Salin Artikel

Tak Punya Ruang Kelas, Siswa MTs di Majene Belajar di Tenda dan Mushala

Proses pembelajaran di sekolah yang terletak di Jalan Labora, Kelurahan Baru, Kecamatan Banggae ini sudah berlangsung sejak tahun ajaran baru.

Siswa kelas 9A yang menggunakan mushala saat belajar. Mereka duduk melantai saat mengikuti pelajaran. Siswa kelas 7C menempati tenda yang terbuat dari tiang bambu dan beratap terpal saat mengikuti pelajaran.

Andini, salah satu siswi kelas 9A yang belajar di dalam mushala mengaku bersyukur masih bisa mendapatkan pelajaran di sekolahnya.

Andini tak mempermasalahkan lelahnya duduk melantai selama berjam-jam karena dia masih mampu menyerap ilmu dari sekolah. Meski fasilitas sekolah terbatas, tapi Andini memiliki guru yang baik dalam menuntun ilmu.

"Asal ada tempat sudah senang. Karena tidak cukup kelas daripada tidak belajar," kata Andini saat diwawancara di halaman sekolahnya, Kamis (10/8/2023) pagi.

Senada dengan Andini, Rustan siswa kelas 9A juga sudah belajar di mushala sejak duduk di kelas 9 karena tidak memiliki ruangan kelas.

Memiliki teman-teman yang juga belajar di mushala membuat Rustan sudah tak memikirkan lagi letihnya duduk melantai saat mengikuti pembelajaran.

"Sudah lama duduk melantai. Tapi tidak terasa capeknya," kata Rustan.

Kepala sekolah MTs Al Qalam, Umar, mengatakan bahwa kondisi pembelajaran dengan menggunakan tenda sudah dialami di tahun ketiga berdirinya Madrasah ini.

Pada saat baru berdiri, mereka numpang di salah satu sekolah yang lokasinya tidak jauh dari lokasi MTs Al Qalam mengingat saat itu siswa di tahun pertama hanya 15 siswa.

Namun tiap tahun siswa yang mendaftar di sekolah ini terus bertambah. Kementrian Agama kemudian memberikan bantuan berupa satu bangunan untuk dijadikan ruang kelas yang digunakan siswa.

Namun bangunan ini sudah rusak saat gempa besar di tahun 2021 terjadi. "Bangunan pertama ini sudah rusak waktu gempa, jadi agak sudah tidak layak juga," kata Umar saat ditemui di MTs Al Qalam, Kamis (10/8/2023).

Umar mengatakan bahwa dana bantuan dari Kemenag, pihak yayasan, dan bantuan gotong royong hanya mampu membangun 6 ruang kelas serta satu ruangan kantor.

Saat tahun ajaran baru tiba, siswa yang mendaftar membludak. Bangunan ruang kelas yang hanya berjumlah 6 ruangan tak mampu menampung seluruh siswa yang berjumlah 210 siswa.

Para guru kemudian berinisiatif untuk membangun kelas mini dengan menggunakan bambu yang diatapi terpal. Umar sendiri menyebut kelas darurat ini sebagai kelas mini.

Siswa kelas 7C menempati tenda ini untuk belajar. Sementara kelas 9A menggunakan mushala yang belum sempurna untuk belajar.

"Jadi ada dua kelas. Kalau kelas 7C ada 25 siswa, kelas 9A yang di mushala ada 26 siswa," ujar Umar.

Tenda dari bambu beratapkan terpal yang dijadikan kelas kata Umar dibangun oleh para guru dengan menggunakan bambu yang disumbangkan warga setempat.

Umar pun bersyukur bisa membuat siswa tetap belajar dengan tenda meski saat hujan terjadi, percikan airnya masuk ke dalam tenda ini.

"Karena dana juga terbatas jadi kita ambil kerelaan guru untuk (bangun). Biasanya saat jam kedua atau hari Minggu (bikin bangunan). Jadi memang semangat gotong royongnya itu sudah dari dulu," tandas Umar.

https://regional.kompas.com/read/2023/08/10/144559678/tak-punya-ruang-kelas-siswa-mts-di-majene-belajar-di-tenda-dan-mushala

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke