Salin Artikel

Nasib Korban Kebakaran Ambon, Anak Sekolah Tak Pakai Seragam, Tempat Pengungsian Sempit dan Panas

KOMPAS.com - Kebakaran hebat mengakibatkan 100 rumah warga hangus terjadi di kawasan Belakang Kota, Kelurahan Uritetu, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon, Senin (15/5/2023) malam.

Ratusan rumah warga semi permanen yang berda di bagian belakang deretan pertokoan ludes terbakar.

“Untuk sementara berdasarkan informasi yang ada itu sekitar 110 rumah yang terbakar,” kata Wakil Kepala Polresta Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease AKBP Pol Hery Budianto kepada wartawan di lokasi kebakaran, Selasa (16/5/2023).

Sebanyak 103 kepala keluarga atau sekitar 300 jiwa terpaksa mengungsi ke lokasi yang aman.

“Untuk warga yang mengungsi itu ada sebanyak 103 kepala keluarga atau 300 jiwa, saat ini mereka mengungsi di ruang tunggu Pelabuhan Slamet Riyadi Ambon,” ujarnya.

Namun para pengungsi mengeluh susah tidur di lokasi pengungsian yang berada di Pelabuhan Slamet Riyadi Ambon.

Hal ini lantaran mereka saling berdesak-desakkan di dalam ruangan yang sempit, ditambah suhu ruangan yang panas.

“Jadi kita tidak bisa tidur, soalnya berdesak-desakan jadi panas,” kata Ija salah satu pengungsi yang ditemui Kompas.com, Rabu (17/5/2023).

Dia mengatakan kondisi itu membuat anak-anak dan balita yang ikut mengungsi kerap menangis karena kepanasan.

“Belum lagi anak-anak menangis jadi memang tidak nyaman, kita tidak bisa tidur,” ujarnya.

Anak-anak sekolah pakai sandal dan kaus

Tidak hanya itu, puluhan anak terpaksa pergi ke sekolah meski seragam dan peralatan belajar mereka terbakar.

Anak-anak yang tinggal di lokasi kebakaran pun terpaksa ke sekolah menggunakan pakaian seadanya dan sandal jepit.

“Saya dan teman-teman lain tetap ke sekolah, kita pakai sandal dan pakaian biasa saja,” kata Rafli Amin salah satu siswa Kelas 6 SD Negeri 68 Ambon kepada Kompas.com saat ditemui di lokasi pengungsian, Kamis (18/5/2023) sore.

Menurut Rafli Amin, pihak sekolah memberikan kebebasan bagi anak-anak korban kebakaran untuk tetap bersekolah meski hanya menggunakan sandal dan kaus.

“Kebetulan bapak dan ibu guru juga kemarin sudah mendata kami di lokasi pengungsian, dan mereka tidak marah saat kami ke sekolah tanpa seragam,” katanya.

Puluhan anak korban kebakaran yang ditemui ini mengaku saat kebakaran terjadi mereka memilih lari bersama orangtua tanpa menyelamatkan seragam dan peralatan sekolah.

“Semua terbakar bukan cuma seragam tapi juga semua pakaian, pakaian yang saya pakai ini diberikan teman,” kata Fian salah satu siswa lain.

Para siswa korban kebakaran ini pun berharap pemerintah bisa memberikan bantuan seragam dan perlengkapan alat tulis serta sepatu agar mereka bisa belajar di sekolah dengan baik.

“Iya kita minta bantuan seragam, sepatu, buku dan alat tulis karena semuanya terbakar,” kata Fian yang merupakan siswa Kelas 1 Mts Kebun Cengkeh Ambon.

Tanggapan Pemkot Ambon

Pj Wali Kota Ambon Bodewin Wattimena memastikan, bantuan seragam dan peralatan sekolah akan disalurkan kepada para siswa korban kebakaran setelah pendataan dilakukan.

“Kami pasti akan bantu tapi kami harus punya data dulu, misalnya siswa SD berapa orang, SMP berapa, SMA berapa,” katanya kepada Kompas.com di lokasi pengungsian, Kamis (18/5/2023).

Bodewin mengatakan, seragam dan peralatan sekolah yang akan diberikan kepada anak-anak korban kebakaran itu berasal dari sisa stok seragam untuk korban kebakaran di kawasan Mardika Ambon beberapa waktu lalu.

“Jadi kami juga punya stok masih ada yang kemarin saat kebakaran di Mardika itu masih ada cuma nanti tinggal didata saja lalu kita bantu,” katanya.

Bodewin juga telah berkoordinasi dengan Kementerian Sosial agar bisa memberikan bantuan seragam kepada para anak-anak korban kebakaran.

Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontributor Ambon, Rahmat Rahman Patty | Editor : Andi Hartik, Pythag Kurniati, Krisiandi)

https://regional.kompas.com/read/2023/05/19/124440578/nasib-korban-kebakaran-ambon-anak-sekolah-tak-pakai-seragam-tempat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke