Salin Artikel

Mengubah Toko Kaset "Jadul" Jadi Kedai Unik untuk Hidupkan Kembali Kenangan Seorang Ayah

SEMARANG, KOMPAS.com - Tren ala 90-an kembali bergeliat di Kota Semarang beberapa waktu belakangan.

Tidak hanya fesyen, gaya 90-an kini bisa diadopsi untuk inovasi sejumlah bidang, tak terkecuali kuliner dan hiburan.

Kedai kopi di kawasan Semarang Timur, tepatnya di Jalan Sedane, Bugangan, Kota Semarang tampak damai dengan alunan musik jadul yang memanjakan telinga.

Tulisan "Kaofee" yang menempel di depan pintu seolah menjadi penanda bahwa di situlah sebuah kedai kopi bernuansa 'jadul' berada.

Rentetan compact disc (CD) dan kaset pita 'jadul' tertata rapi di sepajang etalasi kedai.

Beberapa kaset dipajang di rak kaca yang berdiri. Di seberangnya, terdapat pula aksesoris-aksesoris antik yang cantik dan ciamik.

Pemilik Kaofee, Alice Lindsey Tan, mengaku, dahulu kedai kopi sederhana ini adalah toko kaset pita milik almarhum Ayahnya yang bernama Tung-Tung Musik.

Saat itu, Alice menyebut, banyak masyarakat Semarang yang hobi mengoleksi maupun membeli kaset.

Sehingga, sembari mengoleksi, pada tahun 1994 ayahnya juga mendirikan toko kaset Tung-Tung Musik.

"Dulu hiburan anak 90-an kan dengerin lagu, radio. Kalau toko kasetnya mulai buka tahun 1994, waktu itu saya masih sekolah. Lalu mulai redup mulai tahun 2008-an sejak ada Android, ya CD dan kaset tamat," ucap Alice, saat ditemui Kompas.com, Selasa (29/8/2023).


Menghidupkan kenangan ayah

Agar kenangan Sang Ayah hidup kembali, Alice menyebut, tercetuslah ide untuk menggabungkan coffeshop dengan hiasan kaset jadul di sekelilingnya.

CD dan kaset pita yang dipajang di kedainya itu sangatlah beragam, mulai dari band tahun 1990 hingga 2000-an.

"Kasetnya tidak dijual, hanya untuk pajangan. Karena emang pengen menghidupkan kenangan Papa. Tapi, kalau mau request lagu apa gitu bisa," tutur dia.

Di samping itu, Alice ingin menyajikan tempat bersantai namun bisa dinikmati oleh semua kalangan.

Tak heran, jika menu minuman yang ditawarkan sangat terjangkau. Mulai dari Rp 10.000 hingga Rp 22.000.

"Biasanya orang kalau mau ngopi mikirnya mahal. Jadi saya sajikan harga yang affordable biar orang-orang bisa ngopi," ucap Alice.

Alice mengaku, sebelum mendirikan kedai kopi ini dirinya sempat belajar tentang kopi di Dharma Boutique Roastery.

Selama kurang lebih 5 bulan, Alice datang ke Dharma Boutique Roastery untuk belajar memilih biji, meracik kopi, hingga menyajikan kopi agar terjaga kualitasnya.

"Awalnya kesulitan, karena harus bagi waktu untuk jemput anak dan belajar kopi. Tapi, karena menarik, saya belajar di sana mulai Januari sampai Mei," tutur Alice.

https://regional.kompas.com/read/2023/08/29/213829278/mengubah-toko-kaset-jadul-jadi-kedai-unik-untuk-hidupkan-kembali-kenangan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke