Salin Artikel

Cerita Fransina Sawen, Ibu Tunggal yang 8 Tahun Jadi Kuli Angkut di Pelabuhan Rakyat Sorong

Di bawah terik matahari, wajah ibu tunggal asal Distrik Inanwatan, Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat Daya, itu terlihat berseri. 

Fransina tersenyum saat Kompas.com menyapanya di sela-sela waktu istirahat di Pelabuhan Rakyat Sorong.

Ibu empat anak itu bercerita, tuntutan keluarga yang semakin besar membuat dirinya rela bekerja sebagai kuli angkut barang di pelabuhan.

Sebelum berangkat kerja, Fransina menyiapkan sarapan untuk empat anaknya. Ia juga menyiapkan keperluan anak-anaknya yang hendak berangkat ke sekolah.

Fransina mengaku sudah delapan tahun bekerja sebagai kuli angkut di pelabuhan. Pekerjaan itu digeluti karena dirinya dan anak-anak tak lagi tinggal bersama suaminya.

"Alasan mama tinggal dengan empat anak sekaligus membiayai mereka, sehingga saya harus bekerja, ada uang baru bisa beli makan untuk anak-anak hingga sekarang ini," kata Fransina saat berbincang di Pelabuhan Rakyat Sorong, Selasa (14/3/2023).

Fransina sempat putus asa setelah ditinggal suaminya. Ia hampir menyerah dan memiliki keinginan bunuh diri. Namun, niat itu urung dilakukan.

"Tetapi ada kakak laki-laki yang menegur saya dan memberikan semangat buat saya, di kemudian hari mama akan senang kembali," ujarnya sambil meneteskan air mata.

"Saya berpikir pasti di kemudian hari mama dapat rezeki yang besar," lanjutnya.

Menurut Fransina, upah yang diperoleh sebagai kuli angkut tak cukup membiayai keempat anaknya bersekolah. Kini, ia hanya mampu menyekolahkan anak pertama dan kedua.

Anak pertamanya kini duduk di kelas satu sekolah menengah atas (SMA), sementara anak kedua kelas dua sekolah dasar (SD).

Sementara anak ketiga dan keempatnya tak bersekolah karena tak punya biaya. Kedua anaknya itu kini membantu mencari uang untuk tambahan biaya sekolah kakaknya.

Fransina bersyukur memiliki pekerjaan yang saat ini digelutinya untuk menopang kehidupan keluarganya.

Fransina juga mempertanyakan bantuan pemerintah yang disalurkan ke masyarakat miskin. Soalnya, Fransina belum pernah menerima bantuan itu.

Ia berharap pemerintah bisa membantu dirinya dengan menyediakan rumah layak huni. Selama ini, Fransina dan empat anaknya tinggal menumpang di rumah anggota keluarga lain.

"Saya sebenarnya sudah larang, setiap kali mereka mau terlibat saya selalu larang, bahkan malahan saya usir juga karena saya tau akan melanggar aturan," kata Yan Welem di Pelabuhan Rakyat Sorong.

Yan Welem bahkan sempat beradu argumen dengan para ibu-ibu itu.

"Bahkan sempat ribut dan saya bertanya mana suami kalian, panggil mereka dan anak-anak yang sudah dewasa, ikut bekerja di sini (pelabuhan)," jelas Yan Welem.

Namun, para ibu-ibu itu terus mendatanginya dan meminta pekerjaan sebagai kuli angkut di pelabuhan.

"Alasannya di rumah tidak ada beras, bapak di rumah tidak ada minyak, bapak di rumah anak-anak tidak ada makan dan biaya uang sekolah," kata Yan Welem.

Hal itu membuat Yan Welem dan pihak pelabuhan mengambil kebijakan untuk mengizinkan para kuli angkut wanita bekerja di dermaga.

"Karena setiap hari seperti itu kita ambil kebijakan mereka diizinkan boleh bekerja di dermaga ini tapi pekerjaannya yang ringan-ringan di bawah pengawasan mandor yang setiap harinya bertugas," kata Yan Welem.

Yan Welem mengakui menerima para kuli angkut wanita tersebut. Mereka bisa bekerja sebagai pekerja lepas. 

Untuk menjamin keselamatan kuli angkut, pihak TKBM Pelabuhan Rakyat Sorong sedang berupaya membuat BPJS Ketenagakerjaan. Namun, masih terkendala biaya.

"Kita masih kendala dengan biaya karena volume kerja bongkar muatan di pelabuhan masih sedikit sehingga harus disisipkan biayanya untuk mendaftarkan kuli angkut ke BPJS Kesehatan karena para pekerja ini dengan latar belakang tidak mampu," kata Welem.

https://regional.kompas.com/read/2023/03/15/114222478/cerita-fransina-sawen-ibu-tunggal-yang-8-tahun-jadi-kuli-angkut-di

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke