Salin Artikel

Kini Warga NTT Tak Lagi Turun Gunung untuk Cari Air Bersih

KUPANG, KOMPAS.com - Suara kokok ayam yang saling bersahutan dari samping kiri rumahnya membangunkan Ruslim Kela Beko (39) dari tidurnya, pukul 4.30 Wita.

Udara dingin pagi yang masih menusuk tulang tak membendung semangat ibu rumah tangga asal Desa Patiala Dete, Kecamatan Laboya Barat, Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), itu untuk bergerak mengatur dan membersihkan rumah yang ditempatinya bersama sang suami, Daud Kedu Tada (42) dan empat anaknya.

Langkah gontai namun terarah tanda kesadaran belum terkumpul sepenuhnya, Ruslim bergegas masuk ke dapur yang berada di bagian belakang rumah untuk memasak air, nasi serta sayur untuk sarapan pagi buat keluarga.

Urusan dapur dibereskan dengan sekelebat. Pun semua ruangan kamar dibersihkan satu persatu hingga tuntas, menggunakan sapu lidi yang telah menghitam di bagian tengah hingga ujung.

Subuh pun berlalu menjemput pagi. Di sisi timur, mulai muncul bias cahaya surya. Dengan cekatan, Ruslim bergerak ke arah dapur dan memeriksa dua ember kumbang warna hijau tua berukuran 80 liter, tempat menampung air bersih yang digunakan untuk minum dan memasak.

Air di dalam ember besar itu nyaris ludes. Hanya tersisa untuk sekali memasak. Dia lalu membangunkan empat orang putranya untuk membantu menimba air. Anak-anaknya harus bersiap sejak awal agar tidak terlambat masuk sekolah.

Namun, tidak mudah untuk mendapatkan air bersih. Kehidupan ekonomi keluarganya yang pas-pasan, membuat mereka tak bisa membangun sumur di dekat rumah.

Ruslim dan anak-anaknya harus berjalan kaki sejauh satu kilometer menuju sumber mata air di desa mereka. Kondisi itu juga sama seperti tetangga mereka lainnya. Sebagian besar hidup mereka di bawah garis kemiskinan.

Mengenakan kaus oblong berwarna merah marun dan celana pendek warna abu-abu muda tanpa alas kaki, Ruslim dan empat anaknya yang juga tak memakai sandal, bergerak menuju sumber mata air.

Ruslim membawa dua jeriken putih berukuran lima liter dan satu ember plastik hitam berukuran 26 liter dan kain kecil yang digulung membentuk lingkaran.

Mereka lalu berjalan kaki dengan langkah cepat menuju lokasi sumber air, melewati jalan setapak yang licin dan curam.

Rumah mereka berada di ketinggian, sehingga untuk mencapai sumber air, harus jalan menurun tajam. Kondisi normal jika musim panas. Namun, lain cerita ketika langit menumpahkan hujan, mereka harus berjalan hati-hati agar tidak terpeleset, lantaran jalan penuh kubangan lumpur.

Ruslim bahkan pernah terjatuh berulang kali, akibat jalanan yang licin, berubah bak karpet lumpur. Meski begitu, dia tetap menjalani rutinitas tersebut demi keluarga.

Tiba di sumber air, Ruslim dan anak-anaknya dengan cekatan menimba air. Mereka bergerak cepat agar tidak terlambat ke sekolah.

Dengan napas yang terengah-engah, mereka kembali ke rumah. Tetapi kali ini, harus jalan mendaki, sambil membawa air. Sesekali mereka berhenti sesaat karena kelelahan, sembari mengusap keringat deras yang membasahi wajah mereka.

Anak-anak yang telah mendapat air bersih, lalu mandi saat tiba di rumah. Sedangkan Ruslim, harus bergerak sendirian kembali ke sumber mata air. Sang suami yang bekerja sebagai petani lahan kering, juga telah berangkat ke kebun.

Ruslim kembali menimba air. Untuk mengisi dua ember besar hingga penuh, dia harus bolak-balik beberapa kali.

Kondisi ini berlangsung selama bertahun-tahun. Hingga akhirnya bantuan datang dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (AD), Komando Distrik Militer (Kodim) 1613 Sumba Barat.

Melalui program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-117, aparat TNI membuat program pipanisasi sistem penyediaan air minum sepanjang 250 meter.

Kini, Ruslim tak lagi berjalan susah payah membawa jeriken dan ember untuk mencari air bersih, karena sumber air telah berada persis di depan rumahnya. Ia dan keluarganya telah menikmati air bersih.

"Sekarang kami tidak perlu jatuh bangun turun naik gunung untuk mencari air bersih. Kami sangat bersyukur dan berterima kasih kepada Bapak TNI yang membantu kami membawa air bersih. Keran air sekarang persis di depan rumah," kata Ruslim kepada Kompas.com, Minggu (6/8/2023).

"Sekali lagi kami sangat berterima kasih karena air sudah berada di depan hidung kami. Sekarang kami merasa nyaman. Kami sudah senang. Anak-anak tidak lagi terlambat ke sekolah," ujar Ruslim yang juga kader Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Desa Patiala Dete.

Saking gembiranya, sejak awal program ini masuk, Ruslim bersama warga lainnya, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, bahu membahu membantu sejumlah personel TNI yang bertugas menggali jalur pipa dan cor semen tempat diletakan keran air.

Dia berharap, program reinkarnasi dari ABRI Masuk Desa itu bisa terus berlanjut, agar warga yang lainnya juga bisa menikmati pembangunan yang sama.

131 kepala keluarga kesulitan air bersih

Sekretaris Desa Patiala Dete Jefrianus kahale mengaku gembira dengan bantuan air bersih kepada warganya.

"Ini merupakan kerinduan besar masyarakat yang sudah puluhan tahun kesulitan air bersih," kata dia.

Dia menjelaskan, desanya berada jauh dari pusat Kota Waikabubak, ibu kota Kabupaten Sumba Barat, yakni sekitar 33 kilometer.

Jumlah penduduk Desa Patiala Dete, lanjut Jefrianus, yakni 2.482 jiwa atau 523 Kepala Keluarga (KK). Sebagian besar bekerja sebagai petani. Warga yang masuk kategori miskin sebanyak 326 KK.

"Khusus untuk warga yang kesulitan air bersih yakni sebanyak 131 KK. Mereka tersebar di empat dusun," kata Jefrianus.

Untuk warga yang telah menikmati program air bersih dari TMMD sebanyak 117 jiwa atau 48 KK yang berada di Dusun 1, Desa Patiala Dete.

Dia berharap, bantuan air bersih ini bisa bermanfaat buat warganya.

"Saya mewakili masyarakat sangat berterima kasih, karena dengan adanya kegiatan TMMD ini, masyarakat terbantu sekali dalam proses penambahan jaringan air," ujar Jefrianus.

"Alasan yang pertama tentu permintaan dari warga setempat yang memang kesulitan mendapatkan air bersih," kata Fitra.

Alasan lainnya, lanjut Fitra, saluran pipa yang ada, banyak yang sudah rusak. Warga tidak bisa menangani permasalahan tersebut, sehingga perlu kehadiran TNI untuk percepatan sarana pipanisasi.

Yang paling penting, kata Fitra, yakni upaya penanganan stunting. Hal itu karena Desa Patiala Dete merupakan salah satu desa di Kecamatan Laboya Barat yang tinggi suspek stunting (gangguan pertumbuhan pada anak). Ada 37 anak terkena stunting.

Fitra mengatakan, salah satu penyebab stunting karena kurang tersedia air bersih.

"Karena itu, TNI harus hadir dan memberikan solusi bagi permasalahan masyarakat, satu di antaranya ketersediaan air bersih," ujar Fitra.

Fitra menjelaskan, dalam program TMMD kali ini, selain penyediaan air bersih, ada sejumlah program fisik dan non-fisik yang telah dilaksanakan.

Program itu menyasar di empat desa, yakni Desa Baliloku dan Desa Hoba Wawi di Kecamatan Wanukaka, Desa Kabukarudi di Kecamatan Lamboya dan Desa Patiala Dete di Kecamatan Laboya Barat.

Dia memerinci, program fisik yakni pembuatan bronjong sepanjang 24 meter di Desa Baliloku, rehabilitasi dua unit rumah tidak layak huni di Desa Baliloku, rehab saluran irigasi di Desa Baliloku, pembuatan sanitasi sebanyak 55 unit di Desa Hoba Wawi dan pembuatan ruang terbuka hijau di Desa Kabukarudi.

Kemudian, program non-fisik yakni penyuluhan wawasan kebangsaan, penyuluhan pencegahan penyakit mulut dan kuku, penyuluhan pembuatan pupuk organik, penyuluhan hukum, penyuluhan pencegahan stunting, penyuluhan bahaya narkoba, penyuluhan tertib berlalu lintas dan penyuluhan bencana alam.

Adapun personel yang diterjunkan dalam program TMMD ini yakni dari TNI Angkatan Darat 121 personel, TNI Angkatan Laut 5 personel, TNI Angkatan Udara 3 personel, polisi 7 personel dan masyarakat 75 orang.

Fitra pun punya sejumlah harapan dalam program TMMD ke-117 yang dibuka pada Rabu, 12 Juli 2023 dan ditutup Kamis, 10 Agustus 2023 mendatang, yakni membantu meningkatkan infrastruktur di Kabupaten Sumba Barat.

Hal ini akan membantu memperbaiki aksesibilitas dan kehidupan masyarakat di daerah tersebut.

Kemudian, peningkatan kesejahteraan masyarakat. Akses yang lebih baik ke sumber daya dan peningkatan ekonomi lokal, akan berdampak positif pada kehidupan dan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Sumba Barat.

Melalui kegiatan TMMD, masyarakat dapat terlibat dalam berbagai aspek proyek, seperti pembangunan fisik, penyediaan air bersih dan program kesehatan.

TMMD, sebut dia, merupakan upaya TNI untuk terlibat secara langsung dalam pembangunan dan membantu masyarakat.

"Harapannya adalah meningkatkan hubungan dan kerja sama antara TNI dengan masyarakat setempat dalam mencapai tujuan bersama," kata dia.

Melalui kegiatan TMMD, nilai-nilai seperti kebersamaan, gotong-royong, dan solidaritas diharapkan juga menjadi bagian dari pengalaman masyarakat.

"Penyebaran nilai-nilai ini diharapkan dapat membawa perubahan budaya dan sikap masyarakat yang lebih proaktif dan berkolaborasi dalam membangun daerah,"ujarnya.

"Harapan-harapan ini muncul dari pelaksanaan kegiatan TMMD yang diharapkan dapat memberikan dampak positif dan perubahan yang signifikan bagi Kabupaten Sumba Barat," sambungnya.

Fitra pun berpesan agar masyarakat penerima manfaat, bisa memanfaatkan infrastruktur dan layanan yang telah dibangun melalui TMMD ini dengan sebaik-baiknya.

Penerima manfaat diharapkan juga menjaga keberlanjutan hasil pembangunan yang telah dilakukan.

"Jaga infrastruktur yang baru dibangun, agar tetap terjaga dan bermanfaat dalam jangka panjang. Dengan demikian, kegiatan TMMD ini akan berdampak positif secara berkelanjutan," kata Fitra.

Pesannya lagi, agar terus bersinergi dan berkolaborasi dengan TNI serta pihak-pihak terkait lainnya untuk mengembangkan Kabupaten Sumba Barat.

Kegiatan TMMD merupakan langkah awal untuk membangun dan meningkatkan daerah. Dengan kerja sama yang kuat, potensi dan perkembangan daerah dapat lebih maksimal.

Penerima manfaat dapat turut serta dalam menjaga dan memelihara infrastruktur serta membantu dalam pemutakhiran jika diperlukan.

Selanjutnya, melibatkan diri dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat setempat atau kelompok-kelompok sukarelawan. Juga, dapat memberikan kontribusi positif dalam pemeliharaan infrastruktur.

"Yang terakhir, masyarakat agar menjaga semangat gotong royong dan kebersamaan yang tercermin dalam pelaksanaan TMMD ini. Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi dan kerja sama antara TNI dan masyarakat. Teruslah menjaga semangat ini dalam menjalankan kehidupan sehari-hari dan dalam aktivitas pembangunan yang ada di lingkungan masing-masing," imbuhnya.

"Mengusung tema sinergi lintas sektoral mewujudkan kemanunggalan TNI-rakyat semakin kuat. Tema ini sangat strategis di saat Kabupaten Sumba Barat sedang gencar-gencarnya melaksanakan pembangunan di daerah ini," ujar Yohanis.

Menurutnya, Pemerintah Daerah Sumba Barat tidak akan dapat berjalan sendiri, karena membutuhkan partisipasi dan dukungan pihak lain melalui sinergitas, kolaborasi dengan berbagai pihak termasuk TNI.

TMMD, lanjut dia, adalah program terpadu antara TNI dan pemerintah daerah yang bertujuan untuk mempercepat pelaksanaan pembangunan daerah dengan sasaran pokok utama adalah kesejahteraan masyarakat.

"Kerja sama seluruh elemen bangsa dan negara seperti ini akan menjadi akar yang kokoh dalam mengatasi berbagai problema kebangsaan yang dihadapi," ujarnya.

"Melalui kegiatan TMMD ini juga saya berharap dapat mempererat kemanunggalan TNI dengan rakyat. Tentunya juga, untuk mempererat rasa persatuan dan kesatuan bangsa dalam membangun negeri yang kita cintai ini," sambungnya.

Dia pun berpesan, agar semua pihak terkait menggunakan momentum ini, guna mempererat rasa kebersamaan, dan semangat gotong royong demi mewujudkan kehidupan rakyat Sumba Barat yang maju, berdaya saing dan berkeadilan.

https://regional.kompas.com/read/2023/08/07/155200978/kini-warga-ntt-tak-lagi-turun-gunung-untuk-cari-air-bersih

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke