Salin Artikel

Menilik Birokrasi Kasual ala Pj Wali Kota Salatiga Sinoeng Rachmadi

JAKARTA, KOMPAS.com - Penjabat (Pj) Wali Kota (Walkot) Salatiga Sinoeng N Rachmadi punya cara unik guna mewujudkan tata kelola pemerintahan yang responsif terhadap berbagai aspirasi masyarakat, yakni casual bureaucracy atau birokrasi kasual.

Sinoeng menjelaskan, penerapan birokrasi kasual bertujuan untuk membangun kedekatan dengan masyarakat tanpa sekat alias tak berjarak. Upaya ini juga sejalan dengan langkah Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng) dalam membangun komunikasi efektif dengan masyarakat.

"Dengan gaya birokrasi yang kasual atau sederhana, masyarakat dapat merasakan bahwa pemerintah (ternyata) mudah dijangkau. Dengan begitu, masyarakat merasa bahwa negara hadir di tengah-tengah mereka," ujar Sinoeng saat berkunjung ke Kompas.com di Jakarta, Rabu (24/5/2023).

Birokrasi kasual, lanjutnya, dapat diwujudkan lewat sejumlah cara. Salah satunya adalah merelaksasi tata protokoler pada kegiatan-kegiatan informal sehingga tidak terkesan kaku dan berjarak dengan masyarakat.

Selain itu, pihaknya juga mendorong tim kehumasan serta Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Salatiga untuk aktif di media sosial (medsos) guna menjangkau aspirasi warga. Pasalnya, humas dan Diskominfo merupakan representasi komunikasi Pemerintah Kota (Pemkot) Salatiga.

Medsos, kata Sinoeng, dapat berfungsi untuk mendekatkan pemkot dengan masyarakat sekaligus menjaring aspirasi dan aduan. Lewat medsos, Pemkot Salatiga dapat merespons cepat kebutuhan masyarakat di lapangan.

"Memperbanyak kanal komunikasi serta mempercepat respons merupakan kunci dalam memberikan pelayanan yang optimal. Dengan begitu, masyarakat merasa bahwa pemerintah hadir. Aduan masyarakat jangan dibiarkan atau didiamkan," kata Sinoeng.

Tilik Kampung

Birokrasi kasual juga diwujudkan Pemkot Salatiga lewat program Tilik Kampung. Melalui program tersebut, Pemkot secara berkala menyambangi warga di sejumlah wilayah untuk merespons berbagai persoalan di lapangan.

Program Tilik Kampung sendiri, menurut Sinoeng, sejalan dengan imbauan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian kepada pejabat wali kota seluruh Indonesia untuk mengintensifkan interaksi dengan masyarakat.

Wilayah yang bakal disambangi Pemkot dipilih berdasarkan laporan atau keluhan masyarakat yang disampaikan lewat sejumlah kanal komunikasi. Seperti medsos humas Pemkot Salatiga, Diskominfo, dan Instagram pribadi milik Sinoeng.

"Bila ada yang mengalami longsor, kami datangi. Demikian pula warga yang mengalami sakit atau kerusakan infrastruktur di suatu wilayah. Tilik Kampung merupakan bagian dari interaksi sekaligus tindak lanjut sambil menggali persoalan riil yang mungkin belum sempat tersentuh oleh Pemkot," tuturnya.

Optimalkan potensi lokal

Pada kesempatan tersebut, Sinoeng juga menceritakan sejumlah potensi lokal yang dapat dioptimalkan untuk mewujudkan pembangunan serta perekonomian yang berdampak pada masyarakat. Salah satunya adalah olahan berbahan dasar singkong.

Untuk diketahui, ikon anyar yang tengah jadi tujuan wisatawan ke Kota Salatiga adalah Kampung Singkong Argowiyoto. Kampung ini terletak di Kelurahan Ledok, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga, Jateng.

Sinoeng menuturkan, salah satu warga di Kelurahan tersebut menginisiasi gerakan untuk mengolah singkong menjadi produk bernilai ekonomi.

Seiring waktu berjalan, lanjut Sinoeng, industri rumah tangga itu makin menggeliat sehingga mendorong warga lain di kelurahan tersebut untuk mengikuti jejak yang sama.

"Berawal dari bahan baku singkong yang sederhana, kini singkong sudah memiliki 150 varian olahan," kata Sinoeng.

Adapun Kelurahan Ledok memiliki 32 pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang menekuni produksi olahan singkong. Mereka mampu memproduksi singkong hingga 6 ton per hari.

Selain mampu menembus industri hotel, restoran, dan kafe (horeka), olahan singkong dari sebuah kampung dari Salatiga itu kini merambah ke berbagai kota di Indonesia.

Pengembangan Kampung Singkong secara berkesinambungan, lanjut Sinoeng, telah berdampak positif bagi kesejahteraan dan ekonomi masyarakat Kota Salatiga.

“Kini, kalau ada event di Salatiga, Kampung Singkong selalu menjadi destinasi wisatawan untuk berburu oleh-oleh. Alhasil, ekonomi warga turut tumbuh,” paparnya.

Sinoeng menambahkan, selain komoditas singkong, salah satu industri yang turut tumbuh serta berkontribusi terhadap ekonomi masyarakat adalah sepatu.

Bahkan, kualitas produksi sepatu asal Salatiga telah diakui oleh dunia. Dua jenama sepatu kenamaan, Nike dan Converse, memercayakan Salatiga sebagai tempat produksi sepatu mereka.

Selain kualitas, alasan kedua jenama tersebut memilih Salatiga lantaran kota ini ramah terhadap investasi. Hal ini merupakan dukungan Pemkot Salatiga terhadap pelaku industri.

“Kami berupaya memberikan perizinan investasi yang mudah, jelas, dan cepat untuk memberikan kesempatan kerja seluas-luasnya bagi masyarakat. Pemberian izin yang cepat tidak berbelit-belit menjadi kunci penting agar industri makin menggeliat,” kata Sinoeng.

https://regional.kompas.com/read/2023/06/06/184332378/menilik-birokrasi-kasual-ala-pj-wali-kota-salatiga-sinoeng-rachmadi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke