Salin Artikel

Geliat Kampung Ketupat di Banyumas Menjelang Lebaran, Omzet Capai Rp 27,5 Juta

Di sekelilingnya menggunung kulit ketupat dari janur. Di ruang yang sama, juga ada tumpukan karung beras.

Pagi itu, keduanya tengah menyelesaikan pembuatan ketupat. Tumpukan kulit ketupat itu masing-masing diisi dengan segenggam beras.

Selanjutnya ketupat tersebut direbus menggunakan panci besar selama kurang lebih delapan jam hingga siap dijual.

Di sekitar rumah Sukati, beberapa perempuan juga tampak sibuk membuat kulit ketupat di halaman rumahnya.

Warga Dukuh Wetan, Desa Datar, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, ini sejak puluhan tahun lalu memang dikenal sebagai sentra ketupat.

Saking banyaknya perajin ketupat, orang-orang menyebut daerah tersebut dengan nama Kupatan atau Kampung Ketupat. Saat ini, dalam satu RT ada sekitar 11 perajin ketupat.

Purwanto (49), salah satu perajin ketupat mengatakan, usaha yang dilakoni turun temurun dari neneknya.

"Saya generasi ketiga, dulu awalnya nenek saya, terus bapak dan saya. Nenek mulai membuat ketupat sekitar tahun 1980-an," tutur Purwanto saat ditemui, Selasa (18/4/2023).

Masyarakat setempat biasa menjual ketupat buatannya ke sejumlah pasar di Banyumas. Namun saat menjelang Hari Raya Idul Fitri, permintaannya naik drastis.

Seperti yang disampaikan istri Purwanto, Sukati, untuk kebutuhan Lebaran bisa membuat hingga 25.000 buah ketupat.

"Kalau hari biasa sekitar 2.500 buah atau menghabiskan 1 kuintal beras. Kalau untuk Lebaran bisa menghabiskan 10 kuintal beras," kata Sukati.

Omzetnya pun dipastikan melonjak drastis dibanding hari biasa. "Lebaran tahun kemarin omzetnya Rp 27.500.000," ucap Sukati malu-malu.

Untuk setiap satu ikat ketupat berisi 10 buah, Sukati menjualnya dengan harga antara Rp 15.000 sampai Rp 20.000.

"Nanti hari Kamis sampai Jumat saya masak full (non-stop). Biasanya Kamis atau Jumat banyak orang ke sini untuk mengambil," ujar Sukati.

Menurut Sukati, ketupat buatannya juga biasanya dibawa orang-orang ke luar kota. Pasalnya, ketupat buatannya bisa bertahan hingga dua hari.

Untuk memenuhi permintaan yang sangat banyak ini, Sukati pun harus mempekerjakan para tetangganya.

"Warga membuat kulitnya, nanti setor ke saya. Janurnya dari saya, saya kasih upah Rp 70 per selongsong ketupat, jadi kalau buat 1.000 saya kasih Rp 70.000," kata Sukati.

Salah satunya, tetangga Sukati, Desi (27) yang telah menjadi perajin ketupat dadakan selama tujuh tahun terakhir.

Di tengah kesibukannya sebagai pekerja bulu mata, ia ikut membuat kulit ketupat untuk menambah uang lebaran.

"Sehari saya bisa buat 1.000 selongsong ketupat, karena sudah terbiasa untuk membuat satu selongsong tidak sampai setengah menit," kata Desi.

https://regional.kompas.com/read/2023/04/19/070336978/geliat-kampung-ketupat-di-banyumas-menjelang-lebaran-omzet-capai-rp-275

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke