Salin Artikel

Basuh Kaki Orangtua, Tradisi Warga Tionghoa Semarang Jelang Imlek yang Lestari

SEMARANG, KOMPAS.com - Tradisi bakti basuh kaki yang diadakan warga Tionghoa di Kawasan Pecinan, Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng) sebelum Perayaan Imlek masih tetap lestari.

Pada Sabtu (21/1/2023), sejak pukul 09.00 WIB, warga Tionghoa mulai berkumpul di Gedung Rasa Dharma Kawasan Pecinan Semarang. Mereka datang bersama keluarganya.

Sebelum melakukan tradisi bakti basuh kaki, warga Tionghoa yang datang melakukan makan bersama sambil menyiapkan ember plastik berisi air.

Tak berselang lama, beberapa kursi sudah disiapkan panitia. Itu pertanda tradisi bakti basuh kaki segera dimulai.

Ketua Yayasan Rasa Dharma, Harjanto Kusuma Halim mengatakan, tradisi basuh kaki orang tua sudah rutin dilakukan sebelum Perayaan Imlek.

"Ini merupakan tradisi untuk bakti dengan orang tua kita," jelasnya saat ditemui di Gedung Rasa Dharma, Sabtu.

Dia menjelaskan, yang mengikuti tradisi bakti basuh kaki di Gedung Rasa Dharma berjumlah 14 keluarga yang datang dari berbagai daerah.

"Ada yang datang dari luar kota juga ini," ujar Halim.

Menurutnya, tradisi bakti basuh kaki orangtua masuk dalam filosofi orang Tionghoa yang berjumlah 8 nilai. Salah satu nilai dari filosofi itu merupakan berbakti kepada orangtua.

"Filosofi bakti kepada orangtua itu yang pertama," kata dia.

Meski tradisi bakti basuh kaki masih berlangsung sampai saat ini, Halim berharap warga Tionghoa tidak hanya melakukan penghormatan kepada orangtua saat tradisi basuh kaki saja.

"Tapi kita juga bisa menjaga nama baik keluarga dan orangtua," ujarnya.

Artinya, lanjut Halim, warga Tionghoa juga dianjurkan mempunyai perilaku yang baik ketika hidup di masyarakat.

"Itu inti dari tradisi basuh kaki orangtua," jelas Halim.

Mendoan dan daging kambing

Selain tradisi bakti basuh kaki orangtua, di Gedung Rasa Dharma juga ada peristiwa unik. Beberapa makanan kesukaan Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid atau Gus Dur juga dihidangkan.

"Ini ada mendoan, daging kambing dan kopi. Jadi daging babi kita ganti daging kambing untuk menghormati Gus Dur," kata Halim.

Dinding Gedung Rasa Dharma juga terdapat lukisan Gus Dur yang cukup besar. Selain itu, juga ada sinci Gus Dur yang diletakkan dengan sinci lainnya.

"Ini untuk menghormati Gus Dur. Bentuknya juga beda dengan sinci yang lain," paparnya.

Menurutnya, Gus Dur berperan besar pada kehidupan warga Tionghoa di Indonesia. Sejak menjadi presiden, warga bisa dengan bebas melakukan kegiatan.

"Makannya Gus Dur kita sebut sebagai Bapak Tionghoa," imbuhnya.

https://regional.kompas.com/read/2023/01/22/095644178/basuh-kaki-orangtua-tradisi-warga-tionghoa-semarang-jelang-imlek-yang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke