniadi menunjukkan kondisi kualitas udara

https://regional.kompas.com/read/2023/09/01/144327878/kualitas-udara-di-kota-semarang-tak-baik-untuk-kelompok-sensitif-mayoritas

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke