Salin Artikel

Mengapa Jayapura Dijuluki Kota Seribu Pinang?

KOMPAS.com - Kota Jayapura yang merupakan ibu kota Provinsi Papua dikenal memiliki julukan sebagai Kota Seribu Pinang.

Ternyata julukan tersebut disematkan kepada Kota Jayapura bukan tanpa alasan, namun terkait dengan budaya masyarakat setempat.

Dilansir dari laman kompaspedia.kompas.id, julukan Kota Seribu Pinang disematkan karena kegemaran masyarakat Jayapura mengunyah buah pinang.

Meski tidak dijumpai pohon pinang di tepi jalan kota ini, namun pinang selalu tersedia dan mudah didapatkan di mana saja.

Budaya mengunyah pinang memang sudah melekat dalam kultur masyarakat Papua.

Makan pinang dilakukan sejak bangsa Melanesia menginjakkan kaki di sekitar kawasan Pasifik yang membentang sepanjang Papua, Papua Nugini, Vanuatu, dan negara-negara sekitarnya.

Tak hanya itu, sirih pinang juga dijadikan semacam pengantar saat pertemuan adat.

Salah satunya ketika pertemuan adat kedua keluarga ketika dua mempelai akan memadu hidup bersama.

Cara Makan Pinang Khas Papua

Dilansir dari laman pesonaindonesia.kompas.com, cara makan pinang yang dilakukan masyarakat Papua berbeda dengan masyarakat lainnya di Indonesia.

Jika di wilayah Jawa, Sumatera, atau daerah lain, masyarakat biasanya akan mengunyah pinang yang sudah dikeringkan atau biji pinangnya saja, masyarakat Papua justru makan pinang yang masih mentah.

Cara makan pinang khas Papua yaitu mengupas kulit buah pinang untuk mendapat daging buahnya.

Namun kulit pinang jangan dibuang, tapi harus disimpan karena nantinya akan tetap dikunyah.

Bagi warga Papua, kulit pinang berfungsi untuk membuat kesat daging saat dikunyah. Selain itu, dengan mengunyah kulitnya, rasa pinang menjadi tidak pahit.

Selanjutnya, ludah hasil kunyahan pertama hingga ketiga biasanya akan dibuang.

Hal ini karena menurut masyarakat Papua, jika air ludah dari kunyahan pertama ini ditelan akan mengakibatkan si pengunyah pusing dan muntah.

Setelah tiga kali mengunyah, barulah daging pinang berikutnya dicocol ke kapur sirih dan kemudian dikunyah kembali.

Cara makan pinang khas Papua ini dipercaya lebih bersahabat bagi seseorang yang belum pernah menginang.

Sensasi segar dan manis yang membuncah di mulut disebut membuat seseorang yang baru mencoba ingin menjajalnya lagi dan lagi.

Dilansir dari laman Antara, bagi masyarakat Papua, mengunyah sirih pinang diyakini akan menguatkan gigi dan menjaga sistem pencernaan.

Hal ini karena mengunyah daun sirih dan biji pinang bisa memicu produksi air liur.

Air liur yang mengandung beragam jenis protein dan mineral yang baik dapat menjaga kekuatan gigi serta mencegah penyakit gusi.

Selain itu, air liur juga dapat membersihkan gigi dan gusi dari sisa-sisa makanan atau kotoran yang menempel.

Sementara menurut hasil penelitian Alcohol and Drug Foundation (ADF) Australia, efek sirih pinang terhadap kesehatan berbeda-beda pada setiap orang.

Hal ini tergantung berat badan dan kondisi tubuh, juga dosis penggunaannya.

Sarana Mencari Teman

Menurut penelitian berjudul “Pinang Dalam Kehidupan Orang Papua di Kota Jayapura,” yang ditulis oleh Yuliana dalam sebuah tesis doktoral FISIP Universitas Hasanudin, Makassar, pinang menjadi bentuk pertemanan karena buah ini bagi orang Papua sangat efektif sebagai sarana untuk mencari teman, terutama bagi anak muda.

Melalui buah pinang, konon seseorang yang baru datang ke Papua misalnya akan lebih mudah memperoleh teman.

Meskipun hanya sekedar turut serta merasakan buah yang memerahkan mulut ini bila dicampur dengan kapur, namun cara itu telah menjadi sinyal yang kuat akan adanya keinginan untuk dapat diterima sebagai teman.

Sebagai simbol pertemanan, karena buah pinang merupakan alat perkenalan di setiap perjumpaan.

Mengunyah pinang bersama juga tidak sekedar memberikan kenikmatan secara individu, tetapi di dalamnya tercipta rasa kedekatan, keakraban atau solidaritas sesama orang Papua yang merupakan nilai positif.

Selain itu pinang juga bagi orang Papua dipahami sebagai buah yang memiliki fungsi integrasi dan fungsi politik.

Fungsi tersebut ditunjukkan pada kehidupan kolektifnya yang menempatkan pinang sebagai medium.

Bagi orang Papua, buah pinang dapat dilihat sebagai simbol kerukunan yakni sarana peredam konflik dan yang mendamaikan.

Sumber:
kompaspedia.kompas.id  
pesonaindonesia.kompas.com
antaranews.com  

https://regional.kompas.com/read/2023/05/28/165707878/mengapa-jayapura-dijuluki-kota-seribu-pinang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke