Salin Artikel

Angka Balita Stunting di Daerah Penghasil Beras dan Ikan NTT Tinggi

SIKKA, KOMPAS.com - Jumlah anak di bawah lima tahun stunting atau tengkes di Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) kembali bertambah. Padahal wilayah ini dikenal sebagai daerah penghasil beras dan ikan untuk Kabupaten Sikka.

Berdasarkan data Kecamatan Magepanda, per Senin (28/8/2023), angka tengkes di wilayah itu sebanyak 215 orang. Jumlah ini mengalami kenaikan dibandingkan hasil pengukuran pada Februari 2023.

"Tahun lalu angka stunting kita 250 orang kemudian turun 210. Lalu, Februari 2023 turun ke 162 orang. Tetapi saat ini ada tambahan lagi, naik menjadi 215 orang," ujar Camat Magepanda Kristianus Amstrong kepada Kompas.com di Magepanda, Senin (28/8/2023).

Kristianus mengungkapkan ada bayak faktor penyebab tingginya kasus stunting di wilayahnya. Salah satunya adalah keluarga. Orangtua tidak memperhatikan baik gizi anak secara baik.

Selain itu, kesadaran orangtua untuk mendukung program pemerintah menagani stunting sangat rendah. Misalnya, program pemberian makanan tambahan (PMT).

Program ini sudah berjalan selama dua tahun terakhir, namun partisipasi orangtua minim. Padahal pemerintah sudah mengeluarkan anggaran yang cukup besar.

"PMT ini kan makanan dimasak oleh para kader di desa, orangtua tinggal datang ambil. Itu juga tidak datang. Kalau seperti ini, maka tidak bisa mempertanyakan pemerintah ada di mana," ujarnya.

Kristianus menuturkan, selain PMT, pemerintah juga membuat program posyandu remaja. Per awal Agustus 2023, ada 780-an remaja di Kecamatan Magepanda yang sudah terdaftar.

Mereka diberi pendampingan dan bimbingan oleh para kader, sehingga dengan pengetahuan yang ada, kelak mereka bisa memutuskan secara matang sebelum memilih hidup berkeluarga.

Sebab, ungkap Kristianus, berkaca dari beberapa balita yang mengalami stunting, orangtua khususnya ibu dari anak itu hamil di usia yang sangat muda.

"Kalau kita lihat pasutri yang hamil di luar nikah. Anak mereka itu yang biasanya yang berpotensi mengalami stunting. Sayangnya hanya 114 remaja yang terlibat, harapannya ke depan semua remaja ini program posyandu remaja," bebernya.

Kristianus menyayangkan tingginya angka stunting di wilayahnya. Padahal Magepanda sangat dikenal sebagai daerah penghasil beras, ikan, dan buah.

"Di mana mana saya selalu bilang kurang apa kita di sini (Magepanda). Tapi memang kembali ke faktor keluarga," pungkas Kristianus.

Berdasarkan data Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2KBP3A) Kabupaten Sikka, jumlah balita stunting di wilayah itu sebanyak 2.986 anak atau 13 persen.

Kepala P2KBP3A Sikka Petrus Herlemus menyatakan, angka ini mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu yang mencapai 3.174 orang atau 13,8 persen.

"Terkait stunting, posisi validasi terakhir itu diangka 13,0 persen. Kita turun dari 13,8 persen ke 13,0 persen atau 2.986 balita. Angka ini berdasarkan hasil pengukuran pada Februari 2023," ungkap Petrus.

Kendati mengalami penurunan, lanjutnya, angka ini masih tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh sejumlah faktor. Salah satunya peran ayah atau suami dalam keluarga.

"Sebenarnya stunting ini soal kualitas keluarga, dan yang paling penting peran suami untuk memastikan gizi anak. Kadang anak sudah stunting, istri kurus, tinggi, dan langsing," ujarnya.

https://regional.kompas.com/read/2023/08/28/211237578/angka-balita-stunting-di-daerah-penghasil-beras-dan-ikan-ntt-tinggi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke