Salin Artikel

Kampung Sekayu Semarang, Kenangan dan Memorial Karya NH Dini yang Melegenda

Sastrawan asal Semarang satu ini memiliki banyak karya yang telah mendunia. Di antaranya, Sebuah Lorong di Kotaku, Padang Ilalang di Belakang Rumah, Sekayu, Gunung Ungaran, Tirai Menurun, Jalan Bandungan, dan masih banyak lagi.

Pasalnya, tidak sedikit karya NH Dini yang sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa asing.

Uniknya lagi, sejumlah karya NH Dini itu tidak terlepas dari latar tempat sudut-sudut Kota Semarang. Salah satunya Kampung Sekayu.

Jejak NH Dini di Kampung Sekayu bisa ditengok di rumah berwarna putih, berhalaman luas nan asri, tepatnya di Jalan Sekayu Raya Nomor 348, Kota Semarang.

Saat ini, rumah tua itu ditinggali oleh salah satu saudara NH Dini, Oeti Siti Adiat dan kakak perempuannya.

Oeti, sapaan akrabnya, menuturkan, dulu saat NH Dini masih aktif menulis, dirinya memang kerap mencari inspirasi dari tempat di mana dia tinggal.

Tidak hanya Sekayu, namun juga ada Bandungan, Ungaran, ataupun Ngaliyan.

"Kalau dulu hidupnya memang disini, otomatis terinspirasi dari sini, seperti di buku "Padang Ilalang di Belakang Rumah". Dulu itu memang ada kebun yang liar. Pas hujan, airnya dibiarkan mengalir karena untuk hidup bebek-bebek kami. Kami seringkali memberi makan," tutur Oeti kepada Kompas.com, Selasa (14/2/2023).

Setelah menuntaskan sejumlah karya, Oeti menyebut, NH Dini memilih berpindah tempat singgah dari Sekayu ke Eropa lantaran menikah dengan orang Perancis.

Tak lama kemudian, NH Dini terpaksa harus berpisah dengan suaminya dan kembali ke Kota Lumpia, di rumah Sekayu.

Lantara keadaan Sekayu mulai ramai dan dikelilingi pembangunan gedung-gedung besar, NH Dini merasa tidak nyaman. Sehingga, dirinya berpindah lagi ke Ngaliyan, Ungaran, dan terakhir Banyumanik.

"Pada waktu hidup di rumah belakang, dia bisa mendapat inspirasi untuk bercerita sesuatu yang dia inginkan. Tapi ketika ada kegiatan di luar, banyak mesin-mesin kuno yang dipukul jadi buyar," jelas dia.

Selama berpindah di berbagai tempat, Oeti menuturkan, rumah NH Dini selalu dihiasi dengan bunga anggrek, buku-buku, dan tentu pohon yang rindang nan asri.

Bahkan, dirinya dan sang sastrawan itu kerap bertukar anggrek ketika sedang mekar berbunga. "Ya, jadinya merasa kehilangan juga setelah Mbak Dini tidak ada," ungkap Oeti.

Rumah tua di tengah padatnya kawasan penduduk ini memang sangat lekat dengan kenangan memori NH Dini.

Sayangnya, tidak ada satupun barang-barang NH Dini yang bisa ditemukan di rumah bersejarah itu. Mulai dari mesin ketik kuno, tas kesayangan, draft tulisan, ataupun buku-buku koleksi NH Dini.

Oeti mengaku, sebelum NH Dini wafat, dirinya telah memberikan warisan kepada anak angkatnya yang telah merawat selama bertahun-tahun.

"Kami tidak bisa mengutik apa-apa karena sudah dinotariskan. Sampai buku-bukunya pun, kita tidak bisa berbuat apapun. Bahkan ada draft tulisan yang belum jadi juga," jelas Oeti.

Meski demikian, Oeti selalu mengenang NH Dini sebagai saudara baik. Bahkan, beberapa kali kediaman yang dia tempati itu digunakan untuk diskusi maupun memperingati haul NH Dini.

"Kalau dari kami sendiri mungkin tidak memiliki daya. Jadi kami serahkan saja ke pengelola kampung, jelas kami sangat terbuka," pungkas dia.

https://regional.kompas.com/read/2023/02/15/121707378/kampung-sekayu-semarang-kenangan-dan-memorial-karya-nh-dini-yang-melegenda

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke