Salin Artikel

Perjuangan Nakes di Labuan Bajo Perangi Tengkes, Dilatih di "Stunting Center" dan Terjun Melawan Mitos

Melansir laman Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, pemerintah melakukan upaya transformasi sejalan dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional tahun 2010-2025.

Presiden Joko Widodo juga turun langsung mengawal dan memastikan transformasi Labuan Bajo berjalan dengan baik dan mendatangkan manfaat bagi rakyat dan negara.

Jokowi memberikan tujuh arahan yakni mengenai penataan kawasan, peningkatan infrastruktur, penyiapan sumber daya manusia (SDM), penanganan sampah, ketersediaan air baku, keamanan wisatawan, hingga promosi terintegrasi.

Tidak sedikit anggaran dikucurkan untuk pembenahan infrastruktur pendukung pariwisata Labuan Bajo agar bisa menarik wisatawan dalam dan luar negeri.

Penataan kawasan Labuan Bajo menyasar lima zona di Waterfront City. Termasuk juga menata kampung-kampung hingga pengembangan homestay.

Di balik "gemerlapnya" Labuan Bajo sebagai destinasi super prioritas, ada kisah-kisah sejumlah tenaga kesehatan yang berjuang memberantas tengkes atau stunting di wilayah tersebut.

Salah satunya Caecilia Tyas Wurina (39), seorang petugas di Puskesmas Labuan Bajo. Ia merupakan seorang pengelola program gizi yang telah berkecimpung sejak 2018.

Namun, Rina, sapaan akrabnya, telah bertugas di Labuan Bajo sejak 11 tahun silam.

Mulai tahun 2020, Rina menjadi bagian dari Yayasan 1000 Days Fund, yang membawahi Stunting Center of Excellence di Puskesmas Labuan Bajo.

Pelatihan khusus

Rina menjelaskan, di Stunting Center of Excellence, para tenaga kesehatan dari semua Puskesmas di Manggarai Barat mendapatkan pelatihan bagaimana menangani tengkes atau stunting.

Pelatihan itu merupakan kerja sama Yayasan 1000 Days Fund dengan dinas kesehatan dan Puskesmas.

"Kerja sama itu didasarkan pada kebutuhan pengetahuan dan skill yang terus di-update. Pelatihan melibatkan para nakes di Puskesmas seluruh Manggarai Barat, 22 Puskesmas. Kemudian juga para bidan desa yang bertugas di Pustu dan Poskesdes," tutur Rina kepada Kompas.com di Labuan Bajo, Jumat (29/3/2023).

Ia menyebutkan, di Stunting Center of Excellence, para nakes mendapatkan materi mulai dari apa itu stunting, bahaya stunting, cara mencegah stunting, hingga cara memasang poster pintar.

Selain itu, mereka juga dilatih tentang manajemen data, manajemen laktasi (menyusui), pemantauan pertumbuhan balita, manajemen kelas ibu hamil, dan konseling sederhana pada kelas Balita.

"Di Stunting Center of Excellence, para nakes belajar teori dan praktik," katanya.

Pelatihan-pelatihan tersebut, kata Rina, diberikan oleh tenaga dari yayasan 1.000 Days Fund yang sudah terlatih dan bersertifikat, LSM yang berkompeten di bidang tertentu.

Kemudian profesional yang bersertifikat baik nasional maupun international dan para nakes senior Puskesmas Labuan Bajo.

"Dari Puskesmas Labuan Bajo saya sendiri pernah untuk pemateri pengisian KMS," ungkapnya.

Ia mengatakan, target atau sasaran penurunan stunting itu cukup banyak.

Mulai dari remaja putri, ibu hamil, ibu menyusui, dan Baduta. Sementara target komunikasi /advikasi level puskesmas yakni para kepala sekolah, guru PAUD, camat, kepala desa, tim penggerak PKK, toko agama, tokoh masyarakat, ayah balita, dan keluarga balita.

Ia melanjutkan, setelah mengikuti pelatihan di Stunting Center of Excellence, para nakes bisa mengaplikasikan ilmu mereka di wilayah masing-masing, sehingga, laju stunting di Manggarai Barat bisa ditekan.

Rina mengaku, penanganan stunting di lapangan tak selamanya berjalan mulus. Selalu ada suka dan duka.

"Sukanya, ya, ketika saat ada sosialisasi atau Posyandu, sasaran datang. Sehingga kita tidak sia-sia turun ke lapangan," ungkapnya.

Di lapangan, kata dia, para nakes selalu belajar dari masyarakat, terus menganalisis kompleksnya masalah stunting. Sebab, satu anak dengan yang lainnya selalu memiliki kasus yang berbeda.

"Ketika melihat Balita stunting yang diintervensi sudah tidak stunting lagi itu merupakan kebahagiaan luar biasa. Ketika ibu hamil melahirkan bayi tidak stunting. Ketika ibu bisa menyusui secara eksklusif selama 6 bulan dan ketika ibu memberikan makanan lokal bergizi bagi bayi sesuai dengan umurnya," imbuh dia.

Melawan mitos

Bagi Rina, mengedukasi masyarakat menjadi tantangan besar penanganan stunting selama ini.

Masih banyak masyarakat mempercayai berbagai mitos seperti makan udang membuat tubuh menjadi bungkuk.

Kemudian ada hari-hari yang dianggap pamali untuk memberikan makanan tertentu, dan keyakinan memberikan kopi untuk kekuatan jantung bayi.

"Kami melakukan door to door untuk mengedukasi bersam tim 1.000 Days Fund. Kami edukasi tentang apa stunting, bahaya stunting, dan cara cegahnya. Kita tidak bosan mengedukasi masyarakat untuk mematahkan mitos yang mereka percaya," ungkap dia.

Tantangan lain di lapangan, kata dia, saat edukasi di Balita stunting, ada kebiasaan keluarga tertentu, yang lebih mengutamakan kebutuhan orangtua dibandingkan anak-anaknya.

"Pagi hari, bapak-bapak utamakan kopi dan rokok. Sementara kepenuhan hak balita akan makanan bergizi dikesampingkan. Jadinya, balita sarapan nasi dengan kopi teh dan air sayur. Tidak ada protein hewani dan sebagainya untuk mendukung tumbuh kembang anak," katanya.

Tantangan terberat yang dialami selama di lapangan, dirinya bersama tim ditolak warga saat memberi edukasi pada keluarga dengan anak balita.

"Saat itu kami sweeping balita yang tidak datang posyandu. Orangtuanya memang tidak mau datang posyandu dan tidak mau anaknya diimunisasi karena kepercayaan tertentu," ungkap.

Rina mengklaim, prevalensi stunting di Labuan Bajo selama lima tahun terakhir mengalami penurunan yang signifikan.

Prevalensi stunting di Labuan Bajo tahun 2018 berada di angka 28 persen. Tahun 2019 turun menjadi 23 persen.

Lalu tahun 2020 17,8 persen, tahun 2021 turun jadi 11,7 persen, dan tahun 2022 naik 12,7 persen.

"Per Agustus 2022, kita telah mengukur 4.613 anak diukur di 12 desa. Dari jumlah itu terdapat 588 yang stunting," jelas dia.

Faktor-faktor keluarga stunting yang kerap ditemui di lapangan, antara lain keluarga merokok, bumil kekurangan energi kronis (KEK) tidak mendapatkan asi eksklusif, riwayat kecacingan, tidak punya jamban, dan keluarga atau tetangga TBC.

Pihaknya mengadvokasi pembangunan jamban bagi keluarga yang belum mempunyai jamban. Namun, kadang menemui kendala warga tidak memiliki tanah.

'Pinjam tanah orang, tetapi tidak boleh dibangun jamban," katanya.

Sementara di wilayah kepulauan ketika air laut naik, maka jamban lama-kelamaan hancur.

Kemudian juga ada masyarakat yang meyakini, tidak boleh membangun jamban di bawah kolong rumah.

NTT provinsi dengan angka stunting tinggi

Dokter Rindang Asmara, MPH, Director of Strategy, 1000 Days Fund, menjelaskan Stunting Center of Excellence adalah wujud fisik kerja sama antara 1.000 Days Fund dengan Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat.

Secara total, 1.000 Days Fund memiliki 4 Center of Excellence yaitu di: Manggarai Barat, Rote, Kupang, dan Timur Tengah Selatan.

Fungsinya adalah sebagai pusat training dan pembelajaran petugas layanan kesehatan mengenai stunting, dan cara-cara pencegahannya.

Stinting Center of Excellence dibentuk lantaran Provinsi NTT adalah salah satu provinsi di Indonesia dengan angka stunting tertinggi.

"Stunting Center of Excellence ada karena Pemerintah Manggarai Barat dan Puskesmas Labuan Bajo memiliki keinginan dan komitmen yang sangat tinggi untuk menurunkan angka stunting, salah satunya dengan bekerja sama dengan 1000 Days Fund melatih nakes dan kader mengenai pencegahan stunting," jelas dr. Rindang saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (30/3/2022).

Ia menjelaskan, tim 1000 Days Fund melatih nakes, lalu nakes melatih kader, selanjutnya kader melakukan konseling ke rumah-rumah tangga dengan poster pintar.

Ia melanjutkan, para nakes mendapatkan enam kali pelatihan dalam satu tahun berupa teori dan praktikum.

"Isi pelatihannya, stunting, konseling pertumbuhan, kelas ibu hamil, dan ASI eksklusif plus makanan pendamping ASI (MPASI)" ujar dia.

Alat inovasi yang digunakan adalah poster pintar yang berisi alat ukur tinggi badan sederhana untuk deteksi dini, beserta tiga pesan kunci stunting ; apa itu stunting, apa bahayanya, bagaimana cara mencegahnya. Poster Pintar itu mempermudah kader Posyandu melakukan konseling ke rumah-rumah warga.

Ia menyebutkan, tidak ada seleksi agar para nakes bisa mengikuti pelatihan di Stunting Center of Excellence. Pihaknya memberi kesempatan bagi semua nakes yang ingin ikut pelatihan.

"Memang ada pre-test dan post-test serta proses evaluasi untuk menilai apakah pelatihan yang kami berikan efektif meningkatkan pengetahuan tentang stunting, dan meningkatkan perilaku hidup bersih sehat di masyarakat atau tidak," ungkapnya.

Tak jarang mereka menghadirkan pakar sebagai tamu pemateri.

"Misalnya kami mengundang konselor laktasi untuk pelatihan ASI Eksklusif," katanya.

Ia menerangkan, total nakes di Mangggarai Barat yang sudah menerima pelatihan dari 1000 Days Fund, 387 orang.

Rinciannya, tahun 2019 sebanyak 60 orang, 2020-2021 sebanyak 105 orang, dan 2022-2023 sebanyak 222 orang.

Ia menambahkan, pihaknya memulai program di Manggarai Barat di pada tahun 2019 silam. Saat itu prevalensi stunting Mangggarai Barat di angka 20 persen.

"Tentu karena kerja sama semua pihak prevalensi stunting di Manggarai Barat bisa turun dari tahun ke tahun. Buktinya tahun 2022, prevalensi stunting di Manggarai Barat turun jadi 9 persen," imbuh dia.

https://regional.kompas.com/read/2023/04/03/060000878/perjuangan-nakes-di-labuan-bajo-perangi-tengkes-dilatih-di-stunting-center

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke