Salin Artikel

Berkunjung ke Rumah Makan Padang yang Jual Ribuan Kaset Pita, Berdiri sejak 1977 di Kota Semarang

Tampak depan memang seperti warung makan pada umumnya. Namun saat masuk ke dalam, pembeli akan dipukau dengan ribuan kaset pita yang terpampang di sepanjang dinding, almari, dan rak-rak kaca.

Pasalnya, rumah makan yang sekaligus menjualkan kaset pita ini sudah berdiri sejak 1977 silam.

Tak heran, sejumlah sampul kaset pita yang dipajang sudah mulai memudar dari warna aslinya. Namun, hampir seluruh koleksi kaset pita di sini masih bisa diputar dan dioperasikan.

Pemilik Rumah Makan Padang Jaya, Deni, menuturkan, dirinya merupakan generasi kedua dari ayahnya yang mengelola rumah makan sekaligus toko kaset pita ini.

Dulunya, Deni bercerita, sang ayah ialah sosok pecinta musik yang merintis usaha dengan menjualkan kaset pita secara berkeliling.

"Sebelum buka Rumah Makan Padang, dulu Bapak saya jualan keliling, kaki lima. Keliling sampai ke Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, terakhir di Papua. Terus buka rumah makan ini, sekaligus jual kaset," jelas Deni saat ditemui Kompas.com, Kamis (2/3/2023).

Lebih jelas Deni mengatakan, ribuan koleksi kaset pita di rumah makan miliknya ini memiliki beragam jenis genre, bahasa, bahkan musisi lintas generasi. Mulai dari era 70-an, 80-an, 90-an, hingga 2000-an.

Tak hanya itu, imbuh Deni, koleksi lagu-lagu daerah pun juga masih banyak tersedia.

"Semuanya ada. Yang terakhir itu pas zaman Sheila on 7, Cokelat, ST12, Ungu, Samsons, Letto, Wali, itu generasi terakhir kaset. Yang dari Barat ada banyak, Ambon, Jawa lagu-lagu daerah, Mandarin juga ada," jelas Deni.

Seiring berjalannya waktu, rilisan fisik semacam kaset pita mulai tergerus oleh zaman. Tak heran, jika peminat kaset pita mulai berkurang.

Meski demikian, Deni menyebut, masih ada anak-anak muda yang mampir ke rumah makannya untuk memburu koleksi kaset pita tua.

"Peminatnya sekarang justru anak-anak muda. Kalau mereka sering nyari yang genrenya rock kayak Sheila on 7, Padi, Dewa, pokoknya anak-nak 90-an sampai 2000-an, yang mereka rata-rata pernah dengerin," ucap dia.

Tidak hanya dari dalam kota, peminat kaset pita milik Deni ini juga datang dari luar kota. Ada yang datang untuk memborong, ataupun mengirim barang hingga sampai ke Maluku dan Papua.

Di samping itu, Deni mengatakan, ada satu cerita unik dari pembelinya yang datang jauh-jauh dari Kudus dengan bersepeda.

"Yang bikin saya terharu, ada anak SMP dari Kudus ke Semarang naik sepeda. Sampai sini ternyata tutup, karena hari Minggu kita tutup. Terus kesini lagi diantar sama orangtuanya. Wah kasian, itu baru dua bulan yang lalu sepertinya," tutur Deni.

Untuk satu kaset pita, Deni hanya menjual dengan harga Rp 20.000. Harga tersebut disamaratakan untuk segala jenis kaset pita, dari genre maupun musisi.

Sementara itu, Deni menuturkan, ada yang berbeda jika mendengarkan musik dengan kaset pita dan VCD, YouTube, maupun Spotify.

"Kalau pake kaset kan itu ada noisenya. Kalau habis, pitanya diputer pakai pensil. Terus kita cetetin dan mindahin manual. Kalau pakai kaset itu suara aslinya kedengeran. Ibaratnya, editingnya belum bagus," ungkap Deni.

Tidak hanya itu, biasanya, pemburu kaset pita datang dari penggemar garis keras seorang musisi. Sehingga, mereka akan memburu bagaimanapun caranya.

"Ada yang beli karena ngefans. Katanya, kalo dia ngefans tapi belum beli barangnya, percuma. Tapi balik lagi ke orangnya," pungkas dia.

https://regional.kompas.com/read/2023/03/02/154655578/berkunjung-ke-rumah-makan-padang-yang-jual-ribuan-kaset-pita-berdiri-sejak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke