Salin Artikel

Banyuwangi Jadi Pusat Pencegahan Polusi Plastik di Indonesia

Pembangunan tersebut sebagai bagian dari upaya untuk menangani permasalahan sampah di ujung timur Pulau Jawa.

Lokasinya berada di Desa Pancoran, Kecamatan Rogojampi atau dekat dengan bandara Internasional Banyuwangi.

Asisten Deputi Pengelolaan Sampah dan Limbah, Kemenko Marves, Rofi Alhanif mengatakan, living lab ini merupakan ruang terbuka bagi para peneliti, pemerintah, swasta, masyarakat dan para inovator.

"Ruang yang terbuka untuk berkolaborasi dalam menggodok berbagai inisiatif dan inovasi terkait sampah plastik," ucap Rofi, Senin (29/5/2023).

Menurut Rofi, pengelolaan sampah plastik itu merupakan kolaborasi antara Kemenko Marves dengan the Partnership for Plastics in Indonesian Society (PISCES).

"Living Lab ini diinisiasi oleh Pak Menko Marves, Luhut B. Pandjaitan bersama para peneliti yang tergabung dalam program Pisces yang diawaki oleh Profesor Susan Jobling dari Brunel University London," ujarnya.

Nantinya, di lokasi tersebut masyarakat bakal mendapatkan informasi tentang bagaimana mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan pengelolaan plastik dalam siklus penuh plastik.

Serta bagaimana menyusun sistem pengelolaan limbah untuk merancang rantai solusi kemitraan antara pemerintah, bisnis, dan industri.

“Ini merupakan inovasi yang relatif baru di Indonesia, kita berharap ini sustain atau berkelanjutan. Kami mengundang akademisi, pelaku industri, komunitas, serta masyarakat hadir kemari untuk belajar bersama, dan menyusun konsep aksi nyata guna mencari solusi terkait sampah plastik khususnya,” terang Rofi.

Dijelaskan, Program Pisces yang bisa diakses melalui www.piscespartnership.org merupakan kemitraan kolaboratif dan inklusif. 

Pisces mempertemukan peneliti akademis dengan bisnis, industri, pemerintah, LSM, dan masyarakat sipil untuk memahami serta mengelola risiko polusi plastik.

Direktur kemitraan Pisces, Susan Jobling menyampaikan, Pisces Living Lab Banyuwangi sebagai pusat inovasi berbasis lokasi di mana solusi inovatif diujicobakan dan dipantau secara nyata, sehingga ada keselarasan antara teori dari peneliti dan praktik lapangan.

“Apabila ini berjalan dengan baik, akan mendorong perubahan dalam mengatasi polusi plastik di sumbernya, melindungi ekosistem laut dan air tawar, meningkatkan perikanan dan pariwisata serta memperkuat ekonomi lokal, serta akan mengubah tata kelola hidup bersih dan sehat,” ucapnya.

Sementara itu Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani Azwar Anas mengatakan, program ini akan membantu mengakselerasi upaya penanganan sampah di Banyuwangi.

“Terima kasih kepada pemerintah pusat yang terus memberikan dukungan untuk pengelolaan persampahan di Banyuwangi," kata Ipuk.

"Hadirnya Living Lab beserta tim peneliti makin mengoptimalkan langkah-langkah penanganan sampah plastik yang sudah kita lakukan selama ini,” imbuh Ipuk.

Selama ini, lanjut Ipuk, Banyuwangi juga telah melaksanakan beragam program pengelolaan sampah secara kolaborasi bersama banyak pihak.

Salah satunya, lewat project Stop atau Stop Ocean Plastics yang membantu pengelolaan sampah laut di perairan muncar.

Program kolaborasi bersama PT Systemiq Lestari Indonesia ini kini diperluas skalanya dengan mendirikan pusat daur ulang sampah di Kecamatan Songgon yang menjangkau lima kecamatan lain di sekitarnya.

Banyuwangi juga bersinergi dengan NGO Sungai Watch melakukan pembersihan sampah di sungai.

"Selain juga sinergi dijalin bersama asosiasi pengelolaan sampah dari Norwegia, Clean Ocean Through Clean Communities (CLOCC), untuk menyiapkan masterplan pengelolaan sampah," tandasnya.

https://regional.kompas.com/read/2023/05/29/174549178/banyuwangi-jadi-pusat-pencegahan-polusi-plastik-di-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke