Salin Artikel

Pantauan Udara Menuju Krayan, Wilayah Terisolasi di Perbatasan RI-Malaysia

TARAKAN, KOMPAS.com - Pada tulisan kali ini, Tim Kompas akan menyajikan gambaran perjalanan udara dari Bandara Juwata Tarakan menuju dataran tinggi Krayan, sebuah wilayah terisolasi di Kalimantan Utara, yang selama ini hanya bisa dijangkau dengan pesawat udara.

Kondisi cuaca buruk membuat penerbangan tim Kompas.com yang diagendakan pukul 12.00 Wita, harus molor di sekitar pukul 14.40 Wita.

Tiket pesawat Tarakan-Krayan dibanderol dengan harga subsidi sekitar Rp 500.000 dan jenis pesawatnya adalah pesawat perintis.

Tim Kompas.com bersama bagian Protokol Pemprov Kaltara kemudian mengencangkan sabuk pengaman bersiap menghadapi lepas landas kapal udara yang hanya bermuatan 13 orang, termasuk 2 pilot ini.

Suara mesin dan guncangan pesawat tentu lebih terasa, karena ukurannya yang kecil membuat jarak antara mesin pesawat dan penumpang lebih dekat ketimbang pesawat penerbangan biasa.

Jika melihat ke bawah melalui ketinggian terbang pesawat perintis ini, jalur sungai berliku terlihat seperti garis pembatas antara lahan perkebunan sawit, maupun kawasan hutan di wilayah perbatasan negara.

Berbicara tentang Krayan, belum begitu banyak yang tahu, meski Krayan adalah wilayah Tertinggal, Terdepan, Terluar (3T), namun Krayan memiliki banyak kekayaan alam melimpah.

Krayan memiliki sistem pertanian organik yang menghasilkan padi khas Adan, yang menjadi makanan favorit Sultan Hasanah Bolkiah yang merupakan Raja Brunei Darussalam.

Krayan juga mematahkan peribahasa asam di gunung, garam di lautan, dengan menjadi penghasil garam gunung yang berkualitas super.

Garam gunung Krayan memiliki keistimewaan mengikat klorofil, sehingga sayuran yang dimasak menggunakan garam Krayan warnanya tidak berubah.

Uniknya lagi, tanaman apel juga hidup dan tumbuh dengan baik di Krayan.

Tempat yang disebut kepingan surga di batas negara itu, terletak pada ketinggian 1.475 meter di atas permukaan laut (MDPL) di Krayan Barat dan diberi nama Buduk Udan.

Membayangkan wilayah sulit dijangkau memiliki sumber daya alam yang kaya, membuat lamunan melambung, dan tak sabar untuk melihat dan menyaksikan langsung keindahan alam dan keunikan daerah terisolasi yang berbatasan darat langsung dengan Malaysia ini.

Tak terasa, waktu menunjukkan pukul 15.40 Wita. Pesawat yang membawa kami pun mendarat dengan sukses di Bandara Yuvai Semaring, Krayan.

Dari tempat ini, tim Kompas.com akan mulai menuntaskan penasaran dengan menulis sejumlah cerita tapal batas negara, dengan ragam budaya dan keunikannya.

Ikuti dan simak terus perjalanan Tim Kompas dalam ekspedisi "Menjadi Indonesia" bersama Robertus Belarminus, Fikri Hidayat, Gitano Prayogo, Nissi Elizabeth, Lina Sujud, Yulvani Setiadi, dan Ahmad Dzulviqor. Tim Kompas.com dalam liputan ini dibekali apparel dari Eiger.

https://regional.kompas.com/read/2023/08/14/150918178/pantauan-udara-menuju-krayan-wilayah-terisolasi-di-perbatasan-ri-malaysia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke