Salin Artikel

4 Hal soal Gempa M 7,1 Lombok, Data Sempat Diralat oleh BMKG

Gempa tersebut dirasakan di sejumlah wilayah seperti Kuta, Gianyar, Tabanan Denpasar (Provinisi Bali), Waingapu (Provinsi Nusa Tenggara Timur), Trenggalek, Blitar (Provinsi Jawa Timur).

Data sempat diralat

Data gempa magnitudo 7,1 yang berpusat di 163 kilometer Timur Laut Lombok tersebut merupakan data yang telah dimutakhirkan oleh BMKG.

Sebelumnya BMKG sempat mengeluarkan informasi bahwa gempa berkekuatan magnitudo 7,4 dan berpusat di Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam keterangan tertulis yang diterima oleh Kompas.com menjelaskan alasan perubahan data tersebut.

Menurutnya data bersifat fluktuatif. Di satu sisi BMKG memiiki batas waktu menyebarkan data atau yang disebut dengan "hukum dua menit".

"Di mana maksimum dua menit pasca-gempa di atas megnitudo 7 bermula maka parameter awal sudah harus dipublikasikan," kata dia.

Hal ini lantaran BMKG merupakan lembaga peringatan dini tsunami yang dituntut memberikan informasi secara cepat.

Menurutnya pada data awal muncul magnitudo 7,4 dekat dengan Kalsel.

"Didiseminasikan. BMKG terus bekerja dengan data baru, sensor-sensor gempa se-Indonesia akhirnya final di magnitudo 7,1 utara Lombok," tutur Daryono.

Hingga pukul 03.22 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya dua aktivitas gempabumi susulan (aftershock) dengan Magnitudo 6,1 dan 6,5.

Warga Lombok berhamburan

Getaran gempa yang terasa kuat di Lombok membuat warga panik dan berhamburan.

Warga teringat kejadian gempa 2018 yang saat itu meluluhlantakkan Lombok.

Sejumlah orang juga mengumumkan informasi gempa melalui pengeras suara masjid. Seketika, warga berlarian di jalanan.

"Getaran keras sekali. Ini bulan Agustus, teringat saat gempa 2018 dulu di bulan yang sama," kata warga Desa Aok Darek, Kecamatan Batukliang, Lombok Tengah bernama Samsul Hadi, Selasa (29/8/2023).

Samsul juga berlari sembari menggendong cucunya.

Buka hotline laporan kerusakan

Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB membuka layanan laporan warga terkait dampak kerusakan gempa.

"Kita buka hotline laporan kerusakan lewat WhatsApp, website di masing-masing kepala pelaksana BPBD di masing-masing daerah juga," kata Kepala BPBD Provinsi NTB Ahmadi, Selasa (29/8/2023).

Hingga siang hari, kata dia, belum ada laporan kerusakan di 10 kabupaten di Nusa Tenggara Barat.

Menurutnya, sejak peristiwa gempa 2018, infrastruktur di NTB dibangun dengan konstruksi tahan gempa.

"Infrastruktur kita di Lombok Utara ya sudah cukup memadai karena sudah dilakukan rehabilitasi RTG (rumah tahan gempa). Itu sudah memenuhi persyaratan kegempaan," kata Ahmadi.

Tumbukan lempeng dan zona penunjaman

Melansir Kompas TV, Pelaksana Harian Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Hermasyah mengungkapkan, gempa bumi magnitudo 7,1 Lombok diikuti dengan aktivitas zona penunjaman.

Hal itu terbentuk karena hasil tumbukan antara Lempeng Benua Eurasia dan Lempeng Samudra Indo-Australia.

Menurutnya, mekanisme yang terlibat dalam tumbukan ialah sesar normal yang bergerak relatif ke arah barat laut dan timur tenggara.

"Kejadian gempa bumi tersebut tidak menimbulkan tsunami meski lokasi pusat gempa bumi terletak di laut, karenanya tidak mengakibatkan terjadinya deformasi dasar laut yang memicu terjadinya tsunami," kata Hermasyah, seperti dikutip dari Kompas TV.

Dia mengimbau masyarakat tetap tenang dan mengikuti arahan serta informasi petugas BPBD. Warga diharapkan tidak terpancing dengan isu tak bertanggung jawab.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Idham Khalid | Editor: Andi Hartik, Farid Assifa), Kompas TV

https://regional.kompas.com/read/2023/08/29/145237578/4-hal-soal-gempa-m-71-lombok-data-sempat-diralat-oleh-bmkg

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke